OPERASI & PEMELIHARAAN BANGUNAN AIR MAGISTER TEKNIK SIPIL | FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA OP Bendung
DATA DAN INFORMASI Data dan informasi yang diperlukan dalam pengoperasian bendung dan bangunan pelengkapnya , meliputi : Peta wilayah kerja pengelolaan air irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya (skala 1 : 25.000 atau disesuaikan) Peta daerah irigasi (skala 1 : 5.000) Skema jaringan irigasi Skema rencana pembagian dan pemberian air Gambar purna konstruksi (as built drawing) Dokumen dan data data lain, meliputi : manual pengoperasian bendung ; bangunan ukur debit data seri dari catatan curah hujan data debit sungai data klimatologi data lengkung debit bendung
KETENTUAN DAN PERSYARATAN OPERASI Persyaratan dalam operasi bangunan bendung ( Bendung Gerak, Pintu Pembilas, dan Pintu Intake ) adalah sebagai berikut : Kondisi pintu sebagai dapat dioperasikan dengan baik. Instalasi yang berfungsi sebagai pengangkat daun pintu dapat berfungsi dengan baik . Tersedia petunjuk dan pola operasi yang direncanakan dengan baik sesuai dengan fungsi dan manfaat pintu. Operasi pintu harus dilakukan mengikuti pola yang sudah ditetapkan. Tersedia petugas operasi yang menguasai petunjuk dan pola operasi bendung gerak manual, elektrikal dan mekanikal.
Ketentuan dan Persyaratan pemeliharaan adalah sebagai berikut : Bangunan direncanakan sedemikian rupa sehingga memudahkan pekerjaan pemeliharaan; Bahan yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Petugas yang diserahi pekerjaan harus cakap dan bertanggung jawab; Fasilitas pemeliharaan harus terpenuhi. KETENTUAN DAN PERSYARATAN PEMELIHARAAN
PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG Bendung gerak mempunyai perubahan ketinggian air (affux) kecil, akibatnya bendung gerak sering dibangun bila tepi/tebing sungai rendah. Pada bendung gerak yang agak kecil (kurang dari 5,0 m), hanya dibuat pintu pelimpah/pintu spillway dan pintu kantong bilas. Pada konstruksi yang lebih panjang dapat dibangun pembilas sungai dan diletakkan antara pintu bilas dan pintu pelimpah/pintu gerak (spillway gate). Bangunan pembersih lumpur dapat dibuat ataupun tidak. Umumnya bila tak dilengkapi bangunan pembersih lumpur dan kandungan lumpurnya tinggi, kantong lumpur perlu dibangun pada saluran induk di hilir pengambilan. Pola pengoperasian adalah sebagai berikut : Pada musim kemarau atau debit normal. Pengoperasian dianjurkan dilakukan dengan kolam tenang. Jika tidak ada pembilasan, pintu pengambilan dibuka untuk mendapatkan debit yang dibutuhkan, dan sisa debit dialirkan melalui pembilas sungai atau pintu pelimpah. Pembilasan dilakukan jika endapan mencapai 30-50 cm di bawah ambang pengambilan, dengan menutup pintu pengambilan dan membuka pintu pembilas. Setelah selesai, pintu pengambilan dibuka kembali.
