1. GO.pptx pada kulit kelamin diBagian neisseria gonoraee
bintangrzki
2 views
86 slides
Oct 17, 2025
Slide 1 of 86
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
About This Presentation
Science
Size: 9.13 MB
Language: none
Added: Oct 17, 2025
Slides: 86 pages
Slide Content
Infeksi Neisseria Gonorrhoeae Pembimbing: Dr. dr. Qaira Anum,Sp.DVE, Subsp.Ven, FINSDV, FAADV dr. Vesri Yossy, Sp.DVE Diskusi Divisi IMS
Pendahuluan Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri Gram- negatif penyebab gonore , salah satu penyakit menular seksual (PMS) tertua dalam sejarah manusia . Infeksi ini dapat menyerang uretra , serviks , rektum , faring, mata , serta menyebabkan komplikasi sistemik seperti artritis dan bakteremia . Karakteristik utama : Diplokokus (dua bakteri berdampingan ). Tidak memiliki kapsul seperti N. meningitidis. Hanya menginfeksi manusia ( tidak ada reservoir hewan ).
Sejarah Gonore 1400 SM: Kitab Imamat dalam Alkitab menyebutkan infeksi uretra dengan keluarnya cairan . 400 SM: Hippocrates mendeskripsikan penyakit ini sebagai “strangury” akibat hubungan seksual . 1378: Istilah "clap" muncul di Eropa , kemungkinan berasal dari distrik Les Clapier di Paris. 1879: Albert Neisser mengidentifikasi dan mendeskripsikan N. gonorrhoeae sebagai penyebab gonore . 1882: Leistikow & Löffler berhasil mengisolasi bakteri ini dalam kultur. 1940-an: Sulfonamida dan penisilin mulai digunakan sebagai pengobatan .
Epidemiologi Gonore Hanya menular dari manusia ke manusia . Cara penularan : Seksual : Vaginal, anal, oral. Perinatal: Dari ibu ke bayi saat persalinan . Risiko lebih tinggi pada: Individu dengan banyak pasangan seksual tanpa proteksi . Pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM). Pekerja seks komersial dan pelanggan mereka . Tidak menular melalui : Toilet, handuk , atau benda mati lainnya .
Morfologi dan Struktur Bakteri Cell Envelope N. gonorrhoeae merupakan bakteri gram- negatif yang memiliki Cell Envelope yang khas , terdiri dari membran luar , lapisan peptidoglikan tipis, dan membran plasma. Berbeda dengan Neisseria meningitidis , bakteri ini tidak memiliki kapsul polisakarida sejati . Membran luar N. gonorrhoeae cenderung melepaskan bleb membran ke lingkungan sekitarnya .
Struktur Permukaan FIGURE 34-5 . Illustration of gonococcal outer membrane depicting many of the antigens described in the text. Rmp , reduction modifiable protein; Por B, porin protein; LOS, lipooligosaccharide —the branched and phase variable LOS polysaccharide chain is depicted as being bound by sialic acid, designated by a red hexagon; Opa, opacity protein; PilQ , pilin accessory protein Q, a secretin through which the assembled pilus extrudes; PilE , pilin, the subunits which are assembled into the alpha helical pilus fibril; PilC , the outer membrane protein PilC , which is proposed to be presented by the pilus fibril as a tip adhesin. (Courtesy of C.E. Thomas.)
Struktur Permukaan Pili: Struktur fibrilar yang menutupi permukaan sel dan tersusun atas subunit pilin. Pili berperan penting dalam adhesi terhadap sel inang dan transformasi DNA. Selain itu , pili mengalami variasi antigenik dan variasi fase . Porin (Por): Dikenal juga sebagai protein membran luar I (P.I), merupakan protein berukuran 34-36 kDa yang berbentuk trimer dalam membran luar . Protein ini bertindak sebagai kanal spesifik anion dan terbagi dalam dua kelas imunokimia yang berbeda : P1.A dan P1.B. Porin berkontribusi terhadap resistensi serum serta diduga berperan dalam proses invasi . Protein Opasitas (Opa): Sebelumnya disebut sebagai protein II (P.II), terdiri dari sekelompok protein yang berperan dalam adhesi sel. Opa mengalami variasi fase dan antigenik serta berkontribusi terhadap opasitas koloni , adhesi ke neutrofil , dan sel epitel .
