_COMBUSTIO - Bimbingan dr Nur Rohman, Sp.B.pptx

amdisn35 14 views 27 slides Sep 12, 2025
Slide 1
Slide 1 of 27
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27

About This Presentation

Combustio


Slide Content

Combustio Bimbingan dr. Nur Rohman, Sp.B

Definisi Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah. Tolles J. Emergency Department Management of Patients with Thermal Burns. Emerg. Med. Pract. 2018;20:1–24.

Etiologi Sumber luka bakar dapat berupa kontak termal, listrik, kimia, radiasi, dan lain-lain Luka termal dapat dibagi menjadi: Cedera yang disebabkan oleh cairan panas (luka bakar) merupakan jenis luka bakar yang paling umum, mencakup hampir 70% luka bakar pada anak-anak, namun juga sering terjadi pada orang lanjut usia. Luka bakar biasanya menyebabkan luka bakar sebagian yang sembuh setelah pengobatan standar; Cedera panas kering, biasanya disebabkan oleh kontak langsung dengan nyala api atau pancaran panas. Umum terjadi pada orang dewasa dan sering timbul dengan komplikasi akibat menghirup asap. Cedera tersebut biasanya dalam (ketebalan sebagian atau seluruhnya) dan umumnya memerlukan intervensi bedah; Cedera kontak, diakibatkan kontak langsung dengan benda panas. Kontak yang terlalu lama dengan benda yang cukup panas (misalnya radiator) juga dapat menyebabkan cedera termal Schaefer T.J., Tannan S.C. StatPearls. StatPearls Publishing; Treasure Island, FL, USA: 2022. Thermal Burns.

Etiologi Sengatan listrik Sengatan listrik menyebabkan kurang dari 5% dari seluruh kejadian luka bakar. Tingkat keparahan cedera ditentukan oleh tegangan dan arus listrik, jenis arus, durasi kontak, dan jalur arus melalui tubuh. Sebagian besar jaringan tubuh merupakan konduktor yang baik, terutama saraf dan pembuluh darah. Meskipun konduktivitas kulit bervariasi tergantung pada kadar air dan suhu. Panas itu sendiri dihasilkan oleh listrik di sekitar jaringan yang merupakan konduktor buruk, sehingga merusak jaringan lokal di sekitarnya. Tegangan listrik <1000 V dapat menyebabkan luka bakar kecil dan dalam di titik masuk dan keluar. Cedera tegangan tinggi (>1000 V) menyebabkan kerusakan jaringan yang luas, seringkali disertai kehilangan anggota tubuh, rhabdomyolysis (kerusakan otot) dan gagal ginjal. Spies C., Trohman R.G. Narrative Review: Electrocution and Life-Threatening Electrical Injuries. Ann. Intern. Med. 2006;145:531–537. doi: 10.7326/0003-4819-145-7-200610030-00011.

Etiologi Zat kimia Luka bakar akibat bahan kimia menyebabkan sekitar. 3% luka bakar. Insiden semacam ini umumnya terjadi di lingkungan rumah tangga dan industri. Jenis cedera ini melibatkan denaturasi protein tubuh dan tingkat cedera bergantung pada konsentrasi, jumlah, durasi kontak, dan mekanisme kerja bahan kimia tertentu, yaitu reduksi dan oksidasi, korosi, racun protoplasma, vesikasi, dan pengeringan. Meskipun gambaran klinis untuk semua kelompok bahan kimia serupa, mekanisme kerusakan jaringan yang sebenarnya mungkin berbeda-beda, oleh karena itu bahan kimia secara tradisional diklasifikasikan menjadi asam atau basa. Koh D.-H., Lee S.-G., Kim H.-C. Incidence and Characteristics of Chemical Burns. Burns. 2017;43:654–664. doi: 10.1016/j.burns.2016.08.037.