Pada bendung gerak, debit pengambilan dan pembilasan mengalir melalui kantong pembilas, dan operasi serupa dilakukan pada bendung tetap. Jika alur sungai menjauhi kantong pembilas, operasi kolam semi tenang dapat dicoba. Waktu banjir kecil (banjir tahunan) dan kala ulang 20 tahun. Pada musim banjir kecil, operasi kolam tenang sama seperti musim kemarau. Debit sisa dan pembilasan diatur berdasarkan jenis bendung gerak : Bendung gerak dengan pembilas sungai : Debit melalui pembilas sungai , dan pintu bendung gerak dibuka seragam untuk pembilasan . Jika ada endapan , pintu dibuka penuh . Bendung gerak tanpa pembilas sungai : Debit sisa dialirkan melalui pintu bendung gerak . Bukaan pintu diatur secara bertahap , dengan pintu dekat pembilas dibuka lebih besar . Jika pengambilan air hanya di satu sisi , pintu di sisi lainnya dibuka kecil atau ditutup . Bukaan pintu harus memastikan tidak ada limpasan air kecuali pada pelimpah yang dirancang . PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG
PENGUKURAN DEBIT DI TUBUH BENDUNG Bangunan Pengatur Mercu Bulat Bangunan Pengatur Ambang Lebar H1/r = 5,0 Cd = 1,48 H1/L = 1 Cd = 1,03 PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG
Contoh bila pengambilan hanya terletak pada salah satu sisi (katakanlah sisi kanan) Anggap lebar kantong pembilas "W”, yaitu lebar dan tembok tepi ke dinding pembatas (pilar) pertama. Bagilah (daun) pintu gerak dalam group-group, misalnya W1, W2, W3, dan W4 flap group sama dengan "W" Jika debit pada kantong pembilas Q1, atur bukaan pintu melalui group. Wi yang debitnya = 1,25 x Q1 Catatan : Q1 adalah debit pengambilan ditambah debit excluder jika ada. Sekarang , diharapkan Vs/Vp > 1 Buka pintu group W4 yang terletak paling jauh dari kantong pembilas sedemikian agar bagian atas pintu 15 cm diatas muka banjir rencana (muka air di hulu bendung). Buka pintu W2 dan W3 berbentuk miring (wedge shape). Misalnya bukaan pintu W1 dan W4 masing-masing 160 cm dan 70 cm, maka bukaan W3 = 70 +(160 - 70) / 3 = 100 cm. Sedangkan bukaan W2 = 70+(160-70) 2 / 3 = 130 cm. PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG
Contoh bila bendung gerak dilengkapi bangunan pengambilan pada dua sisi sungai , apabila : W1 = lebar pembilas kanan W2 = lebar pembilas kiri Qi = debit yang lewat pada pembilas (kantong pembilas) kanan Q2 = debit pembilas yang lewat pembilas kiri. Urutan group pintu adalah (dari kiri ke kanan ) W2, W5, W4, W3, W1 Lepaskan debit sebesar 1,25 x Q1 pada pintu gerak paling dekat dengan pintu bilas kanan (W1) Dengan cara yang sama atur bukaan pintu di samping dinding paling kiri sehingga debit = 1,25 x Q2 (W2) Bagilah bukaan group lain misalnya W3, W4, W5, agar (bank), group W4 terletak paling tengah Atur group pintu tengah (W4) hingga puncaknya 15 cm di atas muka air banjir rencana Atur W3 disamping W1 agar bukaannya sama dengan (W1+ W4)/2 Dengan cara sama, atur bukaan W5 = (W4 + W2) / 2 PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG
Waktu banjir besar kala ulang 50 dan 100 tahun. Pada saat ini semua pintu (bendung gerak, pintu bilas, dan pintu bilas sungai) dibuka penuh sedangkan pintu pengambilan ditutup. Saat banjir surut, kalau kandungan sedimen dalam air sesuai toleransi, pintu pengambilan dibuka lagi dan pengoperasian pintu sama dengan waktu banjir kecil seperti diterangkan terdahulu . PELAKSANAAN PENGOPERASIAN TUBUH BENDUNG
Bendung tetap Bendung Gerak PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN UTAMA BENDUNG
Bendung tetap Bendung Gerak PELAKSANAAN PENGOPERASIAN PELIMPAH BENDUNG
Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan air harus terkoordinir agar debit air sesuai kebutuhan. Saat banjir atau endapan sungai tinggi, pintu pengambilan ditutup sesuai pedoman irigasi. Beberapa aturan operasi meliputi : Muka air di hulu bendung tidak boleh melebihi batas ; Endapan di hulu harus dibilas secara berkala ; Muka air dicatat dua kali sehari atau tiap jam saat banjir ; Debit air yang masuk dicatat setiap kali berubah ; Pintu pengambilan digunakan untuk mengatur aliran, mencegah endapan, dan banjir masuk ; Jika ada lebih dari satu pintu, tinggi bukaan harus sama; Saat banjir, pintu pengambilan ditutup dan aliran dihentikan ; Pembersihan sampah dilakukan setelah pintu ditutup. PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PENGAMBILAN
PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PENGAMBILAN
Bangunan Pengambilan Bag. Hilir Bangunan Pengambilan Bangunan Pengambilan dengan Saringan Sampah PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PENGAMBILAN
PELAKSANAAN PENGOPERASIAN PENGUKURAN DEBIT DI INTAKE BENDUNG
Tiga cara pengoperasian kantong pembilas sebagai berikut : OPERASI KOLAM TENANG (STILL POND REGULATION) Dalam Operasi Kolam Tenang, semua pintu pembilas ditutup, dan hanya air yang diperlukan dialirkan ke kantong pembilas. Kecepatan air rendah sehingga air yang masuk ke saluran relatif bersih. Endapan dibiarkan hingga mencapai 0,5 meter, lalu pintu pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk membersihkan kantong. Setelah bersih, pintu pengambilan dibuka kembali. Metode ini efektif mengurangi endapan masuk ke saluran, tetapi hanya cocok jika ambang pintu pengambilan berada cukup tinggi dan memerlukan penghentian aliran selama pembilasan . PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PEMBILAS
OPERASI KOLAM SEMI TENANG Dalam metode ini, air yang dialirkan ke kantong pembilas lebih besar daripada ke saluran, dan kelebihan air dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang sebagian terbuka. Aliran air terbagi dua: lapisan atas ke saluran dan lapisan bawah ke hilir. Kecepatan aliran tinggi menyebabkan endapan melayang dan tidak mengendap, bahkan bisa mengangkat endapan dasar. Meski fungsi pengendapan berkurang, kelebihannya adalah endapan terus dibilas tanpa perlu menutup saluran, berbeda dengan Operasi Kolam Tenang. PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PEMBILAS
OPERASI PENGALIRAN TERBUKA Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh pintu pembilas. Dalam keadaan demikian akan banyak endapan masuk ke dalam saluran dan dianjurkan semua pintu pengambilan ditutup . PELAKSANAAN PENGOPERASIAN BANGUNAN PEMBILAS
Dua cara pengoperasian kantong lumpur sebagai berikut : PENGURASAN BERKALA Pengurasan kantong lumpur dilakukan untuk mencegah endapan masuk ke saluran. Prosesnya meliputi : Pintu saluran ditutup hingga aliran terhenti dan permukaan air naik setara dengan di hilir bendung . Pintu pengambilan diatur sesuai debit pengurasan (0,5 – 1,0 debit rencana), lalu pintu penguras dibuka penuh . Air masuk ke kantong lumpur dengan kecepatan yang cukup untuk menguras endapan. Setelah selesai, pintu penguras ditutup, pintu pengambilan dibuka penuh, dan pintu saluran dibuka kembali . PELAKSANAAN PENGOPERASIAN KANTONG LUMPUR
PENGURASAN TERUS-MENERUS Endapan di kantong lumpur terus dikuras melalui pintu penguras di ujung kantong. Debit air yang masuk harus lebih besar, mencakup debit saluran (Qs) dan debit pengurasan (Qp). Operasi ini dilakukan saat banjir, ketika kandungan endapan tinggi, sementara di musim kemarau dilakukan pengurasan berkala. Agar air dari hilir bendung tidak masuk ke kantong lumpur, dasar kantong lumpur harus lebih tinggi dari muka air di hilir bendung. Jika muka air di hilir lebih tinggi, pintu penguras ditutup dan pengaliran air ke saluran dihentikan jika diperlukan. PELAKSANAAN PENGOPERASIAN KANTONG LUMPUR
PELAKSANAAN PENGOPERASIAN
Pengamanan dan pencegahan adalah usaha dan pengamanan untuk menjaga kondisi dan atau fungsi bangunan. Kegiatan pengamanan dan pencegahan, meliputi : Inspeksi rutin minimal satu kali dalam 2 (dua) minggu; Menghalau binatang (kerbau dan lain-lain) supaya tidak masuk ke dalam saluran; Pada lokasi-lokasi yang penting dan berbahaya harus dipasang tanda-tanda atau rambu-rambu peringatan . KEGIATAN PERAWATAN Perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan perawatan, meliputi : PERAWATAN RUTIN Perawatan rutin adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan tanpa mengubah atau mengganti bagian konstruksi. Perawatan rutin pada bangunan bendung meliputi: PELAKSANAAN PEMELIHARAAN PENGAMANAN DAN PENCEGAHAN
Perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan perawatan, meliputi : PERAWATAN RUTIN Perawatan rutin adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan tanpa mengubah atau mengganti bagian konstruksi. Perawatan rutin pada bangunan bendung meliputi : Memotong atau membersihkan rumput yang mengganggu fungsi; Membersihkan sampah atau penghalang yang mengurangi kapasitas debit saluran; Memperbaiki lubang dan longsoran kecil yang bisa menyebabkan kebocoran;Melumasi dan membersihkan bagian pintu yang bergerak; Mengecat bagian pintu yang mudah berkarat. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KEGIATAN PERAWATAN
PERAWATAN BERKALA Perawatan berkala adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi bangunan tanpa mengubah atau mengganti bagian konstruksi, dilakukan secara rutin. Untuk bangunan bendung, perawatan berkala meliputi : Mengangkat endapan lumpur dan normalisasi profil saluran setiap tahun saat pengeringan . Mengecat pintu air, papan petunjuk operasional, dan papan duga setiap dua tahun . Memperbaiki pintu yang macet dan bangunan yang mengalami kerusakan ringan . Membersihkan tanaman air, pepohonan, dan semak-semak liar yang besar . PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KEGIATAN PERAWATAN
Perbaikan adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi bangunan, yang terdiri dari dua jenis : Perbaikan Darurat : Usaha segera agar bangunan dapat berfungsi kembali, biasanya setelah kerusakan akibat bencana alam atau kelalaian manusia, seperti tanggul jebol atau pintu air macet . Perbaikan Permanen : Usaha yang bertujuan mengembalikan kondisi bangunan dengan desain baru, meningkatkan perbaikan darurat, atau memperbaiki kerusakan berat akibat bencana atau kelalaian. Contoh kerusakan yang memerlukan perbaikan permanen meliputi tanggul longsor, tanggul bocor, sayap bangunan patah, koperan bangunan patah, pintu air rusak berat, dan pelindung talud runtuh . Perbaikan ini dilaksanakan dengan cara diborongkan dan memerlukan dukungan desain baru. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KEGIATAN PERBAIKAN
Penggantian adalah usaha-usaha pemeliharaan untuk mengganti seluruh/sebagian komponen prasarana fisik, fasilitas dan perlatan bendung yang secara ekonomis, fungsi dan kondisinya tidak layak dipakai lagi. Kegiatan penggantian, meliputi : Penggantian pintu-pintu air yang sudah rusak berat; Alat ukur yang tidak berfungsi diganti dengan alat ukur yang baru; Bagian dari peralatan elektrik-mekanis dan lain-lain dalam kurun waktu tertentu diganti yang baru; Penggantian total karet bendung dilakukan apabila tidak ada cara perbaikan yang bisa meniamin ketidak bocoran dan kekuatan bendung karet ketika bendung dioperasikan. Kegiatan penggantian dilaksanakan dengan cara diborongkan. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KEGIATAN PENGGANTIAN
Petugas pemeliharaan merangkap sebagai petugas operasi bendung. Jumlah personel petugas disesuaikan dengan tingkat urgensi dan besarnya bangunan. Petugas pemeliharaan diharuskan : Cakap dan terampil dalam pemeliharaan bendung; Memahami fungsi bendung ; PELAKSANAAN PEMELIHARAAN PETUGAS
OPERASI & PEMELIHARAAN BANGUNAN AIR MAGISTER TEKNIK SIPIL | FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Operasi Jaringan Irigasi
PROSEDUR PERENCANAAN TANAM Rencana Tata Tanam Global Rencana Tata Tanam Tahun dan Persetujuan Periode Pengeringan Saluran
Rencana Tata Tanam Global Perencanaan tata tanam merupakan perpaduan antara kebutuhan air tanam dengan ketersediaan air yang ada. Berdasarkan data hasil analisis debit andalan maka dibuat rencana tata tanam DI. Rencana tata tanam dibuat berdasarkan : Pola tanam yang telah ada selama empat tahun terakhir dan catatan penting penjuru pengairan . Kemampuan sumber air (andalan), yaitu data keadaan debit sungai. Rencana tata tanam yang direkomendasikan oleh Dinas Pengairan (Komisi Pengairan). Unsurunsur yang terkait dalam perencanaan Rencana Tata Tanam ini adalah Dinas Pengairan , Dinas Pertanian , Pemerintah Daerah, UPT, UPTD, Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), dan Petani Tebu
