KEHAMILAN-POST-TERM bahan kuliah (OBGYN)

devishilviahm126 6 views 27 slides Sep 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 27
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27

About This Presentation


Slide Content

KEHAMILAN POST-TERM

BAB I PENDAHULUAN Kehamilan pada umumnya berlangsung 40 minggu (280 hari ) dihitung dari hari pertma haid terakhir . Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT). Insiden kehamilan postterm antara 4-19% tergantung pada definisi yang dianut dan kriteria yang dipergunakan dalam menentukan usia kehamilan. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Postterm Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus , kehamilan lewat waktu , kehamilan lewat bulan , prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/ post datisme atau pascamaturitas . Menurut WHO 1977 kehamilan postterm adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT) menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari .

I nsiden Kehamilan Postterm Angka kejadian kehamilan lewat waktu bervariasi antara 4%-14% dengan rata-rata sebesar 10%. Hal ini sangat tergantung kepada kriteria yang digunakan untuk mendiagnosi s.

I nsiden Kehamilan Postterm Adapted from Ventura and Colleagues Gambar 1. Distribusi Usia Gestasi

I nsiden Kehamilan Postterm Menurut Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi (POGI), insidens kehamilan lewat waktu sangat bervariasi antara lain : 8 Insidens kehamilan 42 minggu lengkap : 4 – 14 %, 43 minggu lengkap 2 – 7 %. Insidens kehamilan post-term tergantung pada beberapa faktor : tingkat pendidikan masyarakat, frekuensi kelahiran pre-term, frekuensi induksi persalinan, frekuensi seksio sesaria elektif, pemakaian USG untuk menentuka usia kehamilan. Secara spesifik, insidens kehamilan post-term akan rendah jika frekuensi kelahiran pre-term tinggi, bila angka induksi persalinan dan seksio sesaria elektif tinggi, dan bila USG dipakai lebih sering untuk menentukan usia kehamilan.

Etiologi Kehamilan Postterm Teori progesteron Teori oksitosin Teori kortisol/ACTH janin . Teori saraf uterus . Teori heriditer .

Patofisiologi Kehamilan Postterm Pada kehamilan postterm terjadi berbagai perubahan baik pada cairan amnion, plasenta, maupun janin. Perubahan pada Plasenta . Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Rendahnya fungsi plasenta ini berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan risiko 2-4 kali lebih tinggi. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasenta laktogen .

2. OLIGOHIDROMION Pada kehamilan postterm terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu, yaitu sekitar 1000 ml dan menurun menjadi sekitar 800 ml pada usia kehamilan 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, hingga 160 ml pada usia kehamilan 42, 43, dan 44 minggu. 1 Penurunan jumlah cairan amnion pada kehamilan postterm berhubungan dengan penurunan produksi urin janin. Dilaporkan bahwa berdasarkan pemeriksaan Doppler velosimetri, pada kehamilan postterm terjadi peningkatan hambatan aliran darah ( resistance index/RI ) arteri renalis janin sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah urin janin dan pada akhirnya menimbulkan.

Perubahan pada janin  Berat janin Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta , maka terjadi penurunan berat janin . Namun , seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertmbah terus sesuai bertambahnya umur kehamilan . Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar . Tanda postterm dibagi dalam 3 stadium: 2 Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat

Diagnosis Kehamilan Postterm

Diagnosis Kehamilan Postterm Riwayat haid Diagnosis kehamilan postterm berdasarkan HPHT ( American College of Obstetricians and Gynecologists  kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT ). Jika berdasarkan riwayat haid, diagnosis kehamilan postterm memiliki tingkat keakuratan hanya ±30 persen. Riwayat haid dapat dipercaya jika telah memenuhi beberapa kriteria, yaitu: ibu harus yakin betul dengan HPHT-nya; siklus 28 hari dan teratur tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan terakhir. 2

Diagnosis Kehamilan Postterm Riwayat pemeriksaan antenatal

Diagnosis Kehamilan Postterm Pernoll, et al (2007) menyatakan bahwa kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut: Telah lewat 36 minggu sejak test kehamilan positif Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laennec .

Diagnosis Kehamilan Postterm Tinggi Fundus Uteri Dalam trisemester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter (cm) dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang setiap bulan . Lebih dari 20 minggu , tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar . 7

Diagnosis Kehamilan Postterm Pemeriksaan Ultrasonografi (USG ) Penggunaan pemeriksaan USG untuk menentukan usia kehamilan telah banyak menggantikan metode HPHT dalam mempertajam diagnosa kehamilan postterm. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi dibanding dengan metode HPHT.

Diagnosis Kehamilan Postterm Pemeriksaan laboratorium

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm Induksi persalinan  suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara tindakan atau medisinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi uterus . Kemungkinan keberhasilan induksi persalinan ditentukan oleh beberapa keadaan sebelum dilakukan induksi, salah satunya dari kematangan serviks ( favorable ). Penilainan kematangan  skor Bishop.

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm T abel 3. Pelviks skor menurut Bishop. (Cunningham, et al., 2010) Skor Bishop >8 memberikan kemungkinan keberhasilan induksi persalinan yang tinggi. Sementara itu, skor Bishop ≤4 biasanya menunjukkan keadaan serviks yang belum matang ( unfavorable ) sehingga membutuhkan pematangan serviks yang bisa dilakukan secara farmakologis (prostaglandin, nitrit oksida) ataupun teknik (kateter transervikal, dilator higroskopis, stripping ).

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm Pada kehamilan postterm , harus diperhatikan nilai p ematangan serviks ( Skor Bishop) karena akan mempengaruhi tindakan induksi . Apabila skor bishop > 5 maka di induksi dengan infus oksitosin,tetapi Bila skor bishop ≤ 5 maka diberikan misoprostol 25 µg per vaginam. Dievaluasi 6 jam kemudian, apabila skor bishop sudah >5 maka dilanjutkan infus oksitosin, namun apabila setelah 6 jam masih sama atau ≤ 5 maka dilanjutkan misoprostol dengan cara pemberian yang sama. Bila dalam 6 jam kemudian belum inpartu maka dilanjutkan infus oksitosin.

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm Biasanya, kontraksi yang adekuat  dosis oksitosin 20 mU/menit. Apabila dengan pemberian dosis oksitosin 30-40 mU/menit masih tidak didapatkan his yang adakuat, maka indusi tak perlu lagi dilanjutkan. Pemberian dengan dosis yang lebih besar  ikatan oksitosin dengan reseptor vasopresin sehingga akan menimbulkan kontraksi yang tetanik atau hipertonik. muncul efek antidiuretik sehingga meningkatkan risiko terhadap keracunan air. Induksi dianggap berhasil kalau didapatkan kontraksi uterus yang adekuat, yaitu his sekitar 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar 40 mmHg atau lebih .

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm Penatalaksanaan Kehamilan Postterm dengan Oligohidramnion Pada tahap awal, harus dilakukan evaluasi terhadap anomali janin dan gangguan pertumbuhan. Pada kehamilan postterm yang diperberat dengan komplikasi oligohidramnion harus dilakukan pengawasan ketat karena tingginya risiko morbiditas janin.

P engelolaan persalinan pada kehamilan postterm mencakup 3 : Pemantauan yang baik terhadap kontraksi uterus dan kesejahteraan janin. Pemakaian alat monitor janin secara kontinu sangat bermanfaat. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan. Persiapan oksigen dan tindakan seksio sesarea bila sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah neonatus dan penghisapan pada tenggorokan saat kepala lahir dilanjutkan resusitasi sesuai prosedur pada janin dengan cairan ketuban bercampur mekonium. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda postmaturitas

Penatalaksanaan Kehamilan Postterm G ambar : Skema penatalaksanaan kehamilan postterm. (Cunningham, et al., 2010

Komplikasi Kehamilan Postterm Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu seperti korioamnionitis , laserasi perineum, perdarahan post partum, endomiometritis dan penyakit tromboemboli . Komplikasi terjadi pada bayi seperti hipoksia , hipovolemia , asidosis , sindrom gawat nafas , hipoglikemia , hipofungsi adrenal. 3

Terima kasih 
Tags