Data and Analysis of Detail Spatial Planning of RABA District of Bima Regency, Indonesia.ppt.ppt
agustinanurulh1
0 views
72 slides
Oct 01, 2025
Slide 1 of 72
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
About This Presentation
Data and analysis of detail spatial planning of Raba district, Bima Regency
Size: 7.52 MB
Language: none
Added: Oct 01, 2025
Slides: 72 pages
Slide Content
KECAMATAN RABA
YULIANA AGNESTIN CARVALLO 1824016
MIKAEL RENALDI 1824036
CHRISTOVER P.M.L 1824062
WARDANA OCA DELIANSYAH 1824075
NOVANTRI AGUSTINA B. MESTUNI 1824080
KONDISI FISIK KOTA BIMA
Pada sub bab gambaran umum Kota Bima, akan dijelaskan
mengenai posisi Kecamatan Raba ditinjau dari Kota Bima adapun sub
bahasannya yaitu, kondisi fisik dasar, kondisi pola ruang, kondisi
jaringan prasarana, sosial kependudukan dan perekonomian.
Letak Geografi dan Administratif
•Secara astronomis Kota Bima terletak antara 8°20’-
8°30’ Lintang Selatandan antara 118°41’ - 118°48’
Bujur Timur dengan orientasi wilayah berada
padasebelah timur Teluk Bima Pulau Sumbawa. Luas
wilayah Kota Bima adalah sebesar222,25 km
2
yang
terbagi dalam 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan
RasanaeBarat, Rasanae Timur, Asakota, Mpunda dan
Raba dengan batas wilayah:
•Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi Kabupaten
Bima
•Sebelah Timur : Kecamatan Wawo Kabupaten
Bima
•Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo kabupaten
Bima
•Sebelah Barat : Teluk Bima
•Asakota merupakan kecamatan terluas dengan luas
area mencapai 69,03 km
2
atau 31 persen dari luas
Kota Bima. Diurutan kedua ada Kecamatan
RasanaeTimur dengan luas area mencapai 28,83
persen, selanjutnya Kecamatan Rabadengan luas
sebesar 28,67 persen, Kecamatan Mpunda sebesar
6,88 persen.Sementara itu, Rasanae Barat adalah
kecamatan dengan luas area paling kecil yaitu10,14
km2 atau 4,56 persen dari luas Kota Bima.
•Grafik 1Perbandingan Luas Kecamatan Di Kota
Bima
Luas Wilayah Kota Bima
PETA BATAS ADMIN
Kondisi Fisik Dasar
•Topografi
a. Ketinggian
b. Kelerengan
PETA KEMIRINGAN LERENG DAN PETA
PELUANG DAN ACAMAN KEMIRINGAN
LERENG
•Geologi
Wilayah Kota Bima dan sekitarnya
secara geomorfologi dan berdasarkan
morfometri dan morfogenesa dapat
dikelompokan ke dalam 4 satuan
geomorfologi
1. Satuan Geomorfologi dataran fluvial.
2.Satuan Geomorfologi Dataran
Endapan Pantai
3.Satuan Geomorfologi bergelombang
lemah denudasional
4.Satuan Geomorfologi bergelombang
lemah – kuat vulkanik.
,
•Klimatologi
Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah
hujan rata-rata pada tahun2017 sebesar 147,92 mm3/th,
di mana curah hujan tertinggi terjadi pada
BulanSeptember yaitu 263,0 mm3 dan terendah pada
bulan Agustus, yaitu 39,0 mm3.Rata-rata hari hujan
selama tahun 2017 tercatat 14 hari dengan jumlah hari
hujanterbanyak pada Bulan Februari yaitu 24 hari dan
terendah pada bulan Juli danSeptember sebanyak 6 hari
hujan.