Rencana Tata Tanam Tahun dan Persetujuan Rencana tata tanam tahunan dibuat berdasarkan pola tanam yang telah ada selama 4 ( empat ) tahun terakhir dan juga catatan penting dari juru pengairan serta masukan dair HIPPA yang dibahas dalam rapat Dinas Pengairan ( Komisi Irigasi ). Prosedur rencana tata tanam tahunan adalah sebagai berikut : Rapat antara HIPPA dengan Penyuluh Pertanian dan Dinas Pertanian untuk membahas Rencana Tata tanam ( Blanko 01 – O) kepada HIPPA. Juru Pengairan mengumpulkan blanko rencana tata tanam yang telah diisi oleh HIPPA tersebut dan mengisikannya dalam buku rencana tata tanam ( Blanko 02 – O). Kepala UPTD (Ranting Dinas) mengumpulkan Buku Rencana Tata Tanam yang telah diisi Juru Pengairan dan memindahkannya dalah blanko 03 – O kemusian mengirimnya ke UPTD (Cabang Dinas). UPT (Cabang Dinas) membuat konsep rencana tata tanam untuk Surat Keputusan Bupati . Rapat dengan petani tebu . Rapat panitia irigasi untuk menyetujui rencana tata tanam dan konsep surat keputusan Bupati . Rapat di setiap kecamatan antara HIPPA, Dinas Pengairan dan Penyuluh Petanian untuk membahas konsep surat keputusan Bupati
Pola Tanam Eksisting DI. Sumorobangun
Periode Pengeringan Saluran Pengeringan saluran untuk pemeliharaan dapat dibedakan menjadi pengeringan rutin dan pengeringan darurat. Pengeringan rutin dipergunakan untuk pemeriksaan pemeliharaan dari saluran dan bangunan, sedangkan pengeringan darurat adalah akibat kerusakan saluran atau bangunan yang membutuhkan perbaikan segera . 1. Pengeringan Saluran Rutin Pengeringan saluran rutin untuk jaringan irigasi dilakukan dua dalam setahun, yakni pada waktu musim kemarau I dan II. Pengeringan saluran rutin digunakan untuk memeriksa saluran atau bangunan terutama bagian bawah air . 2. Pengeringan Saluran Darurat Pengeringan saluran darurat dilakukan untuk perbaikan tanggul, saluran dan bangunan yang rusak dan diusahakan dalam periode yang singkat. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam pengeringan saluran darurat adalah sebagai berikut : Sebelum dilakuka pengeringan yang perlu diperhatikan adalah akibat pengeringan ini tidak menimbulkan genangan pada daerah yang lain, tetapi genangan disekitar bangunan yang rusak diusahakan sekecil mungkin. Untuk menghindari terjadinya pelumpuran pada dasar saluran atau erosi saluran, maka pembukaan atau penutupan pintu pengatur dalam mengalirkan debit air harus dilakukan secara bertahap dan berlahanlahan . Tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga periode pengeringan maksimum 7 – 10 hari.
Kebutuhan Air Irigasi Debit Andalan Kebutuhan Irigasi
Debit Andalan Debit adalah perhitungan berdasarkan catatan data debit sungai dengan periode 10 harian. Data debit sungai merupakan jumlah dari debit yang masuk ke intake dengan debit yang melintas diatas pelimpah. Dalam memperhitungkan besarnya persediaan air di Daerah Irigasi guna memperhitungkan keseimbangan air dilakukan dengan menganalisa data debit yang tersedia selama beberapa tahun terakhir, sehingga muncul debit 30% (Pola Basah), Debit 50% (Pola Normal) dan Debit 80% (Pola Kering ). Perhitungan dilakukan dengan melakukan pengurutan data, besarnya peluang suatu data debit akan mengalir sebesar nomor urut data tersebut dibagi dengan jumlah data yang tersedia. Dengan menganalisa data pada setiap periode 10 harian maka akan diperoleh besarnya debit 30% (Pola Basah), Debit 50% (Pola Normal) dan Debit 80% (Pola Kering). Ketiga Pola tersebut nantinya akan digunakan sebagai rencana pola tanam. Sedangkan untuk menghitung debit andalan irigasi adalah debit andalan pada pengambilan/intake Sumorobangun tersebut dikurangi kehilangan air ditingkat jaringan, maka alokasi untuk saluran sekunder dan tersier adalah : QS = (Q intake + Q Suplisi ) Qh Dimana: Qs = Debit pada Saluran Sekunder (l/dt) Qh = Kehilangan air di saluran sekunder QSuplesi adalah suplesi (jika ada)
Grafik Debit Intake DI. Sumorobangun
Grafik Debit Andalan (Data Debit) DI. Sumorobangun
Data Debit Andalan (Data Debit) DI. Sumorobangun
Data Debit Andalan (Metode FJ. Mock) DI. Sumorobangun
