Universitas Pamulang S-1 PPKn
Pendidikan Kewarganegaraan
140
Radikalisme dalam arti linguistik berarti paham atau aliran, harapan untuk mengubah
atau memperbarui masyarakat dan politik melalui kekerasan atau cara-cara drastis.
Dalam arti lain, esensi aktivisme adalah konsep sikap jiwa ketika melakukan
perubahan. Radikalisme berarti gerakan yang memiliki pandangan kuno dan sering
menggunakan kekerasan untuk mengajarkan keyakinannya. Di Indonesia, kebijakan
nasional terkait penanganan radikalisme dan terorisme mendapat perlawanan,
terutama di kalangan militan, karena upaya pemberantasan kelompok militan hanya
didasarkan pada satu pendekatan, yaitu pendekatan keamanan.
Radikalisme di Indonesia masih menjadi perbincangan. radikalisme masih
menjadi masalah serius bagi banyak orang. Jika kita ingat kembali, sejak tragedi
WTC dan Pentagon pada 11 September 2001, kosa kata terorisme dan radikalisme
Islam telah menyebar ke seluruh media, buku, dan jurnal akademik. Hingga saat ini,
banyak orang yang percaya bahwa klasifikasi itu adalah produk Barat, dengan tujuan
memecah belah umat Islam dan menghalangi umat Islam untuk maju dan bersatu.
Oleh karena itu, tidak heran jika ketika Bom Bali I dan Bom Bali II terjadi pada tahun
2002, banyak tokoh Islam yang mengklaim bahwa para teroris tersebut hanyalah
“rekaan” kehancuran citra Islam di Barat, sehingga membuat mereka tetap terpaut
dengan kekerasan dan terorisme (Fanani, 2013:4).
Namun, ketika kejadian teror di Indonesia terus beruntun, yang diikuti oleh
penangkapan para teroris, kita menyaksikan fakta lain berupa testimoni dan jaringan
yang dibentuk oleh mereka. Kita bisa tahu bahwa memang ada orang-orang yang
mendedikasikan hidupnya untuk menjadi teroris, menggembleng para calon teroris,
mengajarkan ilmu teror, dan meyakinkan orang-orang untuk mengikuti pemahaman
Islam ala teroris. Dari fenomena itu, kita bisa mengatakan bahwa radikalis medan
terorisme bukan murni ciptaan Barat, melainkan memang fakta karena ada yang
meyakini, memeluk, dan mengembangkannya dari kalangan umat Islam sendiri
(Fanani, 2013:4).
Radikalisme memang tidak persis sama dan tidak bisa disamakan dengan
terorisme. Menurut Ahmad Syafii Maarif, bahwa radikalisme lebih terkait dengan
model sikap dan cara pengungkapan keberagamaanseseorang, sedangkan
terorisme secara jelas mencakup tindakan kriminal untuk tujuan-tujuan politik.
Radikalisme lebih terkait dengan problem intern keagamaan, sedangkan terorisme
adalah fenomena global yang memerlukan tindakan global juga. Namun radikalisme
kadang-kala bisa berubah menjadi terorisme, meskipun tidak semuanya dan
selamanya begitu (Islam and the Challenge of Managing Globalisation, 2002);
(Fanani,2013: 5).
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam
mengusung perubahan. Radikalisme merupakan gerakan ya ng dilkakukan oleh
individu atau kelompok yang dirugikan oleh fenomena sosio politik dan sosio historis.
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan
sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka (Nasution,
1995:124).