Kul-Ke-3-PS-Analisi Tempat-Nop-2024.pptx

syahfizharlan 0 views 33 slides Sep 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 33
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33

About This Presentation

Materi Kuliah Public Speaking


Slide Content

ANALISIS TEMPAT, AUDIENS & TEKNIK PUBLIC SPEAKING Kul Ke-3 Public Speaking Dosen : Dr., Drs., Harlansyah, M.Si

Pendahuluan Berbicara di depan publik merupakan kegiatan yang akan dialami oleh hampir semua orang. Kita pahami bersama ketika seseorang berbicara di depan publik pastilah tidak berbicara tidak sembarangan/asal2an. Berbicara di depan umum harus terpola / terstruktur dgn baik, jelas, menarik, tidak berbelit, DLL?. Kemampuan berbicara sedemikian itu tentu saja membutuhkan latihan & praktik yang dilakukan scr konsisten & serius. Berbicara di depan umum akan menjadi lebih bernilai dilakukan ketika seorang pembicara ( speaker )  mampu mengemas pesan dgn baik, mampu menganalis tempat, & menganalis audiens yg akan menjadi sasarannya.

ANALISIS TEMPAT Know the room ; kenali ruangan tempat kita akan berbicara. Sangat penting bagi seorang pembicara ( public speaker ) utk memahami tempat/lokasi pelaksanaan acara? Agar pembicara tsb bisa mengendalikan situasi dan kondisi di tempat berlangsungnya acara. Lokasi acara juga menentukan adaptasi pembicara dalam pengaturan vokal, tata cara berpakaian, mobilitas gerak pembicara, dll ?.

Apabila acara berlangsung di dalam gedung yg nyaman misalnya di area meeting room hotel, maka pengaturan vokal akan berbeda jika acara tsb lokasinya di luar ruangan/ lapangan terbuka. Di dalam gedung pertemuan segala peralatan utk suatu acara sudah tersedia dgn cukup lengkap, seperti lighting , sound system , tata ruang, meubeulair , pendingin ruangan (AC), dll s hg akan memudahkan seorang pembicara dari sisi kenyamanan dan pengaturan vokal. Misalnya kita sedang menjadi master of ceremony (MC), maka dlm kondisi tempat yg sangat nyaman tsb seorang MC akan bebas berimprovisasi, tidak (terlalu) perlu menaikkan volume / power suara, karena sudah ada teknisi amplifier yg akan membantu menyesuaikan volume suara kita dgn kondisi ruangan.

Tetapi akan berbeda kondisinya jika suatu acara diselenggarakan di luar ruangan / lapangan terbuka, maka dibutuhkan penyesuaian terhadap vokal yg kita keluarkan. Kondisi di lapangan terbuka kemungkinan besar suara akan menjadi tidak stabil, dapat dipengaruhi oleh faktor alam misalnya suara angin, atau bising kendaraan dan lain sebagainya (dalam konteks pengelolaan vokal, pembicara boleh menggunakan suara lantang untuk semangat dan ajakan, sementara utk hal penting pembicara sebaiknya menggunakan s uara lirih utk menarik perhatian audiens ). Analisis tempat juga sangat diperlukan jika seorang pembicara berada di suatu daerah yg memiliki budaya / kearifan lokal khas daerah tersebut?.

P raktik berbicara di depan umum akan sangat berbeda antara satu budaya dengan budaya yang lain. Indonesia d g n keanekaragaman suku dan budaya , menuntut seorang pembicara perlu memahami adat istiadat/kearifan lokal tempat di mana dia akan berbicara.

ANALISIS AUDIENS : Know the a udience :  Libatkan audiens dengan membangun interaksi hangat akrab dengan audiens . Hal ini sangat perlu di lakukan oleh seorang pembicara, agar dapat saling memberi feedback antara pembicara dgn audiens & begitu pula sebaliknya, pola seperti ini bisa dilakukan pada jenis public speaking apa saja? Dalam rangka membangun pelibatan audiens , sbg pembicara kita har us memperhatikan cara berbicara, kontak mata ( jangan terlalu lama menatap : lakukan kontak mata selama beberapa detik saja, lalu alihkan pandangan secara natural ke orang lain, terlalu lama menatap bisa membuat audiens merasa tidak nyaman), tampilkan ekspresi wajah yang hangat/bersahabat, lakukan pergerakan kita ke audiens utk lebih menghadirkan suasana hangat dan akrab.

Selanjutnya utk menarik perhatian / keterlibatan audiens : Jika audiens banyak , perbanyak gerak . Lakukan sedikit gerak untuk audiens yang sedikit , cukup dengan memainkan ekspresi wajah dan gerakan tangan . Untuk menjelaskan konsep yang abstrak , kurangi gerak dan bicaralah dengan perlahan , namun tetap jelas terdengar . Utk topik yang ringan , gerakan boleh sedikit lebih aktif. Pembicara boleh menga jukan pertanyaan ringan/retorik, namun tetap bisa yg menggugah pikiran. Ketika ada jawaban/pertanyaan/tanggapan dari audiens , respon lah dgn penuh perhatian dan empati. Sbg pembicara kita boleh me lakukan jajak pendapat spontan dgn tema yg ringan?, atau mintalah seseorang audiens sbg sukarelawan utk melakukan demonstrasi atau menyampaikan opininya ttg suatu topik/mempraktikkan isu yang sedang kita presentasikan. Melibatkan audiens membutuhkan kombinasi konten, pola penyampaian/presentasi, dan interaksi yang hangat/akrab, maka di sini para pembicara perlu utk terus berla tih.

Contoh p ertanyaan retorik : Apakah anda masih rutin berolahraga, di sela kesibukan anda ? Buku motivasi / inspiratif apa yang terakhir ini anda baca? Jenis inves apa yang menarik anda di tengah persaingan ekonomi global saat ini? Kegiatan amal seperti apa yang akan anda lakukan dalam waktu ke depan? DLL Sbg pembicara pertanyaan2 retorik kita tsb tidak harus dijawab oleh audiens , tujuan kita mengajukan pertanyaan itu hanya untuk membuat para audiens berinteraksi dengan diri mereka sendiri berdasarkan stimulus (pertanyaan) yang kita sampaikan.

Ajukan pertanyaan dengan jawaban yang mudah & singkat : Sbg pembicara kita boleh mengajukan pertanyaan yg meminta audiens utk menjawabnya scr singkat dan mudah (di sini kita mengangkat tangan utk mengindikasikan mereka yg merasakan pertanyaan kita supaya mengangkat tangan utk menjawab pertanyaan tsb ). Pertanyaan yg mudah ini kita ajukan utk mengulang materi & membangun interaksi dgn audiens . Kita bisa meminta audiens utk menjawab pertanyaan kita, misalnya : “Mimpi-mimpi apa yang ingin anda raih, dan bagaimana cara mewujudkannya?”. Di sini para audiens sejenak akan terdiam, hening, mereka akan memasuki komunikasi intrapersonal yang sangat privasi. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang boleh kita ajukan : “Siapa yang sering merasa kehabisan waktu, sehingga tidak sempat bersama keluarga?” “Bagaimana menjalani pola hidup sehat di tengah kesibukan kerja? ” “Apa yang paling penting anda lakukan bila terjadi kondisi krisis ekonomi? ” DLL

Karakter / kepribadian seseorang sangat menentukan pilihan kata dan bahasa yg dia gunakan . P ada saat kita berperan sebagai pembicara ( public speaker ), maka karakter/ kepribadian kita akan mempengaruhi pilihan kata dan bahasa yg (akan) kita sampaikan. Sebagai manusia, kita merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari interaksi dgn masyarakat yg ada di sekeliling kita.

Dalam interaksi tersebut tentu tidak selamanya berjalan lancar, satu dua “konflik” bisa saja terjadi. Konflik tidak selamanya juga berdampak negatif, dampak positif dari adanya konflik adalah memberikan motivasi kepada diri kita untuk lebih baik lagi dalam berkomunikasi. Dampak negatif dalam komunikasi tentu akan sangat merugikan.

Komunikasi yang tidak sejalan ( misscommunication ) berasal dari kurang paham / ketidakmengertian memahami karakter lawan bicara yg menyebabkan terjadinya mispersepsi dan akhirnya menimbulkan pertentangan. Florence Littauer (1996) dalam bukunya yang berjudul “ Personality Plus” menyebutkan bahwa konsep kepribadian sudah ditetapkan oleh Hippocrates sejak 2400 tahun yang lampau.

K epribadian Manusia : 1. Kepribadian Koleris ( D ominance ) : Orang yg berkepribadian korelis akan sangat kuat / ambisius dlm pola kepemimpinannya. Kepribadian ini sangat diperlukan dlm kondisi sosial yang tdk stabil. Tetapi tipe keperibadian ini jika ada dititik ekstrim , maka akan menjadi pribadi yg sok paling berkuasa, mendominasi dan manipulatif. Seorang pemimpin bisa saja berperilaku k oleris (walaupun dia tidak terlalu memiliki sifat koleris tsb ). Ciri2 sifat koleris adalah tegas dan lugas . Ciri lain dari tipe kepribadian koleris ini adalah selalu ingin di depan dan tidak mau kalah dgn orang lain. Orang dgn tipe kepribadian koleris sangat ahli dalam mengorganisir orang2, karena memiliki sifat yg tegas.

2 . Kepribadian S anguinis ( I nfluence ) : Orang dengan kepribadian sanguinis dalam public speaking banyak disenangi, karena keahliannya bertutur kata dan enak didengar. Jika dibawa ke hal yang ekstrim orang dengan karakter seperti ini akan berbicara terus menerus, memonopoli dan suka menyela. Bergaul dengan orang sanguinis sebenarnya menyenangkan, ketika dia bercerita tentang suatu hal, dia dapat menggambarkannya dengan baik, sehingga kita benar-benar seperti ikut terhanyut menyelami ceritanya tersebut. Tipe kepribadian sanguinis memiliki emosi yang sangat kreatif.

3 . Kepribadian P legmatis ( S teadiness ) : Tipe kepribadian ini disukai banyak orang, karena memiliki kepribadian yg damai, mudah bergaul d g n siapa saja. Kepribadian ini merupakan kepribadian yg paling disukai dlm kelompok mana saja. Tetapi jika dibawa ke titik ekstrim orang dengan kepribadian phlegmatis dia akan tidak peduli melakukan apapun , apatis dan sering menunjukan bahwa masa depannya penuh ketidakpastian . Ciri 2 orang yang memiliki tipe kepribadian ini adalah bimbang tidak mempunyai sikap yang jelas dalam mengambil keputusan / lama dalam mengambil keputusan. Tipe plegmatis cenderung damai, tidak mau berkonfrontasi secara langsung dengan siapa pun. Orang plegmatis agak sulit dengan urusan2 yang sifatnya detail tetapi dia memiliki kelebihan sebagai negosiator yang andal dalam berkomunikasi. Umumnya orang dengan kepribadian ini memancarkan wajah yang bersih, polos, karena sifatnya yang kalem dan tenang.

4 . Kepribadian Melankolis ( C onscientiousness ) : Seseorang yang memiliki kepribadian melankolis memiliki pemikiran yang cerdas, banyak dihormati oleh orang yang pemikirannya dangkal. Orang melankolis jika dibawa ke titik ekstrim , dia akan menunjukan sikap pemurung karena berlebihan dengan emosi pesimistisnya. Orang melankolis melakukan segala sesuatunya dengan teliti dan detail dengan Langkah yang jelas dan terstruktur. Kalau ditemukan suatu pekerjaan yang memakan waktu lama yang dikerjakan oleh orang tipe ini, bukan berarti dia malas tetapi dia mengharapkan hasil yang sempurna.

5. Kepribadian Campuran : Ke-4 kepribadian tadi menurut Littauer (1996) juga bisa bercampur dalam diri seseorang, artinya walau ada 4 jenis kepribadian, umumnya ada 1 kepribadian yang dominan atau sekurang2nya 2 kepribadian yang dominan. Skala p e rsentase dominan bisa bervariasi dari 60:40 atau 70:30 atau bahkan berbeda tipis 51:49. Littauer (1996) membedakannya menjadi 4 yaitu campuran alami, campuran pelengkap, campuran yg berlawanan, dan campuran dari ke -3 nya.

1. Campuran kepribadian yang alami adalah : 1) Kepribadian sanguinis ( influence ) dengan kepribadian koleris ( dominance ) 2) Kepribadian melankolis ( conscientiousness ) dengan kepribadian plegmatis ( steadiness ) 2. Campuran kepribadian pelengkap yang berorientasi pada hubungan antar manusia adalah : 1) Kepribadian sanguinis ( influence ) 2) Kepribadian p legmatis ( steadiness ) 3. Campuran kepribadian pelengkap yang berorientasi pada tujuan / hasil kerja (target) adalah : 1) Kepribadian koleris kuat ( dominance ) 2) Kepribadian melankolis sempurna ( conscientiousness ) Kemungkinan lainnya selain campuran kepribadian di atas adalah campuran kepribadian manusia yang “berlawanan” seringkali diberikan istilah “pertikaian batin” karena sifat dan karakternya yang selalu bertolak belakang, yaitu : Kepribadian sanguinis ( influence ) dengan kepribadian melankolis ( conscientiousness ) Kepribadian koleris kuat ( dominance ) dengan kepribadian plegmatis ( steadiness ).

Dengan mengetahui karakter / kepribadian dari audiens setidaknya menjadi bekal utk pembicara dalam mengambil sikap dan dalam penggunaan bahasa/pemilihan kata. Apalagi jika kita bertugas sbg MC, maka pengetahuan ttg siapa audiensnya sangat penting agar dapat memandu acara dengan baik dan menyampaikan sajian yang pas kepada audiens dengan bahasa dan sikap yang sesuai. Sbg contoh jika audiensnya masyarakat pedesaan , maka penggunaan b ahasa akan sangat berbeda dengan audiensnya d gn kalangan masyarakat kota. Bila audiensnya berasal dari kalangan profesi tertentu, pembicara idealnya menggunakan istilah 2 teknis / b ahasa yang biasa dipakai sesuai profesi audiens . Tentunya tidak diharapkan adanya perbedaan yang mencolok dalam sikap, saat menghadapi audiens pejabat/profesional dan dengan masyarakat biasa.

Sebagai seorang pembicara yang akan berhadapan langsung dengan audiensnya , maka seorang pembicara harus memahami sifat audiensnya sebagai persiapan agar dapat mengendalikan acara dengan baik. Sifat- sifat audiens dpt dibedakan menjadi: a. Sifat kelompok (maksimal 50 orang) : individual, rasional, responsif, kritis. b. Sifat massa (sangat banyak) : sifat individual lebur menjadi sifat kebersamaan / jiwa massa mendominasi sifat individu, emosional.

Teknik Public Speaking

1. Teknik Meningkatkan Kepercayaan Diri : 1) Mind setting 2) Menghilangkan grogi / demam panggung 3) Menguasai audiens

TEKNIK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI : Meningkatkan percaya diri dalam rangka me laksanakan suatu public speaking merupakan sebuah proses yg membutuhkan waktu dan latihan yg serius, namun dapat dilakukan oleh siapa pun yg ingin memiliki kemampuan public speaking . Berbicara di depan umum ( public speaking ) sering membuat banyak orang nervous (gugup) bahkan takut. Hal ini tidak saja terjadi pada mereka yg baru pertama kali akan tampil, kegugupan/ketakutan tsb bisa juga menghinggapi orang2 yg sudah biasa tampil melakukan public speaking .

Perasaan takut, tidak percaya diri, malu, grogi/gugup (perasaan serba kurang) tsb harus dilawan/dikendalikan. Jika kita tetap dgn perasaan2 yang serba kurang tsb utk berbicara di depan umum, terlebih dalam konteks pekerjaan/bisnis kita, bisa jadi kita tidak akan diandalkan oleh atasan/pimpinan kita. Bisa saja ide2 baik yang kita miliki sia-sia ketika kita takut/malu utk mengungkapkan/mempresentasikannya. Kita hanya akan melihat orang lain sukses dgn kemampuan mereka berbicara di depan umum, sedangkan kita hanya diam dan menjadi penonton saja karena tidak mau melawan rasa serba kekurangan tsb , dan hal itu akan membuat karir kita menjadi kurang berkembang. Utk itu perlu bagi orang2 yang memiliki perasaan serba kurang tsb melakukan perlawanan dgn membenahi diri, dimulai dgn membenahi mental utk membangun keberanian dalam melakukan kegiatan public speaking .

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebagai tahap awal dalam meningkatkan rasa percaya diri. Di antaranya merubah pola pikir atau mind setting , teknik mengelola grogi, dan teknik menguasai audiens , sbb : Mind Setting : Dalam kehidupan sehari2 berlaku teori common sense , para peneliti menyatakan bahwa hasil yang kita terima terbentuk dari apa yang kita pikirkan. Pikiran akan mendorong sebuah tindakan, dan tindakan akan menghasilkan sesuatu sesuai apa yang dipikirkan. Dan hal ini pun berlaku pada public speaking . Semua orang pasti ingin dapat melakukan presentasi yang baik dalam pekerjaan atau studinya. Namun, berbicara di depan umum tidak jarang menjadi sesuatu yang bisa menimbulkan rasa takut, malu, grogi, tidak percaya diri (perasaan serba kurang). Ada beberapa pola pikir yang jika kita install dalam pikiran kita , maka akan dapat membantu kita berbicara dengan baik di depan umum.

1) Kita harus bercerita, bukan sekedar membaca slide / naskah Apa yang pertama akan kita lakukan bila besok harus melakukan presentasi? Kebanyakan orang langsung fokus untuk membuat slide presentasi. Langsung membuka power point dan mulai membuat slide . Lalu apa jadinya kalau saat presentasi besok terjadi kendala misalnya mati lampu, dan lainnya? Apakah kita masih bisa presentasi dengan baik? Inti dari suatu presentasi adalah cerita yang akan kita bawakan. Jadi untuk dapat melakukan presentasi dengan baik, kita harus siap bercerita tanpa bantuan slide ! Jika kita sudah bisa bercerita tanpa bantuan slide , berarti kita sudah punya gambaran tentang apa saja hal2 penting yang akan kita sampaikan. Setelah kita membangun konstruksi cerita yang mengalir sesuai topik pembahasan, lalu utk sekedar membantu kita bercerita tsb , kita bisa membuat slide presentasi yang menarik (sekali lagi slide ini hanya sbg alat bantu saja, yang utama adalah kemampuan kita dalam menyampaikan cerita dalam suatu kegiatan public speaking ).

2) Kita berbicara utk memberi kpd audiens , bukan sekedar berharap utk diberi oleh audiens : Banyak orang berbicara di depan umum utk mendapatkan sesuatu dari orang lain. Apakah supaya orang membeli produknya, supaya dapat pujian, atau supaya diluluskan dlm sidang akhir guna memperoleh gelar akademik. Padahal kalau kita yg menjadi audiensnya , kita akan lebih memperhatikan seorang pembicara yg inspiratif, yg bisa memberikan nilai lebih pada audiens . Oleh karena itu, maka kita harus menyusun materi yg kita sampaikan sbg sesuatu yg bisa memberikan nilai manfaat bagi audiens kita. Kita harus memahami kebutuhan audiens , kita cari apa kira2 yg menjadi pengetahuan baru bagi mereka. Bahkan dlm suatu sidang tugas akhir dari S1 sampai S3, ketika penguji bertanya kpd mahasiswa, bisa jadi para penguji memang benar2 tidak tahu mengetahui hal yg mereka tanyakan tsb . Jadi niatkan lah presentasi kita itu sbg upaya untuk memberi manfaat bagi para audiens tsb . Kalau ada yang tidak butuh / tidak suka dgn presentasi kita, respon lah dgn baik, tetap sabar & tenang/jangan emosi. Fokus kpd orang2 yg menerima apa yg kita presentasikan.

3) Pembicara adalah penguasa panggung, jangan jadi budak panggung : Apa yg membuat seorang pembicara menjadi penguasa panggung? Pada saat orang2 mendengarkan dia berbicara? Bukan. Bukan itu. Yg membuat seseorang menguasai panggung adalah perhatian yg diberikan audiens , bahkan saat dia sdg diam. Ketika seseorang ada di panggung, para audiens tahu bahwa orang tsb merupakan raja panggung. Dia yg mengatur jalannya presentasi. Di sini lah ada yg namanya “The Power of Pause”. Kita tidak harus memulai presentasi dgn langsung berbicara. Kita bisa diam sejenak, dan menarik napas perlahan sebelum berbicara. Sepanjang presentasi pun kita bisa melakukannya kapan pun dibutuhkan. Setiap kali kita diam, kita memberi audience kesempatan utk kembali menempatkan fokus mereka kepada kita. Ketika kita dapat mengatur kapan harus diam dan dapat mengontrol kecepatan bicara, audiens justru tahu bahwa kita percaya diri dan menguasai panggung. Bahkan jika kita berbicara satu kata demi satu kata pun, audiens masih akan menunggu. Jadi jangan khawatir, kita lah penguasa panggung tsb .

4) Kita berbicara kepada manusia, bukan kepada robot : Ingat kiat nomor 2) kita berbicara untuk memberi kepada audiens , maka kita harus berbicara dgn mereka, bukan sekedar berucap. Lakukan interaksi dgn masing2 audience (kontak mata bersahabat & semangat, tersenyum hangat, menyapa, meminta respon , dll ). Jika melihat mata terlalu sulit, coba tataplah area antara kedua mata mereka. Lihatlah satu per satu dengan perlahan, jangan seperti melihat hamparan sawah. Berikan jeda yang cukup, shg mereka merasa bahwa kita sedang berbicara langsung dengan setiap diri dari mereka.  Nanti, kita akan dapat menemukan orang2 yg memang memperhatikan kita. Mereka lah orang2 yg siap menerima apa yang akan kita presentasikan.

5) Kita terlalu bersemangat, bukan sedang grogi Dalam sebuah liputan olimpiade , seorang reporter bertanya kepada para atlet sebelum dan sesudah pertandingan. “Apakah anda grogi?” dan para atlet menjawab “Tidak, saya bersemangat.”   Para reporter melihat bahwa tangan mereka basah dan tubuh agak bergetar pertanda atlet tersebut sedang nervous , namun para atlet menerjemahkan gejala tsb sbg tanda sem angat yg berlebih, bukan nervous . Ha l ini juga bisa dilakukan jika kita merasa demam pan ggung. Katakan pada diri kita atau kep ada audiens bahwa kita sangat bersemangat. H asil pen elitian Alison Wood Brooks (2013) da ri Harvard Business School m engungkapkan ba hwa men gatakan “I am excited ” jauh lebih ber guna utk meningkatkan perfor ma ketimbang men gatakan “ keep calm and carry on ”. Itu contoh beberapa kalimat positif yang bisa kita install ke d alam pikiran kita. Ketika pikiran positif ttg presentasi kita mampu kelola ( handle ), maka kita sud ah mampu mengelola audiens , men gelola panggung, dan mengelola cara penampilan kita.

Next Kuliah Ke-4 Kamis Depan 2. Menghilangkan Grogi / Demam Panggung

Selesai Sekian & terima kasih