• curah hujan
Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2017 sebesar
85,08%, tertinggi90% pada Bulan Desember dan terendah
79% pada Bulan November. Temperaturberkisar pada
interval antara suhu minimal 22,40°C pada Bulan Agustus
dan suhumaksimum 34,90°C pada Bulan Oktober, dengan
rata-rata suhu 27,47°C. Kondisiiklim menunjukan gejala
suhu yang semakin panas dibanding dengan
tahunsebelumnya yang rata-rata suhu hanya mencapai
27,13°C. Dengan demikian terjadiisu perubahan iklim yang
lebih cepat dan perlu disikapi dalam kontekspembangunan
berkelanjutan.
•Hidrologi
Wilayah Kota Bima dilewati oleh 7
(tujuh) sungai. Sungai-sungai
tersebutmemiliki hulu di sebelah
utara dan timur Kota Bima, dan
bermuara menuju TelukBima
PETA HIDROLOGI
•Jenis Tanah
Berdasarkan kelasnya, tekstur tanah di
wilayah Kota Bima dibedakan menjadi tekstur
tanah halus sampaidengan tekstur tanah kasar.
Tekstur tanah halus mencakup hampir 65,90% dari
seluruh wilayahsedangkan tekstur tanah kasar
mencakup 3,09% dari seluruh wilayah Kota Bima.
PETA JENIS TANAH
Kondisi Pola Ruang
Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan Lindung terdiri atas Kawasan Hutan
Lindung, Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahan, Kawasan Perlindungan
Setempat, Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya,
Kawasan RTH Kota dan Kawasan Rawan Bencana
Alam.
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Yang Memberikan
Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahan
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Budidaya
A.Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Adapun peruntukan untuk hutan produksi
terbatas tersebar di KecamatanAsakota dan
Kecamatan Rasanae timur dengan luas
keseluruhan 1.497,00 Ha,yang meliputi
hutan Maria (RTK.25), di Kecamatan
Rasanae Timur denganluas 627,00 Ha dan
hutan Nangenae Kapenta (RTK.68) seluas
870,00 Ha
Hutan Produksi Tetap
Untuk peruntukan hutan produksi tetap terdapat
di Kelurahan Asakota danKecamatan Mpunda
dengan luasan sebesar 1.258 Ha, yang terdiri
dari 1.010Ha hutan Donggomasa (RTK.67) dan
248,00 Ha hutan Nanganae KapentaRTK.68)
B. Kawasan Peruntukan Permukiman
Zona Perumahan merupakanperuntukan ruang
yang terdiri atas kelompok rumah tinggal
yang mewadahi kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitasnya. Untuk zona perumahan yang ada
di Kota Bimadibagi enjadi 3 jenis klasifikasi
yaitu perumahan kepadatan sedang, rendah
dan tinggi
C. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa di wilayah Kota
Bimakeberadaanya memusat di pusat kota, tetapi ada
indikasi berkembang secara linierpada jalan-jalan utama
kota.
D. Zona Perkantoran
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan
kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan
fasilitas umum/pendukungnya. Salah satu contoh
fasilitas perkantoran yang ada di Kota Bima dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
E. Zona Pelayanan Umum
•Fasilitas Pendidikan
•Fasilitas Kesehatan
•Fasilitas Transportasi
•Fasilitas Peribadatan
F. Kawasan Peruntukan Industri
G. Kawasan Peruntukan Lainya
Zona lainnya merupakan zona yang berupa pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan dan
parawisata. Adapun contoh kawasan yang mencakup zona
lainnya di Kota Palangka Raya yaitu meliputi sebagai
berikut
a.Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian di Kota Bima meliputi
kawasan :pertanian tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan serta peternakanlokasinya menyebar di
seluruh kecamatan yang ada di Kota Bima Dengan
totalluasan sebesar 2.253 Ha
b. Kawasan Peruntukan Perikanan
c. Kawasan Peruntukan Pariwisata d. Kawasan Pertahanan Keamanan
Kawasan Pertahanan dan Keamanan atau lebih
lazim disebut sebagaiKawasan militer yang ada di
wilayah Kota Bima, sebagian besar
dimanfaatkanuntuk kegiatan
perkantoran/administrasi, permukiman, dan latihan.