Kebutuhan Irigasi Faktor Polowijo Relatif ( FPR ) Untuk menghitung kebutuhan air pada setiap dalam satu saluran induk Sumorobangun pada Daerah Irigasi Sumorobangun adalah bendasarkan faktor Polowijo Relatif (FPR), yaitu suatu angka kebutuhan air untuk tanaman Polowijo, yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan air tanaman lainnya . Koefisien Tanaman Polowijo Relatif Koefisien tanaman polowijo relatif adalah perbandingan kebutuhan air untuk tanam berdasar kebutuhan air untuk polowijo Luas Polowijo Relatif ( LPR ) Luas Polowijo Relatif ( LPR ) adalah luas tanaman dikalikan koefisien tanaman polowijo relatif sehingga luas tersebut merupakan luas tanaman yang disetarakan terhadap luas polowijo. LPR = (Luas Tanaman) x (Koefisien Tanaman Polowijo Relatif)
Kebutuhan Irigasi Koefisien Tanaman
Kebutuhan Irigasi DI. Sumorobangun FPR rata – rata D.I Sumorobangun Kebutuhan Air D.I Sumorobangun
Neraca Air DI. Sumorobangun Tanpa sistem giliran air tidak akan mampu memenuhi kebutuhan air
Kebutuhan Irigasi Kebutuhan Air di Pintu Tersier ( Qt ) Debit yang dibutuhkan pada pintu tersier adalah LPR pada petak tersier tersebut dikalikan dengan faktor polowijo relatif (lt/dt/ha.pol). Q = LPR x FPR dimana, Q = Debit Rencana (lt/dt) LPR = Luas Polowijo relatif rencana (ha) FPR = Faktor polowijo relatif rencana (lt/dt/ha) Kehilangan Air Irigasi Besarnya kehilangan air ditentukan berdasarkan evaluasi tahun – tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan masingmasing kondisi jaringan dan berdasarkan hasil evaluasi saat ini
Rencana Pembagian Air Rencana Pembagian Air (RPA) disusun untuk menjadi pedoman pe!aksanaan operasi jaringan irigasi . Tata cara pembuatan RPA adalah sebagai berikut : Menghitung potensial air (debit air) yang tersedia Memperhatikan RTTG tahunan Mengevaluasi debit andalan Menetapkan perkiraan kehilangan air Menetapkan pembagian air dengan sistem : Pemberian air terus menerus Pemberian air giliran Menetapkan sistem giliran
Rencana Pembagian Air Rencana pembagian air dihitung secara tepat waktu atau riil time yaitu 10 harian , perhitungan kebutuhan air disusun masing–masing saluran sekunder dan tersier sebagai berikut : Pembagian air berdasarkan luas dan jenis tanam yang ada atau LPR Pembagian air berdasarkan proporsional luas areal
Pembagian Golongan DI. Sumorobangun Kebutuhan Air Menurut Golongan D.I Sumorobangun Pembagian Golongan D.I Sumorobangun
Rencana Pembagian Air Pembagian air berdasarkan luas dan jenis tanam yang ada atau LPR a) Apabila debit air yang tersedia berlebihan dan sebagai upaya penghematan air, maka pemberian air disusun berdasarkan luas dan jenis tanaman yang ada atau luas polowijo relatief sebagai berikut : FPR renc = ( ∑ Qt + ∑ Qs ) ∑ LPR FPRRenc = Dimana : Qr = Debit Rencana pada tersier (l/dt) Qs = Debit Rencana pada sekunder (l/dt) LPRt = Luas Polowijo Relatif pada tingkat Tersier FPRRenc = Faktor Polowijo Relatif Rencana ( lt /dt/ ha.pol ) Atas dasar FPRrenc dan LPRt pada periode ini dapat disusun daftar Rencana Pembagian Air untuk masing – masing saluran sbb : Qt = LPR t x FPR renc Qs = LPR s x FPR renc
Rencana Pembagian Air Pembagian air berdasarkan luas dan jenis tanam yang ada atau LPR Pemberian Air ke Petak Tersier Besarnya FPR untuk masing – masing saluran diinformasikan ke para Juru Pengairan yang selanjutnya Juru Pengairan akan mengatur pembagian air untuk masingmasing petak tersier sesuai dengan luas tanaman yang ada dan FPR yang telah ditetapkan . Qt = FPRrenc x LPRt
Rencana Pembagian Air Pembagian air berdasarkan proporsional luas areal Pembagian air berdasarkan proporsional artinya pembagian air berdasarkan perbandingan luas areal irigasi . Perbandingan luas areal dengan tidak memperhatikan jenis tanaman . Pembagian air ini dilakukan apabila air yang tersedia sangat kurang dan untuk pemerataan dilakukan pembagian air di tingkat sekunder . Qts = Luas areal. x ( QsA – Qh ) Luas areal DI Dimana : • Qts = total debit tersier dan sekunder • Luas areal = luas masingmasing saluran tersier dan sekunder • Luas areal DI = luas total daerah irigasi • QsA = perkiraan debit diintake • Qh = Kehilangan air dijaringan dalam %
Rencana Pembagian Golongan Debit normal Debit normal apabila ketersediaan air memenuhi Debit Kebutuhan Debit kurang Debit kurang apabila ketersediaan air kurang dari 70% Debit Kebutuhan sehingga pembagian air dilaksanakan dengan cara giliran .
