Copy of Prof Paripurna - Remunerasi untuk Komisaris.pptx
WasikMaulana
7 views
14 slides
Oct 18, 2025
Slide 1 of 14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
About This Presentation
Seminar Nasional BUMN
Size: 361.83 KB
Language: none
Added: Oct 18, 2025
Slides: 14 pages
Slide Content
Formulasi dan Kebijakan Remunerasi untuk Komisaris : ( Perspektif Teori dan Regulasi ) Paripurna P Sugarda
Landasan Teori Remunerasi Komisaris : 1. Agency Theory ( Teori Keagenan ) Prinsip Dasar: Jensen dan Meckling (1976) mengembangkan teori keagenan yang menjadi fondasi utama dalam formulasi remunerasi komisaris . Teori ini menjelaskan konflik kepentingan antara prinsipal ( pemegang saham ) dan agen ( manajemen ) serta peran komisaris sebagai monitoring mechanism . Optimal Contracting Theory: Remunerasi komisaris harus dirancang untuk menyelaraskan kepentingan antara komisaris , manajemen , dan pemegang saham . Kontrak yang efisien memerlukan : Informasi simetris antara semua pihak Risiko rendah bagi komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan Insentif yang tepat untuk melakukan pengawasan efektif
Landasan Teori Remunerasi Komisaris : 2. Tournament Theory Konsep Hierarki Kompensasi : Tournament theory oleh Lazear dan Rosen (1981) menjelaskan bahwa pay gap antara posisi dalam hierarki korporat menciptakan insentif kompetisi yang sehat . Aplikasi untuk Komisaris : Pay dispersion antara Komisaris Utama dan Anggota Komisaris harus cukup signifikan untuk menciptakan insentif Struktur bertingkat berdasarkan kompleksitas tugas dan tanggung jawab Tournament prizes meningkat dengan jumlah partisipan dan tingkat noise dalam lingkungan bisnis
Landasan Teori Remunerasi Komisaris : 3. Managerial Power Theory Power Dynamics: Teori ini menganalisis bagaimana kekuatan relatif komisaris mempengaruhi penetapan remunerasi . Implikasi : Komisaris independen harus memiliki bargaining power yang cukup untuk menetapkan remunerasi yang fair Institutional ownership dapat membatasi excessive compensation Board composition mempengaruhi tingkat remunerasi yang ditetapkan
Peraturan Menteri BUMN No. SK-324/MBU/10/2021: R emunerasi K omisaris BUMN Struktur Hierarkis : Komisaris Utama: 45% dari gaji Direktur Utama Wakil Komisaris Utama: 42,5% dari gaji Direktur Utama Anggota Komisaris : 90% dari honorarium Komisaris Utama Komponen Remunerasi : Honorarium bulanan Tunjangan (Hari Raya, transportasi , asuransi purna jabatan ) Fasilitas ( kesehatan , bantuan hukum ) Tantiem / Insentif Kinerja
Regulasi Sektor Perbankan POJK No. 45/POJK.03/2015 dan POJK No. 59/POJK.03/2017: Tata K elola R emunerasi Bank Komite Remunerasi Wajib : Minimum 3 anggota : 1 komisaris independen ( ketua ), 1 komisaris , 1 pejabat eksekutif Dilarang anggota direksi menjadi anggota komite Evaluasi berkala terhadap kebijakan remunerasi
Formulasi Ideal Remunerasi Komisaris 1. Prinsip Fundamental Prinsip 3P ( Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance) : Pay for Person: Kompetensi individual komisaris ( pendidikan , pengalaman , track record ) Reputasi dan integritas dalam pasar tenaga kerja eksekutif Specialized knowledge yang relevan dengan industri perusahaan Pay for Position: Kompleksitas tugas dan tingkat tanggung jawab Legal liability yang melekat pada posisi komisaris Time commitment dan frekuensi rapat yang diperlukan Pay for Performance: Kinerja perusahaan (ROA, ROE , pencapaian target strategis ) Efektivitas pengawasan yang dilakukan komisaris Kontribusi terhadap tata kelola perusahaan
Formulasi Ideal Remunerasi Komisaris 2. Faktor Penentu Remunerasi Faktor Internal: Skala usaha dan kompleksitas operasional Kondisi keuangan dan kemampuan perusahaan Tingkat inflasi dan market adjustment Pencapaian KPI perusahaan dan komisaris individual Faktor Eksternal : Benchmarking dengan peer companies Market rate untuk posisi serupa di industri Regulatory requirements dan compliance cost
Formulasi Ideal Remunerasi Komisaris 3. Struktur Kompensasi Optimal Fixed Component (60-70%): Base honorarium berdasarkan posisi dan tanggung jawab Tunjangan tetap ( transportasi , komunikasi , asuransi ) Fasilitas pendukung ( kesehatan , bantuan hukum ) Variable Component (30-40%): Performance bonus berdasarkan pencapaian target perusahaan Long-term incentive terkait dengan sustainable performance Meeting attendance fee untuk mendorong partisipasi aktif
Governance Safeguards Transparansi dan Disclosure: Full disclosure komponen dan besaran remunerasi dalam annual report Rationale explanation untuk setiap komponen remunerasi Peer comparison dan market positioning Independence dan Objectivity: Majority independent dalam Komite Remunerasi External consultant untuk benchmarking dan validation Regular review dan adjustment mechanism
Best Practices Internasional OECD Principles Procedural Fairness : Clear process untuk penetapan remunerasi Adequate disclosure kepada stakeholder Regular review dan benchmark dengan market Performance Linkage: Measurable KPIs yang objective dan quantifiable Long-term orientation dalam performance measurement Clawback provisions untuk exceptional circumstances
Best Practices Internasional G20/OECD Guidelines Risk Alignment: Risk-adjusted performance dalam variable compensation Deferral mechanisms long-term accountability Malus provisions untuk risk untuk management failures
Implementasi untuk BUMN Era UU 1/2025: Enhanced Governance Structure Adaptasi dengan Paradigma Baru : Increased autonomy dalam business judgment memerlukan enhanced compensation Greater accountability requires risk-adjusted incentive structure Digital transformation demands specialized competency premium Performance-Based Evolution : ESG metrics integration dalam KPI komisaris Stakeholder value creation beyond shareholder returns Innovation and transformation leadership premium