Kondisi Jaringan Prasarana
Jaringan prasrana merupakan sistem bangunan yang diperlukan
terlebih dahulu agar sistem transportasi, teknik penyehatan,
pengairan, telekomunikasi berfungsi: bangunan - bangunan yang
diperlukan sebelum kegiatan pokok masyarakat dan pemerintah
dapat berjalan; bangunan bangunan yang diperlukan untuk
memberikan pelayanan atau jasanya bagi kebutuhan dasar penduduk
terdiri atas :
1.Jaringan Pergerakan
•Jaringan Jalan Arteri
Salah satu jaringan jalan arteri primer Kota Palangka Raya,
foto dibawah merupakan jalan arteri primer yaitu Jalan
Soekarno - Hatta yang ada di Kecamatan Mpunda –
Kecamatan Raba – Kecamatan Rasanae Timur berdasarkan
hasil observasi 2019 dapat dilihat pada gambar dapat dilihat
dibawah ini.
•Jaringan Jalan Kolektor
Terdapat data berupa foto salah satu
jaringan jalan kolekter primer dan kolektor
sekunder Kota Bima, foto sebelah kiri
merupakan Jalan Datuk Dibanta termasuk jalan
kolektor primer yang ada di Kecamatan
Rasanae Barat menghubungkan ke Kota
Bimadan sebelah kanan Jalan Kamboja yang
termasuk jalam kolektor sekunder di
Kecamatan Rasanae Barat berdasarkan hasil
observasi 2019 dapat dilihat pada gambar
berikut :
•Jaringan Jalan Lokal
Terdapat data berupa foto salah satu jaringan jalan
lokal primer dan kolektor sekunder Kota Bima, foto
sebelah kiri merupakan jalan Lokal Primer yaitu
Jalan Pepaya dan sebelah kanan merupakan jalan
Lokal Sekunder yaitu jalan Kedondong yang ada di
Kecamatan Mpunda berdasarkan hasil observasi
2019 dapat dilihat pada gambar berikut.
•Jaringan jalan Lingkungan
Terdapat data berupa foto salah satu jaringan
jalan lingkungan di Kota Bima, Jalan Lingkunan yang
ada di Kecamatan Raba berdasarkan hasil observasi
2019 dapat dilihat pada gambar .
2. Jaringan Energi/Kelistrikan
Jaringan Transmisi
c. Jaringan Saluran Tegangan Menengah
(SUTM)
Adapun data berupa foto salah satu
jaringan jalan distribusi sekunder Kota
Bima, berikut foto di bawah
berdasarkan hasil observasi 2020 pada
gambar dibawah ini
a. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Adapun data berupa foto salah satu jaringan transmisi di Kota
Bima yaitu Jaringan Transmisi Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV
Adapun data berupa foto salah satu
jaringan transmisi di Kota Palangka
Raya Yaitu Jaringan Transmisi Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
yang terletak di Kecamatan Raba
berdasarkan hasil observasi 2020 pada
gambar dibawah ini.
b. Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
d. Jaringan Saluran Tegangan Rendah (SUTR)
Adapun data berupa foto
salah satu jaringan jalan
distribusi sekunder Kota
Bima, berikut foto di
bawah berlokasi di
Rasanae Timur
berdasarkan hasil observasi
2020 pada gambar
Gardu Listrik
Pada transmisi selain penyaluran juga terdapat
gardu listrik atau sub-stasion yang berfungsi sebagai
pentransformasi tegangan listrik. Adapun jenis dari gardu
induk listrik adalah sebagai berikut
a. Gardu Induk
b. Gardu Hubung c. Gardu Distribusi
3. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Telekomunikasi Telepon Kabel
Adapun data berupa foto salah satu jaringan
telekomunikasi telepon kabel Kota Bima, berikut
foto di bawah berlokasi di Kecamatan
Mpundaberdasarkan hasil observasi 2020 pada
gambar
Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Adapun data berupa foto salah satu jaringan
telekomunikasi telepon nirkabel berupa Kota Bima
berupa BTS dengan Provider TELKOMSEL, berikut
foto di bawah berlokasi di Kecamatan Raba
berdasarkan hasil observasi 2020 pada gambar
dibawah
4. Jaringan Air Bersih
Jaringan air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan
untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum tersebut, kota harus mampu mendistribusikan
sumber air bersih kepada masyarakat. Akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air
mineral, airleding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah
yangcukup sesuai standar kebutuhan minimal. Dalam bidang pelayanan air minum,penduduk
Kota Bima yang memiliki akses air minum pada tahun 2017 mencapai93,25%.