Rencana Tata Tanam Rencana tata tanam adalah rencana dan jadwal tanam untuk berbagai jenis tanaman selama satu tahun . Setiap tahun petani melalui HIPPA/ Gabungan HIPPA mengusulkan jenis tanaman yang direncanakan kepada Juru Pengairan , perencanaan dan persiapan tata tanam secara terpadu disiapkan oleh Juru Pengairan dan Instansi terkait setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Irigasi sebelum masa tanam dimulai . Dalam menyusun Rencana Tata Tanam pada Daerah Irigasi Sumorobangun perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut : Keinginan dan kebiasaan petani . Kebijaksanaan Pemerintah . Kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman Ketersediaan air. Iklim dan hama Ketersediaan tenaga kerja . Hasil dan biaya usaha tani .
Rencana Tata Tanam Rencana Tata Tanam Global ( RTTG ) Rencana Tata Tanam Global selain di susun berdasarkan evaluasi dari realisasi pada tahun sebelumnya , haruslah dihitung pula setiap tahun berdasarkan debit andalan Q 80 % K sesuai dengan alokasi air global ( RAAG ), hal ini sebagai rencana operasi musiman ( MH, MK I, MK II ) yang dihitung berdasarkan rumusan sbb : QT = ( 4 ll – 3 lp – 1,5 lt ) x FPR Dimana : QT = jumlah debit tersier ll = luas baku sawah lp = luas polowijo lt = luas tebu FPR = FPR ratarata di tersier . Hasil perhitungan ini dibuat kemudian dimintakan persetujuan kepada Komisi Irigasi Kabupaten
Pola Tata Tanam Rencana DI. Sumorobangun Pola Tata Tanam Rencana D.I Sumorobangun
Pembagian Air DI. Sumorobangun Pembagian Air D.I Sumorobangun
Jadwal Pembagian Air DI. Sumorobangun
Jadwal Pembagian Air DI. Sumorobangun
Pedoman Operasional Pintu Bendung Sumorobangun
Standar Kebutuhan Tenaga Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Standar Kompetensi Petugas Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Perhitungan dengan Metode FPR FPR = Faktor Palawija Ratio Metode ini dikembangkan di Jawa Timur. Sebenarnya prinsip perhitungan sama dengan metode Pasten. Ada 2 hal yan ditonjolkan pada metode FPR yaitu : Besaran ( Q ) = Debit Rencana = Q yang ada ± x % Dipakainya faktor lapangan dengan c = koefisien lapangan Kalau metode Pasten : Q Pasten = -------------------------------------------- x FK.T x FK.S x FK.I Luas Palawija Relatif Kalau metode FPR : Q Water Duty = ------------------------------------------------- (kemampuan air) x FK.T x FK.S x FK.I Luas Palawija Rasio A x FT A x FT x C
64 Dimana : Q = Q yang tersedia ( kenyataan yang ada ) ( Q) = Q Rencana yang diperkirakan mengalir = Q yang tersedia ± x % ( x = faktor karakteristik debit sungai ) A = Luas tanaman C = koefisien lapangan ( pengaruh perkolasi ) Kebutuhan air tanaman Ft = Faktor tanaman = ------------------------------------ Kebutuhan air palawija FK.T = Faktor Kehilangan Air di Tersier FK.S = Faktor Kehilangan Air di Sekunder FK.I = Faktor Kehilangan Air di Induk Dengan kata lain bisa dikatakan : Metode Pasten = Metode FPR, dimana nilai C diambil sebesar 1,00 (satu )
65 DEBIT RENCANA DAN KOEFISIEN LAPANGAN Perbedaan pokok antara FPR dan Pasten, ada 2 yaitu : Pada FPR digunakan istilah (Q) = Q Rencana = Q yang ada ± x % Nilai x bisa diartikan faktor karakteristik debit sungai,Tiap sungai mempunyai nilai x yang berbeda. Contoh : Pengalaman di daerah Jombang (Jawa Timur), Tentang faktor x ( pengurangan dan penambahan debit) adalah sebagai berikut : Bulan Debit Rencana dibanding bulan lalu Bulan Debit Rencana dibanding bulan lalu Januari Pebruari Maret April Mei juni + 5 % + 5 % - 5 % - 5 % - 5 % - 5 % Juli Agustus September Oktober Nopember Desember - 5 % - 5 % - 5 % - 0 % - 5 % - 10 %