Etiologi Radiasi Umumnya radiasi berbahaya disebabkan oleh sinar alfa (α), beta (β), dan gamma (γ). Partikel alfa adalah ion helium bermuatan positif. Bahan ini berat, hanya dapat bergerak beberapa sentimeter di udara, dan tidak dapat menembus lapisan keratin kulit. Namun, ini adalah partikel berenergi tinggi dengan nilai Sv (sievert) yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas jika tertelan atau terhirup. Partikel beta adalah berkas elektron bermuatan negatif yang dapat merambat beberapa meter di udara dan menyebabkan luka dangkal seperti terbakar sinar matahari karena kemampuannya yang terbatas untuk menembus jauh ke dalam jaringan (1 cm). Sinar gamma dari sinar-X dan peluruhan alami radioisotop, seperti 60Co (kobalt) dan 192Ir (iryd), dapat merambat beberapa meter di udara dan menembus jauh ke dalam jaringan. Akibatnya, sinar gamma dapat menyebabkan kerusakan sangat parah yang melibatkan struktur vital seperti sumsum tulang dan paru-paru. Selain luka bakar yang dalam pada kulit, pasien mengalami gejala sistemik yang disebut Sindrom Radiasi Akut (ARS) Bhattacharya S. Radiation Injury. Indian J. Plast. Surg. 2010;43:S91–S93. doi: 10.1055/s-0039-1699465.

Epidemiologi Sekitar 86% luka bakar disebabkan oleh cedera termal, sekitar 4% disebabkan oleh listrik dan 3% disebabkan oleh bahan kimia. Luka bakar akibat api dan melepuh merupakan penyebab utama luka bakar pada anak-anak dan orang dewasa. Lebih banyak orang dewasa yang terluka akibat luka bakar api, sedangkan anak-anak di bawah usia lima tahun lebih sering terkena luka bakar melepuh. Luka bakar lebih sering menyerang masyarakat berpendapatan rendah dan menengah serta masyarakat di negara berpendapatan rendah.

Kedalaman luka bakar (Marc G. Jeschke et al 2020) Klasifikasi

Manifestasi Klinis Kedalaman luka bakar → dapat dibagi menjadi lima kategori nerdasarkan elemen kulit yang rusak: Superfisial (derajat 1) Superfisial ± Kedalaman Partial (Partial Thickness) Dalam ± Kedalaman Partial (Deep Partial Thickness) Kedalaman Penuh (Full Thickness) Subdermal

Manifestasi Klinis Luas luka bakar → terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi, (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm.

Rule of Nine

Lund and Browder

Patofisiologi Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Derajat dan keparahan luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, diantaranya konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Infeksi pada combustio dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme melalui kulit yang tidak intak. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskular. Elektrolit yang mungkin hilang diantaranya air, natrium, klorida, kalium, dan protein plasma.

Pemeriksaan Fisik Head to Toe Examination Head/maxillofacial Cervical spine & neck Chest Abdomen Genitalia, perineum Back & buttocks Musculoskeletal Vascular Neurological

Pemeriksaan Fisik Severity of Burn Depth of burn Extent of burn Location of burn

Tatalaksana dan Pemeriksaan Penunjang PRIMARY SURVEY AIRWAY (Jalan napas & manajemen tulang servikal) BREATHING Keracunan Karbon monoksida (CO) → cherry red (pasien warna merah cherry) & tidak bernapas RR (hati hati <10 atau >30) Terutama apabila luka bakar pada dada CIRCULATION Periksa ada tidaknya perdarahan pulsasi sentral (kuat/lemah), tekanan darah, CRT pasien pucat (kehilangan 30% volume darah) atau terdapat perubahan mental (kehilangan 50% volume darah) Pasang IV cath di daerah yang tidak terbakar

PRIMARY SURVEY DISABILITY : AVPU /GCS EXPOSURE Paparan dan pengendalian lingkungan Lepaskan pakaian dan aksesoris Lock roll untuk lihat bagian posterior Hitung area luka bakar dengan Rule of Nine