5. Jaringan Drainase
Jaringan drainase merupakan salah satu fasilitas
dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponenpenting
dalam perencanaan kota. Adapun data berupa foto salah
satu jaringan drainase di Kecamatan Raba berserta uraian
berdasarkan hasil observasi 2020 pada gambar
Drainase Primer
Drainase Tersier
6. Jaringan Air Limbah
Jaringan air limbah merupakan sistem pengelolaan air limbah yang berasal dari
usaha atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar
mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Rata – rata warga Kota Bima
sudah menggunakan sapitank .
7. Jaringan Persampahan
Jaringan persampahan merupakan prasarana yang
berfungsi menjaga kebersihan, menjaga kesehatan; usaha
menciptakan dan membina keadaan yg baik di bidang
kesehatan lingkungan, masyarakat. Adapun data berupa
foto salah satu Jaringan Persampahan di Kota Bima
berserta uraian berdasarkan hasil observasi 2020 pada
gambar dibawah ini. Sistem pembuangan sampah di Kota
Bima meliputi Pengangkutan ke Tempat Pengelolaan
Akhir (TPA), dan ada yang dibakar. Berikut gambar
sistem persampahan di Kota Bima sebagai berikut
8. Jaringan Prasarana Lainnya
Jaringan prasarana lainya merupakan prasarana yang penyediaanya
tergantung sesuai kebutuhan BWP. Misalnya BWP berada pada kawasan rawan
bencana wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan
tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk skala kabupaten/kota, kawasan
maupun lingkungan.
Sosial Kependudukan
1.Sosial Kependudukan
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kota Bima menunjukan bahwa dari tahun 2015 – 2019 penduduk
perempuan lebih banyak dibandingan dengan penduduk laki- laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
A. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
B. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota
Bima rentang waktu tahun 2015 – 2019 masih
didominasi oleh kelompok usia 15 – 19 dan 20 -24
tahun. Dari Tren yang ada, tantangan akan ketersediaan
serta pemenuhan pelayanan terhadap penduduk pada
rentang usia tersebut perlu menjadi perhatian
pemerintah daerah dalam berbagai kebijakan
pembangunan. Jika dilihat dari kelompok usia
berdasarkan usia kerja maka Kota Bima dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019, bahwa jumlah tenaga kerja
semakin meningkat dari tahun – tahun
sebelumnya.Kondisi tersebut menjadi keuntungan
tersendiri bagi Kota Bima karena memiliki potensi
sumberdaya manusia yang cukup sehingga kebutuhan
akan tenaga kerja dapat terpenuhi. Namun disisi yang
lain pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diikuti
dengan penyediaan lapangan kerja justru menimbulkan
dampak meningkatnya angka pengangguran. Berikut
disajikan penduduk Kota Bima berdasarkan kelompok
usia kurun waktu 2015 – 2019.
Kecamatan Raba merupakan salah satu bagian wilyah
administrasi Kota Bima dengan memliki luas lahan sebesar
63,73 Km2. Secara administrative Kecamatan Raba dibatasi
oleh :
-Sebelah Selatan: Kecamatan Asakota Kecamatan
Ambalawi, Kab. Bima
-Sebelah Utara : Kecamatan Rasanae Timur
-Sebelah Timur : Kecamatan Mpunda
-Sebelah barat : Kec. Rasanae Timur, Kecamatan
Wawo Kab. Bima
Kondisi Geografis dan Letak Administrasi
Kecamatan Raba membawahi 11 (sebelas) wilayah
kelurahan, yakni Kelurahan Penaraga, Klurahan Penanae,
Kelurahan Rite, Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan
Rabangodu Selatan, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan
Rabadompu Barat, Kelurahan Rontu, Kelurahan Ntobo,
Kelurahan Kendo, dan kelurahan Nitu. Kelurahan terluas
adalah Kelurahan Ntobo dengan luas 31,19 km2, sedangkan
yang tersempit wilayahnya adalah Kelurahan Rabadompu
Timur dengan luas 0,64 km2. Wilayah kelurahan di
Kecamatan Raba memiliki ketinggian antara 56 - 276 meter
diatas permukaan air laut, dimana kelurahan Nitu merupakan
wilayah kelurahan yang berada pada ketinggian 276 meter
diatas permukaan air laut. Wilayah kecamatan Raba menurut
batas-batasnya.
Kondisi Fisik Dasar kecamatan
Topografi
Konidisi Topografi Kecamatan Raba secara
keseluruhan merupakan wilayah dengan kondsi
kemiringan lereng yang berbeda-beda. Kecamatan
Raba memiliki ketinggian wilayah dengan kisaran
antara 6 – 200 meter dpl, dengan wilayah tertinggi
di Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite
dan Penaraga dengan ketinggian 6 – 8 meter.
Untuk kelompok kemiringan d Kecamatan Raba
terbagi menjadi beberapa kelompok yakn 0-2%
seluas 2.950,00, 3-15% seluas 1.850,00, 16-40%
seluas 848,00, >40% seluas 627 sehngga jumlah
keseluruhannya adalah 6.275,00.
Tinggi Rata – rata
dari Permukaan Laut
Luas Tanah
(ha)
Persentase Terhadap
Luas Kota Bima
0 -25 14,26 65,52
25 - 50 4,534 20,87
>50 2,957 13,63
Jumlah 21,727 100,00
Sosial Kependudukan
Kependudukan
A.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama atau Kepercayaan
Jumlah Penduduk Menurut Angka Kelahiran dan Kematian
Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Raba
Perkonomian
Pertanian Kecamatan Raba
A. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Dirinci Menurut Komoditas
B. Luas Tanah Sawah dengan Jenis Irigasi Dirinci Per Desa
Irigasi merupakan sebuah alternatif cara pengairan lahan tadah
hujan pada musim kemarau. Saat ini, pembangunan irigasi
untuk lahan pertanian sedang gencar dilakukan untuk
membantu meningkatkan produksi hasil. Dengan adanya irigasi,
lahan tidak lagi mengandalkan hujan yang tidak menentu
waktunya. Ada banyak jenis irigasi dan masing-masing akan
memberikan kebutuhan air dengan cara yang berbeda. Berikut
data luas tanah sawah dengan jenis irigasi di Kecamatan Raba
dirinci per Desa pada Tahun 2014-2018
Peternakan Kecamatan Raba
Berdasarkan tabel jumlah ternak terbanyak adalah sapi, hampir
semua kelurahan ternak sapi terus meningkat tiap tahun kecuali
pada kelurahan Nitu, Rabangodu utaran dan Ntobo mengalami
penurunan. Ternak sapi terbanyak terdapat pada kelurahan
Ntobo sebanyak 917 pada tahun 2017. Ternak kuda terbanyak
terdapat pada kelurahan Penaraga 43 ekor di tahun 2018.
Populasi kerbau tertinggi terdapat pada kelurahan Nitu dengan
jumlah 100 kerbau pada tahun 2014
Analisa Rencana Jaringan Prasarana
Jaringan Energi/Kelistrikan
Perkembangan kota akibat dari meningkatnya perekonomian dan pembangunan serta ekonomi sosial masyarakatnya
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana kota seperti sistem jaringan air bersih perkotaan.
Perhitungan berdasarkan Permen PU No.14 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Oleh karena itu proyeksi akan kebutuhan air bersih harus
berdasarkan standar asumsi seperti berikut. Standar 1 orang = 60 liter/hari. Adapun proyeksi kebutuhan air minum
dan air bersih dapat dilihat sebagai berikut.
Proyeksi Jaringan Air Bersih
Rencana pengembangan jaringan lainnya adalah jaringan persampahan yang juga
terdapat diKecamatan Raba. Pengembangan jaringan persampahan sangat diperlakukan guna
untuk mengatasi masalah persampahan yang ada diKecamatan raba. Upaya pengembangan
jaringan persampahan ini juga diperlukan dari adanya bentuk peran pemerintah secara keseluruhan
dan juga didukung upaya masyarakat sebagai sumber daya manusia yang mampu mengelola apa
yang dikembangkan nantinya. Untuk memproyeksikan kebutuhan jaringan persampahan, maka
digunakan standar 1 orang menghasilkan sampah 2.5 kg/hari
Proyeksi Jaringan Persampahan
Kebutuhan sistem drainase pada dasarnya adalah untuk mengatur sistem pengaliran air, terutama limpasan air
hujan maupun air limbah rumah tangga (limbah cair). Perencanaan sistem jaringan drainase pada prinsipnya
berfungsi sebagai pendukung terhadap sanitasi lingkungan. Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng.2004). Untuk proyeksi kebutuhan drainase yang ada di
Kecamtan Raba dapat dilihat pada Tabel dibawah :
Proyeksi Jaringan Drainase
Sistem air limbah yang ada di Kota Bima selama ini menggunakan septic tank yang
merupakan tempat pembuangan imbah di Kota Bima. Perhitungan berdasarkan Permen PU No.14
Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang, Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan air limbah Kecamtan Raba dapat
dilihat pada Tabel dibawah
Proyeksi Jaringan Limbah
Analisa Rencana Proyeksi Kependuduka
Proyeksi Jumlah Penduduk
Untuk aspek proyeksi penduduk di Kecamatan Raba
bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk 20 tahun
mendatang serta mengetahui pertumbuhan penduduk
setiap tahunnya, apakah di setiap kelurahan tersebut terjadi
peningkatan penduduk atau sebaliknya, hal ini bertujuan
untuk menciptakan pertumbuhan dan penyebaran
penduduk yang merata dari tahun ketahun. Proyeksi
penduduk ini dihitung dengan menggunakan metode
eksponensial dan pertumbuhan penduduk, yaitu sebagai
berikut. Rumus Pertumbuhan penduduk yaitu sebagai
berikut:
Kepadatan Penduduk adalah perbandingan dari
jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayahnya. Kepadatan penduduk yang terjadi
di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor,
salah satunya adalah Program KB yang masih
belum optimal utamanya di wilayah pinggiran
atau pelosok, damapk yang ditimbulkan adalah
jumlah pengangguran menjadi meningkat akibat
kurangnya lapangan pekerjaan yang memicu
peningkatan angka kemiskinan. hal ini juga
menyebabkan banyak penduduk yang
mengalami kelaparan. Maka dari itu kepadatan
penduduk perlu dihitung sehingga dapat
meminimalkan dampak yang akan timbul.
Proyeksi Kepadatan Penduduk yaitu dengan
cara hasil proyeksi jumlah penduduk di tiap
wilayah dibagi luas wilayah. Adapun rumus dari
kepadatan penduduk yang dapat dilihat sebagai
berikut
Proyeksi Kepadatan Penduduk
proyeksi penduduk menurut umur berguna untuk menentukan seberapa besar penduduk yang berusia produktif dan
usia non produktif dengan terlebih dahulu menentukan besar komposisi penduduk sehingga dari data jumlah penduduk
menurut umur tersebut dapat dianalisa proyeksi nya. Proyeksi penduduk menurut umur juga berguna untuk mengetahui
produktifitas tenaga kerja di suatu wilayah khususnya di kawasan BWP Kecamatan Raba sendiri. Jumlah penduduk menurut
umur terlebih dahulu adalah dengan menentukan prosentase penduduk dari tiap-tiap umur (5 tahun). Untuk menentukan
analisa tersebut, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut dibawah ini.
Proyeksi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Dari tabel diatas dapat kita ketahui jumlah kelompok umur secara keseluruhan di Kelurahan yang ada di BWP Raba.
Dalam jangka waktu 2015 sampai data terbaru tahun 2019. Untuk aspek presentase penduduk dapat dilihat pada Tabel
dibawah
Dari tabel diatas dapat diketahui untuk presentase penduduk sesuai dengan kelompok umur yang ada di BWP
Kecamatan Raba selama selang 5 tahun terakhir, terhitung dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Untuk aspek
proyeksi penduduk menurut kelompok umur, dapat dilihat pada Tabel dibawah
Dari tabel diatas dapat kita ketahui untuk proyeksi penduduk 20 tahun kedepan di BWP Raba. Untuk total proyeksi di
tahun 2024 adalah sejumlah 97.940 Jiwa untuk jumlah keseluruhan kelompok umur.Sedangkan untuk tahun 2029 sejumllah
253.889 Jiwa, untuk tahun 2034 berjumlah 660.522 Jiwa, untuk tahun 2039 sejumlah 1724.545
Rencana pengembangan BWP Kecamatan Raba adalah “ penangkaran, pengembangan bibit unggul dan penjualan hewan
ternak kuda “ dari konsep di atas dapat di lihat kecamatan Raba memiliki potensi yang besar berupa hewan ternah yaitu kuda,
sapi, dan kambing. Dengan konsep di atas dapat mengurangi permasalahan yang ada di Kecamatan Raba karena banyaknya
hewan ternak menimbulkan masalah berupa penyakit yang sering kali banayak di keluhkan oleh masyarakat Kecamatan Raba
salah satunya adalah ‘Tetanus’, dengan dilandasi dari banyaknya keluhan masyarakat akibat penyakit ‘Tetanus’ ini kami
membuat konsep ini untuk mengurangi permasalah yang ada di Kecamatan Raba sekaligus melakukan pengembangan dengan
potensi yang sangat memungkinkan.
Rencana pengembangan
Konsep Penangkaran, pengembangan bibit unggul dan penjualan hewan ternak berupa Kuda
Kecamatan Raba merupakan salah satu penghasil hewan ternah terbanyak, dengan konsep di atas bertujuan mempermudah
masyarakat mengu dan mengurangi masalah penyakit yang sering di keluhkan oleh masyarakat yang memelihara hewan
ternak Kuda maupun yang tidak memiliki hewan ternak berupa penyakit tetanus, dengan adanya konsep ini juga
mempermudah masyarak merawat hewan ternaknya agar ternaknya lebih sehat dan dapat di kembang biakkan menjadi
bibit yang bagus sehigga dapat mendorong sedikit demi sedikit ke perekonomian masyarakat yang lebih baik lagi,
Berdasarkan Berdasarkan UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan
UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, bahwa untuk mendukung Program Pengembangan Agroindustri
Peternakan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah harus dapat membina dan memfasilitasi pengembangan
unit industri pascapanen produk hewan skala kecil dan menengah dengan mengutamakan penggunaan bahan
baku dari dalam negeri, berkembangnya unit usaha pasca panen yang memanfaatkan produk hewan sebagai
bahan baku pangan, pakan, farmasi dan industri. Pemerintah juga berkewajiban untuk menyelenggarakan
dan memfasilitasi kegiatan pemasaran ternak dan produk ternak di dalam negeri maupun ke luar negeri
untuk membina peningkatan produksi dan konsumsi protein hewani dalam mewujudkan ketersediaan
pangan bergizi seimbang bagi masyarakat dengan tetap meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha
peternakan serta menciptakan iklim usaha yang sehat melalui kemitraan yang sehat antara industri
pengolahan dan peternak dan/atau koperasi yang menghasilkan produk hewan yang digunakan sebagai
bahan baku industri.
Ada beberapa strategi dalam Pengembangan Agroindustri Peternakan Daerah yaitu :
Pelaku usaha Agroindustri Peternakan Daerah skala usaha besar, menengah dan kecil dalam menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum serta tidak melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi
bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Pemerintah menjamin kepastian pemberian modal atau kredit serta penggunaan bahan baku lokal
sebagai persediaan material proses Agroindustri Peternakan Berkelanjutan
Pemerintah terus membangun, memperbaiki dan atau mengembangkan sarana prasarana infrastruktur pendukung
kegiatan aktivitas Agroindustri Peternakan secara Inklusif
Pemerintah melakukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas SDM Pelaku usaha Agroindustri Peternakan
sehingga memiliki nilai produk yang kompetitif melalui pelatihan, pembinaan dan pendampingan yang terus
menerus;
Membentuk kerjasama sama yang terpadu antara stakeholders dan peternak, serta membuka peluang kerja bagi
masyarakat peternak, bukan masyarakat peternak dan atau masyarakat marginal; dan
Pemerintah meningkatkan efisiensi dalam kegiatan deregulasi di sektor riil, seperti penurunan tarif ekpor-impor,
penyederhanaan investasi, dan pengurangan hambatan dalam negeri dalam mencapai tujuan MDGs
Berikut merupakan izin usaha agroindustry peternakan yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Perizinan Berusaha
Sektor Pertanian yaitu :
1)Permohonan Izin Usaha peternakan dilakukan oleh perusahaan peternakan;
2)Perusahaan peternakan sebagaimana dimaksud adalah usaha peternakan dengan skala di atas
skala usaha kecil;
3)Izin Usaha peternakan sebagaimana dimaksud diberikan melalui tahapan :
a)Pemohon menyampaikan permohonan Izin Usaha melalui OSS setelah memiliki NIB; dan
b)Pemohon menyampaikan Komitmen memenuhi ketentuan persyaratan Izin Usaha
peternakan.
Diperlukan strategi yang sangat baik untuk menjembatani kesenjangan ini agar tersedianya pendanaan yang memadai untuk
sektor yang menjanjikan ini. untuk pendekatanpendekatan kerjasama yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1)Pengusaha-pengusaha lokal maupun luar atau koperasi yang tertarik untuk mendirikan pabrik pengolahan skala kecil
perlu untuk membuat rencana usaha yang sederhana dan praktis, yang didasarkan kepada penilaian menyeluruh mengenai
ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja di lokasi yang ditentukan. Mereka perlu membuat gabungan antara data yang
realistis mengenai harga, tranportasi dan biaya-biaya logistik lainnya.;
2)Rencana usaha paling baik dikerjakan dengan bantuan konsultan dan ahli-ahli dengan pengalaman dalam mendesain dan
mendirikan pabrik pengolahan skala kecil di Kalimantan Tengah. Konsultan akan membantu untuk membuat budget modal
dan biaya operasional serta proyeksi pendapatan dan pengeluaran. Aspek ini mungkin saja dibiayai melalui LSM - LSM
yang mendukung pengembangan bisnis; dan
3)Begitu bagian dasar dari rencana usaha selesai dibuat, pihak pengusaha perlu untuk membuat strategi dan rencana
pembiayaan yang efektif. Jika mereka kekurangan modal untuk menjalankan keseluruhan rencana, yang mana hal ini sering
terjadi, maka pengusaha harus mencari partner untuk investasi. Pencarian partner yang potensial bisa meliputi beberapa
atau keselurahan.