Struktur Permukaan Protein Modifikasi Reduksi ( Rmp ): Protein dengan berat molekul 30-31 kDa yang memiliki fungsi sebagai blockade antibodi . Protein H. 8: Antigen yang ada pada semua gonokokus dan meningokokus . Setidaknya terdapat dua protein yang memiliki epitop pengikat antibodi monoklonal H.8. Lipooligosakarida (LOS): Mirip dengan lipopolisakarida (LPS) pada bakteri gram- negatif lainnya , tetapi berukuran lebih kecil . LOS terdiri dari lipid A dan inti polisakarida . Struktur LOS bervariasi baik dalam satu strain (intrastrain variation) maupun antarstrain ( interstrain variation). Gugus gula inti pada LOS membentuk antigen yang berperan dalam reaksi imun bakterisidal , sementara variasi panjang rantai gula inti memiliki dampak penting dalam patogenesis .
Struktur Permukaan Peptidoglikan : Memiliki kesamaan dengan bakteri gram- negatif lainnya , tetapi unik dalam tingkat O-acetylation- nya . Fragmen peptidoglikan dapat berkontribusi dalam kerusakan jaringan . Polifosfat Permukaan : Struktur permukaan yang mungkin memiliki fungsi serupa dengan kapsul polisakarida .
Protein Kunci Lainnya Protein yang Berasosiasi dengan Pili: Terdapat beberapa protein yang terkait dengan pili, di antaranya : PilQ : Protein utama membran luar yang menjadi saluran bagi fibril pilus PilC : Protein hidrofobik membran luar yang diduga berperan sebagai adhesin. PilT : Berfungsi untuk menarik kembali pilus yang telah terbentuk . Protein yang Direpresi oleh Besi (Iron-repressible Proteins/ Irps ): Terdiri dari protein berukuran 37 kDa (protein pengikat besi / Fbp ) serta beberapa protein lain dengan ukuran 65 hingga lebih dari 100 kDa . Protein ini diekspresikan dalam kondisi kekurangan besi dan berperan dalam transportasi besi . Protease IgA1: Enzim yang mampu mendegradasi IgA1 serum maupun sekretori . Protease ini diduga penting dalam menginaktivasi pertahanan imun mukosa .
Komponen Internal dan Materi Genetik Gonorrhoeae mengandung ribosom yang menjadi target beberapa antibiotik , seperti spektinomisin . Bakteri ini juga memiliki enzim katalase yang berperan dalam mendukung pertumbuhan dengan menetralisir peroksida toksik . N. gonorrhoeae mengandung berbagai endonuklease restriksi dan metilase . Materi genetik utama bakteri . Banyak strain N. gonorrhoeae mengandung plasmid konjugatif berukuran 36 kb yang dapat memobilisasi transfer plasmid lain, termasuk yang membawa gen resistensi antibiotik . Selain itu , terdapat plasmid kriptik berukuran lebih kecil dengan fungsi yang belum diketahui . Transposon: Elemen genetik yang dapat berpindah , seperti tetM , yang dikaitkan dengan resistensi terhadap tetrasiklin .
Variasi Strain & Adaptasi Genetik N. gonorrhoeae memiliki kemampuan tinggi dalam perubahan antigenik untuk menghindari sistem imun . Variasi antigenik (Antigenic variation): Struktur pili berubah secara terus-menerus → menghindari deteksi antibodi . Variasi fase (Phase variation): Protein Opa diekspresikan secara dinamis → menentukan apakah bakteri akan menempel atau masuk ke dalam sel inang . Mutasi genetik mendukung resistensi antibiotik .
Metode Identifikasi Strain Auxotyping : Mengklasifikasikan berdasarkan kebutuhan nutrisi bakteri . Serotyping: Berdasarkan perbedaan protein PorB pada membran luar . Genotyping: Menggunakan MLST ( Multilocus Sequence Typing) dan PFGE (Pulsed-Field Gel Electrophoresis) untuk membedakan strain secara genetik .
Mekanisme Patogenesis N. gonorrhoeae A dhesi Penghindaran Sistem Pertahanan Tubuh Invasi Kerusakan Jaringan Penyebaran Sistemik
Adhesi Pili dan protein Opa merupakan ligan utama yang memfasilitasi perlekatan N. gonorrhoeae pada permukaan mukosa . Porin dan lipooligosakarida (LOS) juga berperan dalam proses ini . N. gonorrhoeae yang memiliki pili lebih efektif dalam menempel pada sel epitel kolumnar manusia dibandingkan dengan sel skuamosa , serta menunjukkan preferensi terhadap sel manusia dibandingkan sel non- manusia . Berbagai ligan adhesi berikatan dengan reseptor yang berbeda , yang bervariasi dalam distribusinya di berbagai jenis sel dan organ manusia . Pili memediasi kontak awal dengan sel inang , sementara protein Opa memperkuat perlekatan dan membantu bakteri berinteraksi dengan neutrofil serta sel epitel .
Adhesi ( Cont …) Beberapa varian antigenik pili menunjukkan kemampuan selektif dalam menempel pada jenis sel tertentu . Antibodi terhadap pili dapat menghambat adhesi , yang semakin menegaskan peran pili dalam proses ini . PilC , protein yang berhubungan dengan pili, diduga berfungsi sebagai adhesin dan kemungkinan terletak di ujung pili. Reseptor sel inang untuk protein Opa mencakup CEACAM dan glikosaminoglikan mirip heparin. CR3 merupakan reseptor untuk pili/ PorB dan asialoglikoprotein reseptor (ASGP-R) untuk LOS pada sel serta jaringan genital wanita . Setelah sel inang berikatan dengan N. gonorrhoeae yang memiliki Opa dan Pili, ekspresi reseptor permukaan ASGP untuk LOS akan meningkat , yang dapat memperkuat adhesi bakteri lebih lanjut .
Penghindaran Sistem Pertahanan Tubuh Variasi antigenik : Bakteri secara berkala mengubah antigen permukaannya , seperti pili, Opa, dan LOS, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sistem imun . Antibodi pemblokir : Protein Rmp menjadi target antibodi pemblokir , yang dapat menghambat kerja antibodi bakterisidal . Pemecahan antibodi : Protease IgA1 mampu mendegradasi antibodi IgA1, yang merupakan komponen utama pertahanan mukosa . Pelepasan antigen: N. gonorrhoeae melepaskan bleb membran yang mengandung komponen toksik ke lingkungan sekitar , yang dapat mengalihkan perhatian sistem imun . Mimikri molekuler : Struktur LOS meniru glikosfingolipid manusia , yang dapat membantu dalam menghindari respon imun . Sialilasi : Penambahan asam neuraminat dari inang pada LOS dapat melindungi bakteri dari serangan antibodi . N. gonorrhoeae yang memiliki pili lebih resisten terhadap fagositosis dan destruksi oleh neutrofil . Porin dapat menghambat pematangan fagosom dan menurunkan ekspresi reseptor CR3 yang bergantung pada opsonin dalam neutrofil .
Invasi N. gonorrhoeae memiliki kemampuan untuk menginvasi sel epitel . Proses invasi difasilitasi oleh ekspresi protein PI.A, beberapa protein Opa, serta LOS yang tidak mengalami sialilasi (short LOS). Bakteri ini berikatan dengan sel non- silia di tuba falopi dan kemudian ditelan oleh pseudopodia sel epitel inang.N . gonorrhoeae dapat berkembang biak dan membelah di dalam sel inang . Beberapa bakteri dapat keluar dari permukaan basal sel melalui eksositosis . Porin diduga berperan dalam invasi dengan cara mentranslokasi atau “ menusuk ” sel inang . Translokasi Por ke dalam sel inang disertai dengan perubahan fisiologi sel , termasuk peningkatan fluks kalsium .
Kolegium Dermatologi dan Venereologi Indonesia. Modul Keterampilan Klinis Dermatologi , Venereologi , dan Estetika . Jakarta. 2022 Kerusakan Jaringan N. gonorrhoeae menghasilkan produk ekstraseluler yang dapat merusak sel inang , termasuk fosfolipase dan berbagai enzim lainnya . LOS dan peptidoglikan merupakan dua komponen struktural permukaan sel yang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan . Lipid A, yang merupakan bagian dari LOS, berfungsi sebagai toksin yang merusak jaringan.F ragmen peptidoglikan juga dapat menginduksi kerusakan jaringan.Komponen-komponen ini berperan dalam proses inflamasi dan kerusakan jaringan pada infeksi seperti salpingitis.
Diagnosis Diagnosis gonore dilakukan dengan berbagai pendekatan tergantung pada gejala pasien serta ketersediaan metode pengujian . Berikut adalah metode utama yang digunakan dalam mendiagnosis infeksi N. gonorrhoeae 1. Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram merupakan prosedur standar untuk mendiagnosis gonore pada pria dengan gejala uretritis . Metode ini kurang efektif pada pria tanpa gejala atau wanita dengan infeksi genital. Dalam sediaan pewarnaan Gram, N. gonorrhoeae tampak sebagai diplokokus gram- negatif .
Diagnosis 2. Kultur Kultur diperlukan ketika pewarnaan Gram tidak memberikan hasil yang dapat diandalkan , seperti pada pria tanpa gejala atau wanita dengan infeksi genital. Kultur sangat bermanfaat dalam mendeteksi strain N. gonorrhoeae yang resisten terhadap antibiotik . N. gonorrhoeae tidak tahan terhadap pengeringan , sehingga sampel harus segera ditanam pada media yang sesuai atau ditempatkan dalam media transportasi . Pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 35–37°C dalam atmosfer dengan 5% CO₂, serta pada pH sekitar 6,5–7,5.Media pertumbuhan yang kompleks , seperti agar cokelat (chocolate agar), diperlukan untuk isolasi bakteri . Media selektif yang mengandung antibiotik seperti vankomisin , kolistin , dan nistatin dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan Neisseria non- patogenik .
Diagnosis 3. Uji Amplifikasi Asam Nukleat (NAATs) Uji amplifikasi asam nukleat (Nucleic Acid Amplification Tests atau NAATs) merupakan metode utama untuk mendiagnosis infeksi gonore di sebagian besar klinik di Amerika Serikat . NAATs sangat berguna dalam mendeteksi infeksi pada pria dan wanita tanpa gejala , karena pewarnaan Gram kurang efektif dalam kasus ini .
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap Antibiotik Neisseria gonorrhoeae telah mengembangkan resistensi terhadap berbagai antibiotik , sehingga menyulitkan pengobatan gonore . Berikut adalah aspek utama resistensi antibiotik yang dibahas : N. gonorrhoeae secara inheren lebih sensitif terhadap antimikroba dibandingkan banyak bakteri gram- negatif lainnya . Namun , praktik klinis yang berulang telah menyebabkan seleksi mutan yang resisten terhadap antibiotik . Resistensi muncul melalui mutasi kromosom serta akuisisi plasmid. Awalnya , resistensi berkembang melalui akumulasi mutasi kromosom yang menghasilkan resistensi tingkat rendah , diikuti dengan munculnya plasmid yang memediasi resistensi tingkat tinggi .
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap Antibiotik Penisilin Isolat N. gonorrhoeae pada tahun 1940-an masih dapat dihambat oleh konsentrasi penisilin G yang sangat rendah . Seiring waktu , resistensi meningkat akibat mutasi kromosom yang memengaruhi struktur permukaan sel. Tiga lokus genetik yang terkait dengan resistensi tingkat rendah terhadap penisilin meliputi : penA : Mengubah protein pengikat penisilin 2 (PBP2), sehingga menurunkan afinitasnya terhadap penisilin . Perubahan ini kemungkinan besar berasal dari transfer gen antarspesies . mtr : Mengkode protein represor yang mengatur pompa efluks , sehingga mengurangi konsentrasi antibiotik di dalam sel. penB : Melibatkan mutasi titik pada gen porB , yang mengkode protein porin utama , sehingga mempengaruhi masuknya antibiotik ke dalam sel.
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap Antibiotik Mutasi-mutan ini dapat meningkatkan konsentrasi hambat minimum (MIC) penisilin G dari 0,01 menjadi sekitar 1,0 µg/ mL. Mutasi tambahan , seperti mutasi titik pada protein sekreton PilQ , dapat menyebabkan resistensi yang lebih tinggi . Resistensi yang dimediasi plasmid: Pada tahun 1976, resistensi akibat produksi β- laktamase ( Pcr ) pertama kali didokumentasikan . Plasmid Pcr mengkode β- laktamase tipe TEM-1, yang kemungkinan diperoleh dari Haemophilus ducreyi . Plasmid ini dapat ditransfer melalui plasmid konjugal 36-kb.
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap Antibiotik Tetrasiklin Resistensi terhadap tetrasiklin meningkat akibat mutasi kromosom atau akuisisi plasmid Tcr . Lokus kromosom yang menyebabkan resistensi tingkat rendah meliputi mtr , penB , dan tet (gen yang mengkode protein ribosom 30S S10). Mutasi-mutan ini dapat meningkatkan MIC tetrasiklin dari sekitar 0,25 menjadi 2–4 µg/ mL. Resistensi tingkat tinggi (MIC ≥ 64 µg/mL) dikaitkan dengan plasmid Tcr 38-kb, yang membawa gen tetM . Gen tetM juga ditemukan pada bakteri gram- positif dan gram- negatif lainnya . Produk gen tetM melindungi ribosom dari tetrasiklin . Plasmid Tcr dapat ditransfer ke strain gonokokus lainnya .
Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap Antibiotik Spektinomisin Awalnya , resistensi tingkat tinggi terhadap spektinomisin ( Spc ) jarang ditemukan , tetapi kini menjadi lebih umum di daerah dengan penggunaan antibiotik ini yang tinggi . Resistensi tingkat tinggi terhadap Spc dapat dengan mudah diperoleh dalam laboratorium . Lokus genetik spc berada dalam klaster gen ribosom kromosom , yang menyebabkan perubahan pada target ribosom . Antibiotik Lainnya Resistensi terhadap streptomisin (Str) umum terjadi , dengan lokus genetik str yang berdekatan dengan spc . Resistensi terhadap asam nalidiksat dan inhibitor girase DNA lainnya terjadi dengan frekuensi mutasi yang cukup tinggi . Resistensi terhadap fluorokuinolon semakin meningkat secara global akibat mutasi pada gen gyrA atau parC .
Respon Antibodi Infeksi gonokokus secara alami memicu produksi antibodi serum terhadap berbagai antigen gonokokus , termasuk Pili (Pil), Porin (Por), Protein Opasitas (Opa), Protein Reduksi-Modifikasi ( Rmp ), dan Lipooligosakarida (LOS). Respon antibodi lebih kuat pada pasien dengan bakteremia atau salpingitis dibandingkan dengan mereka yang mengalami infeksi mukosa tanpa komplikasi.Infeksi genital tanpa komplikasi umumnya menghasilkan antibodi IgA dan IgG serum serta mukosal yang spesifik terhadap isolat homolognya . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respon antibodi lokal lemah dan tidak disertai dengan produksi sitokin inflamasi yang signifikan . Respon antibodi , baik di serum maupun mukosa , cenderung bersifat sementara .
Respon Host Respon Imun Seluler Respon imun seluler juga terjadi , tetapi sejauh ini kurang diteliti dibandingkan dengan respon humoral. Respon Imun Bawaan Respon imun bawaan di permukaan mukosa melibatkan produksi defensin, yang berperan dalam pertahanan awal terhadap infeksi gonokokus . Modulasi Respon Imun oleh Neisseria gonorrhoeae N. gonorrhoeae memiliki kemampuan untuk melemahkan respon imun inang . Beberapa protein Opa dapat menekan respon imun yang dimediasi sel T dan sel B. Pada sel B, modulasi ini dapat memicu apoptosis, sedangkan pada sel T, tidak terjadi kematian sel yang nyata . Mekanisme ini , bersama dengan variasi antigenik , menyebabkan infeksi lokal tanpa komplikasi gagal menghasilkan imunitas protektif yang efektif .
Kemotaksis dan Inflamasi Kemotaksis dan InflamasiIsolat gonokokus yang resisten terhadap serum dan menyebabkan bakteremia sering kali memicu respon kemotaksis yang lemah , sehingga inflamasi pada permukaan mukosa menjadi minimal. Sebaliknya , isolat yang sensitif terhadap serum memicu respon kemotaksis yang kuat , sehingga menyebabkan inflamasi yang lebih parah . Antibodi terhadap antigen LOS dapat menginduksi respon kemotaksis yang bergantung pada C5a. Penyakit radang panggul yang parah berkorelasi dengan sensitivitas tinggi terhadap lisis oleh serum, yang menunjukkan bahwa kerusakan jaringan lokal kemungkinan besar disebabkan oleh respon inflamasi yang berlebihan .
Respon Host Lainnya Protease IgA1 N. gonorrhoeae menghasilkan protease IgA1 yang dapat mendegradasi IgA1 serum dan sekretori . Enzim ini berperan dalam menonaktifkan pertahanan imun mukosa . Kehilangan protease IgA1 dapat membatasi kemampuan gonokokus untuk bertahan di dalam sel epitel Antibodi Penghambat Antibodi IgG non- komplemen yang mengenali epitop pada Rmp dapat menghambat efek bakterisidal dari antibodi IgM.
Uji Pengembangan Vaksin Pili sebagai Target Vaksin Upaya awal pengembangan vaksin berfokus pada penggunaan Pili sebagai antigen utama . Inokulasi intramuskular atau subkutan dengan Pili yang telah dimurnikan dapat menginduksi produksi antibodi serum dan mukosa yang memiliki aktivitas anti- adherensi dan opsonisasi . Studi terbatas pada sukarelawan pria yang divaksinasi dengan satu tipe antigenik pilus menunjukkan perlindungan parsial terhadap infeksi uretra oleh strain homolog. Perlindungan yang dihasilkan cukup rendah , dengan hanya peningkatan dosis infeksius sebesar 10–30 kali lipat . Vaksinasi dengan strain heterolog tidak memberikan perlindungan , yang menunjukkan bahwa proteksi bersifat spesifik strain. Uji klinis pada personel militer AS dengan satu tipe antigenik pilus gagal memberikan perlindungan akibat keragaman strain gonokokus yang ditemukan dalam praktik klinis . Kemungkinan masih terbuka bahwa vaksin berbasis pilus polyvalen , atau antigen berbasis domain pilin umum atau protein terkait pilus, akan lebih efektif .
Uji Pengembangan Vaksin 2. Kandidat Vaksin Lain Kandidat vaksin lain yang sedang diteliti termasuk Porin ( PorB ) dan Protein Pengikat Transferin ( TbpA /B). Studi terhadap vaksin rekombinan PorB serta vaksin genetik yang mengekspresikan PorB pada model tikus tidak menunjukkan perlindungan yang signifikan . Sebuah vaksin genetik berbasis partikel replikasi virus ensefalitis Venezuela (VRP- PorB ) menunjukkan tingkat perlindungan tertentu pada model tikus . Namun , efek ini tampaknya lebih disebabkan oleh respon inflamasi Th1 yang dipicu oleh vektor VRP, bukan oleh protein PorB yang diekspresikan . 3. Tantangan dalam Pengembangan Vaksin Tidak adanya model hewan yang mampu mereplikasi spektrum penyakit gonore secara akurat pada manusia menjadi kendala utama dalam pengembangan vaksin . Variabilitas antigen yang tinggi serta kemampuan N. gonorrhoeae untuk menekan respon imun inang merupakan tantangan besar yang harus diatasi dalam upaya pengembangan vaksin yang efektif .
Uji Pengembangan Vaksin Protease IgA1 N. gonorrhoeae menghasilkan protease IgA1 yang dapat mendegradasi IgA1 serum dan sekretori . Enzim ini berperan dalam menonaktifkan pertahanan imun mukosa . Kehilangan protease IgA1 dapat membatasi kemampuan gonokokus untuk bertahan di dalam sel epitel Antibodi Penghambat Antibodi IgG non- komplemen yang mengenali epitop pada Rmp dapat menghambat efek bakterisidal dari antibodi IgM.
Insiden Klinis Insiden gonore secara umum bervariasi sesuai usia. Tujuh puluh lima persen dari kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2005 terdapat pada orang berusia 15-29 tahun, dengan insiden tertinggi pada kelompok 15-19 tahun.
Insiden Klinis 2021, total 710,151 kasus gonore dilaporkan ke CDC, menjadikannya infeksi menular seksual kedua yang paling umum dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun tersebut . Tingkat gonore yang dilaporkan telah meningkat 118% sejak angka terendah pada tahun 2009. Selama tahun 2020 hingga 2021, tingkat keseluruhan gonore yang dilaporkan meningkat 4,6%. Selama tahun 2020 hingga 2021, angka tersebut meningkat di kalangan pria dan wanita ,
INFEKSI GONOKOKAL DENGAN KOMPLIKASI
INFEKSI GONOKOKAL DENGAN KOMPLIKASI KOMPLIKASI LOKAL PADA LAKI-LAKI 1. Uretritis Gonokokal yang disertai komplikasi epididimitis Komplikasi lokal yang paling umum dari uretritis gonokokal adalah epididimitis Penyebab paling umum dari epididimitis akut pada pasien di bawah usia 35 tahun adalah C. trachomatis, N. gonorrhoeae, atau kedua organisme tersebut . Biasanya disertai nyeri testis unilateral dan pembengkakan .