66 Misal : Pada tanggal 16 - 31 Januari, mengalir debit 3 m3/ dt Maka diperkirakan debit yang mengalir pada tgl 1-5 Pebruari = 3 m3/dt + 5% = 3,15 m3/dt Pada tanggal 16 - 31 Agustus mengalir debit 2 m3/ dt Maka diperkirakan debit yang mengalir pada tgl 1-15 September = 2 m3/dt - 5% = 1,90 m3/dt ; b) Dipakai faktor c = koefisien lapangan Hal ini dimunculkan karena kenyataan terjadi perkolasi ( rembesan kebawah ) di sawah yang berbeda - beda , tergantung jenis tanah : Tanah poreus : p = 4 - 8 mm/hari , c = ± 1,50 Tanah berpasir : p = 2 - 4 mm/hari , c = ± 1,20 Tanah liat : p = 0 - 1 mm/hari , c = 1,00 Kalau menghitung dengan metode pasten, bisa juga faktor c ini disatukan dengan FT, sehingga nanti FT yang berbeda -beda tiap petak tersier. Petak Tersier yang porous : FT = 1,25 x 1,50 = 1,875 Petak Tersier yang berpasir : FT = 1,25 x 1,20 = 1,500 Petak Tersier yang kedap air : FT = 1,25 x 1,00 = 1,250
67 CONTOH PERHITUNGAN METODE FPR TERSIER TERSIER Petak Tersier M 2 Faktor tanaman Tanaman palawija = 50 ha 1 x Tanaman tebu = 20 ha 1,5 x Tanaman padi gadu = 30 ha 4 x Koef lapangan = 1.5 Kehilangan air di saluran tersier = 20 % M 2 M 3
68 Petak Tersier M 3 Faktor tanaman Tanaman palawija = 100 ha 1 x Tanaman tebu = 10 ha 1,5 x Tanaman padi gadu = 40 ha 4 x Koef lapangan = 1 Kehilangan air di saluran tersier = 10 % Debit tersedia di M1 = 250 l/dt , kehilangan air di sal sekunder = 20 % Bagimana pembagian air ? Petak Tersier M 2 Luas Palawija Relatif = 50 x 1 + 20 x 1,5 +30 x 4 = 50 + 30 + 120 = 200 ha Plw Koef lapangan c = 1,5 100 FK.T = ------- = 1,25 80 100 FK.S = ------- = 1,25 80 Luas Palawija Relatif di Bendung = 1,25 x 1,25 x 1,50 x 200 = 468 ha Plw
69 Petak Tersier M 3 Luas Palawija Relatif = 100 x 1 + 10 x 1,5 + 40 x 4 = 100 + 15 + 160 = 275 ha Plw Koef lapangan , c = 1,00 100 FK.T = --------- = 1,11 80 100 FK.S = ------------ = 1,25 80 Luas Palawija Relatif di Bendung = 1,25 x 1,11 x 1,00 x 275 = 382 ha Plw Total Iuas Palawija Relatif di Bendung = 468 ha + 382 ha = 850 ha Plw Q Water Duty ( Pasten ) = ——————————————— Total Luas Relatif Plw di Bendung 250 I /dt = ———— = 0,2 9 I / dt / ha 850 ha Debit di M2 = 1,25 x 1,50 x 200 x 0,2 9 = 10 9 I/dt Debit di M3 = 1,11 x 1.00 x 320 x 0,2 9 = 89 l/dt
Sumber Chaidar , A. N. ( n.d. ). OP Bendung dan Bendungan . Institut Teknologi Bandung. Diakses dari file " 722876332-4-OP-Bendung-1.pdf Departemen Pekerjaan Umum . (2005). Pd T-05-2005-A: Operasi dan Pemeliharaan Bendung Karet Isi Udara ( Tabung Karet ). Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 498/KPTS/M/2005. Diakses dari file " 339316737-Pd-T-05-2005-A-Operasi-Dan-Pemeliharaan-Bendung-Karet-Isi-Udara-Tabung-Karet.pdf“ Sulaiman , E. (2015, Agustus 22). Kebutuhan Air Metode FPR. Diklat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru , Balai Diklat PU Wilayah IV Surabaya, Kupang CV. Tirta Buana. (2019). Penyusunan Manual OP Jaringan Irigasi 3 DI (4.560 ha) DI. Sampung ( 1370 ha), DI. Sumorobagun (1787 ha), DI. Dalem ( 1403 ha ) Kab.Ponorogo
TERIMA KASIH MAGISTER TEKNIK SIPIL | FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA