5. PPT_Assesmen Formatif Sumatif Baru Pol.pptx

aprindhitarahayu34 0 views 56 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 56
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56

About This Presentation

Assasmen


Slide Content

ASESMEN DALAM KURIKULUM MERDEKA (FORMATIF DAN SUMATIF)

Harapan dengan kurikulum baru A ssessme n t of Learning A ssessme n t for Learning A ssessme n t as Learning A ssessme n t of Learning A ss e ss m e n t for Learning A ss e ss m e n t as Learning Assessment of learning paling dominan dilakukan oleh Guru Mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning Penekanan pada Asesmen Formatif Fungsi Asesmen Formatif dan Sumatif Kondisi saat ini

Penekanan pada Asesmen Formatif Fungsi Asesmen Formatif dan Sumatif Proporsi fungsi Assessment as, for, dan of learning. Asesm e n Formatif Asesm e n Sumatif Penting! Pada kurikulum ini guru diharapkan memberikan proporsi lebih banyak pada pelaksanaan asesmen formatif daripada menitikberatkan orientasi pada asesmen sumatif. Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman kesadaran bahwa proses lebih penting daripada sebatas hasil akhir.

Penekanan pada Asesmen Formatif Mengapa Keseimbangan Asesmen Formatif dan Sumatif penting? Mengubah paradigma belajar yang menitikberatkan pada nilai menjadi belajar yang menitikberatkan pada proses. Jika ketergantungan pada asesmen sumatif masih terjadi dengan umpan balik yang sedikit, maka dapat menghambat proses murid untuk “mengalami pengetahuan”. Asesm e n Formatif Asesm e n Sumatif Proporsi fungsi Assessment as, for, dan of learning.

Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen Asesmen adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Formatif Sumatif

a. Asesmen di awal pembelajaran yang dipakai untuk m engetahui ke s iapan peserta d i dik dalam m empelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan dikategorikan sebagai asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor. b. Asesmen di dalam proses pembelajaran, yang dilakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif Asesmen dalam pembelajaran 1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.

Asesmen Awal Pembelajaran UNTUK APA? Asesmen awal pembelajaran dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik. KAPAN DILAKUKAN? Pendidik dapat melaksanakan asesmen awal pembelajaran sesuai kebutuhan, misalnya pada awal tahun pelajaran, pada awal semester, sebelum memulai satu lingkup materi (dapat berupa 1 atau beberapa TP), atau sebelum menyusun modul ajar secara mandiri. Dengan demikian, asesmen awal pembelajaran tidak perlu dilakukan setiap mengawali tatap muka. BAGAIMANA DILAKUKAN? Asesmen pada awal pembelajaran diharapkan tidak memberatkan pendidik atau satuan pendidikan. Namun demikian jika pendidik atau satuan pendidikan memiliki kemampuan, dapat melengkapi data tambahan dengan melakukan asesmen non kognitif yang mencakup, kesiapan belajar, minat, profil belajar, latar belakang keluarga, riwayat tumbuh kembang, dl l .

Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen

Agar asesmen formatif berfungsi dengan baik dan memberikan manfaat bagi siswa dan guru, maka perlu memperhatikan: Tidak berisiko tinggi ( high stake ). Tidak dirancang untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan penting lainnya Menggunakan berbagai teknik dan/atau instrument Dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan. Menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan baliknya dapat diperoleh dengan cepat. Terhadap hasil asesmen ini pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik Menginformasikan kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.

Contoh asesmen formatif Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan 3 hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang mereka belum pahami. Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik. Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik diberikan kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri. Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang baru dipelajari.

bagian dari perhitungan penilaian dilakukan di akhir proses pembelajaran dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih TP sesuai pertimbangan pendidik atau satuan pendidikan menjadi di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang. Asesmen dalam pembelajaran Sumatif lingkup materi (keharusan) Sumatif akhir semester (opsional) Sumatif akhir fase (opsional) 2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran

Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen

Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen Hal yang sama juga berlaku untuk sumatif akhir fase

Jenis, Karakteristik, dan Fungsi Asesmen

Pendidik adalah sosok yang paling memahami kemajuan belajar peserta didik sehingga pendidik perlu memiliki kompetensi dan keleluasaan untuk melakukan asesmen agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing- masing. Keleluasaan tersebut mencakup perancangan asesmen, waktu pelaksanaan, penggunaan teknik dan instrumen asesmen, penentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, dan pengolahan hasil asesmen. Termasuk dalam keleluasaan ini adalah keputusan tentang penilaian tengah semester, perlu atau tidaknya melakukan penilaian tersebut.

Paradigma Asesmen No. Pa r a dig m a Asesmen Gambaran Umum 1. Penerapan p ola pikir bertumbuh Penerapan pola pikir bertumbuh ( growth mindset ) dalam asesmen diharapkan membangun kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran lebih penting daripada sebatas hasil akhir. Pendidik diharapkan mampu menerapkan ide dalam Growth Mindset k hususnya yang tergambar pada pemberian umpan balik yang menstimulasi pola pikir bertumbuh, memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan evaluasi diri dan merefleksikan pembelajarannya, serta melaksanakan moderasi dalam asesmen. 2. Keterpaduan Asesmen sebagai bagian dari pembelajaran mencakup kompetensi pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang saling terkait . Rumusan Capaian Pembelajaran telah mengakomodasi tiga ranah tersebut. Pada saat pendidik melakukan asesmen berdasarkan tujuan pembelajaran yang merupakan turunan dari Capaian Pembelajaran, maka secara langsung keterpaduan ini terpenuhi. Dengan demikian, pendidik tidak perlu memilih asesmen berdasarkan ketiga ranah tersebut. 3. Keleluasaan dalam m enent ukan waktu pelaksanaan asesmen Pendidik memiliki keleluasaan dalam menentukan waktu pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif sesuai dengan karakteristik kompetensi pada tujuan pembelajaran. Karena alur tujuan pembelajaran yang digunakan mungkin berbeda, maka waktu pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif di setiap kelas mungkin berbeda . 4. Keleluasaan dalam menentukan teknik dan instrumen asesmen Pendidik memiliki keleluasaan dalam merencanakan dan menggunakan teknik dan instrumen asesmen dengan mempertimbangkan: karakteristik mata pelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik, Capaian Pembelajaran dan tujuan pembelajaran, serta sumber daya pendukung yang tersedia.

Paradigma Asesmen No. Paradigma Asesmen Gambaran Umum 5. Keleluasaan menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembela ja r an Setiap satuan pendidikan dan pendidik akan menggunakan alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang berbeda, oleh sebab itu untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran, pendidik akan menggunakan kriteria yang berbeda , baik dalam bentuk angka kuantitatif maupun data kualitatif sesuai dengan karakteristik tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan asesmen yang dilaksanakan. Kriteria ini disebut dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran . Kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran berfungsi untuk merefleksikan proses pembelajaran dan mendiagnosis tingkat penguasaan kompetensi peserta didik agar pendidik dapat memperbaiki proses pembelajaran dan atau memberikan intervensi pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik. 6. Keleluasaan dalam mengolah hasil asesmen Mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, Capaian Pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran, pendidik memiliki keleluasaan untuk mengolah hasil asesmen sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan pendidik dalam melaksanakan asesmen dan mengolah data hasil asesmen. 7. Keleluasaan dalam menentukan kenaikan kelas Pendidik dan satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan kelas, dengan mempertimbangkan: Laporan kemajuan belajar Laporan pencapaian Projek Profil Pelajar Pancasila Portofolio peserta didik Ekstrakurikuler/prestasi/penghargaan peserta didik Tingkat kehadiran

Observasi Penilaian peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk semua peserta didik atau per individu. Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian. Kinerja Penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio. Projek Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

Contoh Instrumen Penilaian/Asesmen Rubrik Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik. Ceklis Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang dituju. Catatan Anekdot a l Catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi yang dilakukan. Grafik Perke m bangan (Kontinum) Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap perkembangan belajar.

Contoh: Merancang Asesmen Formatif dan Sumatif

Identifikasi bentuk asesmen yang hendak dilakukan untuk mengukur pembelajaran secara formatif maupun sumatif. 2

Buat instrumen asesmen formatif dan sumatif bersamaan dengan menyusun modul ajar. 3 Jika asesmen berupa kinerja, pendidik dapat membuat instrumen dalam bentuk rubrik seperti berikut:

P e la k s a na a n Asesmen Formatif dan Sumatif 4

Menentukan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran

“penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran” Tidak disarankan angka mutlak (75, 80, 90 dst) Paling disarankan adalah deskripsi Jika diperlukan boleh memakai interval (71-80, 81-90, 91-100) Ketercapaian Tujuan Pembelajaran

Beberapa pendekatan untuk mengembangkan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran: menggunakan deskripsi apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran menggunakan rubrik Untuk mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran, menggunakan skala atau interval nilai , atau pendekatan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam mengembangkannya.

Contoh rumusan TP “peserta didik mampu menulis laporan hasil pengamatan dan wawancara” Cara Menentukan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Contoh cuplikan CP Bahasa Indonesia Fase C:

Pendekatan 1: Menggunakan deskripsi Kriteria Tidak memadai Memadai Lapo r an menunju k k a n k emampuan penulisan t e k s eksplanasi dengan runtu t . √ Laporan menunjukkan hasil pengamatan yang jelas. √ Laporan menceritakan pengalaman secara jelas. √ Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat meyakinkan pembaca. √ Kesimpulan: Peserta didik dianggap mencapai tujuan pembelajaran jika minimal 3 kriteria memadai. Jika ada dua kriteria masuk kategori tidak tuntas, maka perlu dilakukan intervensi agar pencapaian peserta didik ini bisa diperbaiki. Pendidik dapat menggunakan rubrik ini untuk kriteria dari tujuan pembelajaran seperti contoh di atas, atau dapat pula menggunakan tujuan-tujuan pembelajaran untuk menentukan ketuntasan CP pada satu fase.

Pendekatan 2: menggunakan rubrik Kriteria 1 Baru berkembang Layak Cakap Mahir Isi laporan Belum mampu menulis teks eksplanasi hasil pengamatan dan pengalaman belum tertuang jelas dalam tulisan Ide dan informasi dalam laporan tercampur antar paragraf tidak berhubungan. Mampu menulis teks eksplanasi hasil pengamatan dan pengalaman sudah jelas Laporan menunjukkan hubungan yang jelas di sebagian paragraf. Mampu menulis teks eksplanasi hasil pengamatan, dan pengalaman secara jelas Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat meyakinkan pembaca. Mampu menulis teks eksplanasi hasil pengamatan, dan pengalaman secara jelas Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis disertai dengan argumen yang logis sehingga dapat meyakinkan pembaca serta ada fakta-fakta pendukung yang relevan.

Pendekatan 2: menggunakan rubrik Kriteria 2 Baru berkembang Layak Cakap Mahir Penulisan (tanda baca dan huruf kapital) Belum menggunakan ta n da b a ca dan huruf kapital atau sebagian besar tidak digunakan secara tepat. Sebagian tanda baca dan huruf kapital digunakan secara tepat. Sebagian besar ta nd a ba ca dan huruf kapital digunakan secara tepat. Semua tanda ba ca da n hu r u f kapital digunakan secara tepat. Kesimpulan: Peserta didik dianggap sudah mencapai tujuan pembelajaran jika kedua kriteria di atas mencapai minimal tahap cakap.

Pendekatan 3: menggunakan interval nilai Kriteria Ketuntasan belum muncul (1) muncul sebagian kecil (2) sudah muncul di sebagian besar (3) terlihat pada k e s e l u ruhan teks (4) Menunjukkan kemampuan penulisan teks eksplanasi dengan runtut √ Laporan menunjukkan hasil pengamatan yang jelas √ Laporan menceritakan pengalaman secara jelas. √ Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang logis disertai dengan ar g um e n y a n g l o g i s seh i ng g a dapat meyakinkan pembaca. √

Perhitungan nilai = Skor yang didapat x 100% skor maksimal x 100% = 2 + 3 + 4 + 2 16 = 69% Setelah mendapatkan nilai (baik dari rubrik ataupun nilai dari tes), pendidik dan/atau satuan pendidikan dapat menentukan interval nilai untuk menentukan ketuntasan dan tindak lanjut sesuai dengan intervalnya. - 40% 41 - 60% 61 - 80% : belum mencapai, remedial di seluruh bagian : belum mencapai ketuntasan, remedial di bagian yang diperlukan : sudah mencapai ketuntasan, tidak perlu remedial 81 - 100% : sudah mencapai ketuntasan, perlu pengayaan atau tantangan lebih

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen

“ Penting untuk diperhatikan agar tidak mencampur penghitungan hasil asesmen formatif dan sumatif” karena fungsi keduanya yang berbeda. Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan umpan balik pada proses sehingga asesmen formatif bukan menjadi penentu atau pembagi untuk nilai akhir. Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif (berdasarkan lingkup materinya) agar peserta didik menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak terburu-buru atau tidak terlalu padat). Nilai akhir merupakan gabungan dari beberapa kegiatan asesmen tersebut.

Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor Contoh data kuantitatif

Pelaporan Hasil Belajar

Terdapat 3 opsi dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi pada rapor. Deskripsi berdasarkan capaian pembelajaran Deskripsi berdasarkan alur tujuan pembelajaran Deskripsi berdasarkan poin penting pada materi Dalam penyusunan deskripsi, Pendidik harus mengidentikasi capaian kompetensi tertinggi dan terendah. Pada slide ini, untuk melihat Capaian kompetensi tertinggi ditandai dengan warna hijau dan capaian kompetensi terendah ditantai dengan warna merah. Capaian tertinggi Capaian terendah

1) Opsi 1 Penyusunan deskripsi berdasarkan Capaian Pemb e l a j a r a n

2) Penyusunan deskripsi berdasarkan Alur Tujuan Pembelajaran

3) Penyusunan deskripsi mengambil dari poin-poin penting dari materi yang sudah diberikan

Contoh Rapor SD Untuk melengkapi pelaporan, satuan pendidikan dapat juga menambahkan bentuk laporan lainnya, seperti portofolio, diskusi/konferensi, pameran karya, dan skill passport (SMK).

Mekanisme Kenaikan Kelas Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan kelas. Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun ajaran.

Mekanisme Kenaikan Kelas pada fase yang sama (misal fase A) Guru kls 1 dan 2 secara kolaboratif menyusun/menyepakati ATP Menyepakati TP manasaja yang perlu dicapai di kelas I dan TP manasaja yang akan dicapai di kelas 2. Ketika di akhir kelas 1 ada siswa yang tidak dapat mencapai TP tertentu, guru kelas 1 akan menyampaikan kepada guru kelas 2 agar pembelajaran di kelas 2 nanti dapat menyesuaikan kebutuhan siswa Di awal tahun ajaran baru, guru kelas 2 melakukan asesmen awal pembelajaran untuk identifikasi kesiapan siswa belajar di kelas yang baru. “Jadi peserta didik tadi dapat terus naik kelas, tidak perlu tinggal kelas di Kelas 1”

Mekanisme Kenaikan Kelas Pada fase berbeda Kenaikan kelas dari Kelas IV (Fase B) ke Kelas V (Fase C). Apabila terdapat siswa yang belum mencapai kompetensi dalam Fase B, perlu diidentifikasi oleh guru Kelas V sejak awal tahun ajaran. Informasi tentang tahap capaian peserta didik ini perlu dikomunikasikan oleh guru Kelas IV, dan juga diidentifikasi melalui asesmen di awal pembelajaran Kelas V. Untuk peserta didik yang belum menuntaskan Fase B, pendidik dapat mengulang konsep atau materi pelajaran yang belum dikuasai peserta didik sebelum peserta didik tersebut mempelajari materi yang terkandung dalam Capaian Pembelajaran Fase C. “Dengan demikian, peserta didik dapat terus naik kelas”

Satuan pendidikan tidak perlu menentukan kriteria dan mekanisme kenaikan kelas. Kenaikan kelas dilaksanakan secara otomatis Apabila terdapat tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang tidak tercapai sampai saatnya kenaikan kelas, maka pada rapor peserta didik tersebut dituangkan nilai aktual yang dicapai dan dideskripsikan bahwa peserta didik tersebut masih memiliki tujuan pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti di kelas berikutnya. Dalam proses penentuan peserta didik tidak naik kelas, perlu dilakukan musyawarah dan pertimbangan yang matang sehingga opsi tidak naik kelas menjadi pilihan paling akhir apabila seluruh pertimbangan dan perlakuan telah dilaksanakan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak memberikan manfaat signifikan untuk peserta didik, bahkan cenderung memberikan dampak buruk terhadap citra diri Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat banyak mata pelajaran yang tidak tercapai dan/atau terkait isu sikap dan karakter peserta didik, maka satuan pendidikan dapat menetapkan mekanisme untuk menetapkan peserta didik tidak naik kelas. Namun demikian, keputusan ini sebaiknya dipertimbangkan dengan sangat hati-hati mengingat dampaknya terhadap kondisi psikologis

Mekanisme Kelulusan Seperti halnya kenaikan kelas, penentuan kelulusan ditentukan oleh satuan pendidikan. Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain pada: kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar atau bentuk lain yang sederajat; dan setiap tingkatan kelas untuk sekolah menengah pertama atau bentuk lain yang sederajat dan sekolah menengah atas atau bentuk lain yang sederajat

Mekanisme Kelulusan Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/ program pendidikan setelah: menyelesaikan seluruh program pembelajaran; dan mengikuti penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan.

Portofolio Diskusi/konferensi Pameran karya Laporan hasil belajar (rapor) Pelaporan Kemajuan Belajar

Tanya jawab dan diskusi

TERIMA KASIH SAMPAI JUMPA
Tags