INFEKSI GONOKOKAL DENGAN KOMPLIKASI 2. L imfangitis penis Dikaitkan dengan limfadenitis regional, merupakan komplikasi minor yang jarang dari uretritis gonokokal , seperti edema penis (" Bull-headed clap ") . Kadang disertai tromboflebitis atau limfangitis pada penis. 3. Striktur uretra postinflamasi Komplikasi umum dari gonore yang tidak diobati tapi sekarang jarang terjadi . Striktur tersebut berkaitan dengan infeksi berulang atau karena irigasi kaustik uretra digunakan untuk pengobatan . 4. Abses periuretra jarang
Infeksi Pada Perempuan Pelvic Inflammatory Disease (PID) Abses tuboovarian , atau peritonitis panggul merupakan komplikasi gonore yang paling umum pada wanita . Terjadi sekitar 10-20% dari pasien dengan infeksi gonokokal akut . PID adalah komplikasi paling umum dari semua komplikasi gonore , serta yang paling penting dalam hal dampak kesehatan masyarakat , karena kedua manifestasi akut dan gejala sisa bersifat jangka panjang seperti ( infertilitas , kehamilan ektopik , dan nyeri panggul kronis ). Pasien dengan salpingitis gonokokal biasanya muncul dengan berbagai kombinasi nyeri perut bagian bawah , dispareunia , menstruasi yang tidak normal, perdarahan intermenstrual, atau keluhan lain yang kompatibel dengan infeksi intraabdominal.
Infeksi Pada Perempuan Pada pemeriksaan fisik , ditemukan nyeri perut bagian bawah , rahim , atau nyeri adneksa , nyeri gerak serviks , kadang-kadang muncul massa adneksa atau abses tubo -ovarium. Pada wanita dengan servisitis gonokokal , ditemukan gram negatif pada 40-60% wanita dengan PID gonokokal . Temuan lain yang mungkin ada atau mungkin tidak ada termasuk demam , leukositosis , peningkatan laju endap darah , dan peningkatan kadar protein C- reaktif . Wanita dengan salpingitis gonokokal sering muncul nyeri akut daripada wanita dengan salpingitis nongonococcal, dan lebih sering mengalami demam (74 vs 22%).
Infeksi Pada Perempuan 2. Abses Kelenjar Bartholin Abses Kelenjar Bartholin merupakan komplikasi urogenital yang paling umum dari gonorrhea pada wanita . N. gonorrhoeae diisolasi dari saluran kelenjar Bartholin. 52 (28%) dari 183 wanita dengan gonore urogenital memiliki pembesaran pada kelenjar Bartholin dan terasa nyeri . Bakteri lain, termasuk C. trachomatis , bertanggung jawab untuk banyak kasus Bartholinitis
Komplikasi Sistemik INFEKSI GONOKOKAL DISEMINATA ( Disseminated Gonococcal Infection = DGI) Infeksi gonokokal biasanya dimanifestasikan oleh sindrom arthritis-dermatitis akut Ini merupakan komplikasi sistemik yang paling umum dari gonore akut . Sindrom terjadi pada 0,5-3% dari pasien dengan gonore yang tidak diobati Manifestasi paling sering berupa arthritis akut , tenosinovitis , dermatitis, atau kombinasi . Hasil kultur positif dari darah , cairan sendi , adanya lesi kulit dapat membuktikan DGI. Lebih dari 80% pasien DGI, N. gonorrhoeae dapat dibiakkan dari mukosa yang terinfeksi (anogenital atau faring) atau dari pasangan seks
Komplikasi Sistemik Pasien dengan bakteremia gonokokal memiliki tanda dan gejala urogenital, demam tinggi , ditandai leukositosis . Manifestasi klinis yang paling umum dari DGI adalah nyeri sendi dan lesi kulit . Lesi kulit dermatitis gonokokal berupa jerawat nekrotik yang eritematosa , makula , papula , pustula , petekie , bula , atau ekimosis . Lesi kulit cenderung terletak di bagian distal dari ekstremitas . Banyak pasien dengan dermatitis gonokokal memiliki arthralgia atau tenosinovitis pada awal penyakit . DGI paling sering melibatkan pergelangan tangan , metacarpophalangeal , pergelangan kaki, dan sendi lutut
Komplikasi Sistemik Cairan sinovial jarang positif pada pasien dengan jumlah cairan sinovial leukosit kurang dari 20.000 per mm3, sedangkan sering positif pada pasien dengan leukosit lebih dari 40.000 per mm3. Hanya 20-30% pasien DGI memiliki kultur darah positif . Keterlibatan mukosa pada pasien dengan DGI sering tanpa gejala , hal ini sering menyebabkan terjadinya underdiagnosis. DGI lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria . Pada kebanyakan kasus , bakteremia dimulai segera setelah infeksi .
Komplikasi Sistemik Cairan sinovial jarang positif pada pasien dengan jumlah cairan sinovial leukosit kurang dari 20.000 per mm3, sedangkan sering positif pada pasien dengan leukosit lebih dari 40.000 per mm3. Hanya 20-30% pasien DGI memiliki kultur darah positif . Keterlibatan mukosa pada pasien dengan DGI sering tanpa gejala , hal ini sering menyebabkan terjadinya underdiagnosis. DGI lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria . Pada kebanyakan kasus , bakteremia dimulai segera setelah infeksi . Beberapa penelitian juga telah menyebutkan kehamilan dan gonore faring sebagai faktor risiko untuk DGI. Skrining harus dilakukan , pada pasien dengan episode kedua gonokokal sistemik atau infeksi meningokokus . Untuk melawan gonokokus , digunakan penisilin untuk semua pasien yang diduga DGI.
Komplikasi Sistemik 2. ENDOKARDITIS GONOKOKAL DAN MENINGITIS Endokarditis gonokokal adalah komplikasi yang jarang , terjadi pada sekitar 1-3% dari pasien dengan DGI. Meskipun demikian , mencari komplikasi endokarditis gonokokal pada pasien dengan DGI penting karena kemungkinan kerusakan katup progresif dengan konsekuensi yang mengancam jiwa dapat terjadi . Katup aorta paling sering terinfeksi pada pasien dengan endokarditis gonokokal , dan di era preantibiotik , kebanyakan pasien meninggal karena ketidakmampuan katup aorta dan gagal jantung akut dalam waktu 6 minggu .
Komplikasi Sistemik Infeksi Meningococcal Beberapa laporan telah mendokumentasikan bahwa infeksi atau kolonisasi N. meningitidis dapat terjadi di semua mukosa yang kompatibel dengan transmisi seksual . Meskipun jarang dibandingkan dengan gonore , infeksi meningokokus dapat mirip dengan manifestasi klinis gonore . Semua anorektal mencurigakan atau uretra isolat dari pria homoseksual , serta faring isolat dari semua pasien , harus diuji untuk membedakan N. gonorrhoeae dari N. meningitidis. Dengan demikian , dominan bukti menunjukkan bahwa infeksi meningokokus genital kadang-kadang ditransmisikan secara seksual dan ketika terdeteksi , harus dikelola dengan cara yang sama seperti gonore .
Terapi Obat pilihan : Cefixime 400 mg oral dosis tunggal Obat alternatif : Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal
Terapi Obat pilihan : Cefixime 400 mg oral dosis tunggal Obat alternatif : Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal
Terapi Kemenkes
Terapi GO tanpa Komplikasi (CDC)
Terapi GO tanpa Komplikasi (CDC)
Komplikasi seperti Bartholinitis dan Proktatitis (PPK) Obat pilihan : Cefixime 400 mg oral selama 5 hari Obat alternatif : Levofloxacin 500 mg oral selama 5 hari Kanamisin 2 gr IM selama 3 hari Ceftriaxone 250 mg IM selama 3 hari
TERAPI KOMPLIKASI KONJUNGTIVITIS GONOCOCCAL (CDC)
TERAPI KOMPLIKASI ARTHRITIS DAN ARTHRITIS DERMATITIS SINDROM (CDC)
Terapi meningitis gonokokal dan endocarditis (CDC) Meningitis diberikan selama 10-14 hari Endokarditis diberikan paling kurang selama 4 minggu
Terapi GO tanpa Komplikasi (CDC)
Terapi GO tanpa Komplikasi (CDC)
Terapi GO tanpa Komplikasi (CDC)
Epididimitis Gonorrhea (CDC) Ceftriaxone 250mg IM dosis tunggal + Doxycyclin 100 mg oral 2x sehari selama 10 hari Proktitis Gonorrhea Ceftriaxone 250mg IM dosis tunggal + Doksisiklin 100 mg oral 2x sehari selama 7 hari