SECONDARY SURVEY Periksa lengkap dari ujung kepala sampai kaki Waspada gejala trauma yang lain🡪 selalu cocokkan denga n m echanism of injury (listrik, ledakan, ruangan dll) Trauma inhalasi Luka bakar yang melingkar, area wajah dan genital. Compartemen syndrom

FIRST AID (FATT) 1. FLUID (resusitasi cairan) INDIKASI : DEWASA 20% ANAK >10% Rumus Parkland yang dimodifikasi 3-4 ml/kgBB/% luas luka bakar 50% diberikan 8 jam pertama, 50% di 16 jam berikutnya. Pemberian dihitung dari saat terjadinya trauma Gunakan cairan kristaloid Pantau adekuasi resusitasi: urine output. Evaluasi bila kurang ditambah 10% dari sebelumnya atau sebaliknya

2. ANALGESIC Pain severe 🡪 morfin IV 0,05 – 0,1 mg/kgBB, dapat dititrasi untuk peroleh efek (dosis kecil lebih aman) Bisa diberikan analgetik lain🡪 sesuaikan dengan VAS score

3. TEST : Radiologi : thoraks, hip, cervical spine (sesuaikan indikasi) laborat : darah rutin, elektrolit, Ur Cr, AGD 4. TUBE: NGT, DC Dekompresi saluran cerna (karena pada luka bakar luas sangat berpotensi terjadi gastroparesis) Monitor produksi urin

Perawatan Emergensi Luka Umumnya steril (awal) 🡪 risiko menjadi port d entre Tutup dengan penutup plastic atau kain bersih 🡪 MOIST Rujukan tertunda >8 jam atau luka terkontaminasi 🡪 antimikroba topical e. Rekomendasi : krim silver sulfadiazine

Prognosis Kasus luka bakar menyebabkan kematian hingga 6-7% dan juga dapat menyebabkan disabilitas permanen. Kemenkes RI menyebutkan salah satu sistem skoring yang paling sering digunakan untuk memprediksi tingkat mortalitas pasien luka bakar adalah ABSI (Abbreviated burn severity index). Lima variabel yang menjadi indikator dalam sistem skoring ABSI adalah jenis kelamin, usia, trauma inhalasi, luka bakar full-thickness, serta persentase luas luka bakar (rule of nine). Pasien dengan perhitungan skor ABSI lebih dari 6, luka bakar akibat listrik, luka bakar karena trauma mayor, serta luka bakar full-thickness pada area wajah, aksila, sendi, tangan, kaki, dan genital disarankan untuk dirujuk ke unit luka bakar. Semakin tinggi skor ABSI maka ancaman kematian akan semakin tinggi pula. Semakin tinggi skor ABSI maka probabilitas kesintasan akan semakin menurun. (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Komplikasi Kontraktur Jaringan parut, parut hipertrofik, dan keloid jaringan parut Acute Kidney Injury - continous veno venous hemofiltration (CVVH) (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

DAFTAR PUSTAKA American Burn Association. (2018). Advance Burn Life Support Course. ABLS Provider Manual. Available at: https://ameriburn.org/wp-content/uploads/2019/08/2018-abls-providermanual.pdf Jeschke, M. G., van Baar, M. E., Choudhry, M. A., Chung, K. K., Gibran, N. S., & Logsetty, S. (2020). Burn injury. Nature reviews. Disease primers, 6(1), 11. https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5 Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/555/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. Warby R, Maani CV. Burn Classification. [Updated 2022 Aug 29]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539773/ Żwierełło, W., Piorun, K., Skórka-Majewicz, M., Maruszewska, A., Antoniewski, J., & Gutowska, I. (2023). Burns: Classification, Pathophysiology, and Treatment: A Review. International journal of molecular sciences, 24(4), 3749. https://doi.org/10.3390/ijms24043749

Introduction This can be the part of the presentation where you introduce your healthcare center
Tags