Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini , mahasiswa mampu : Menjelaskan pentingnya Supply Chain Management (SCM) dalam pengelolaan industri . Membedakan konsep Supply Chain dan Supply Chain Management . Mengidentifikasi pelaku utama dalam suatu Supply Chain . Mendeskripsikan proses-proses inti dalam Supply Chain . Menjelaskan pentingnya integrasi informasi , kolaborasi , dan koordinasi dalam SCM. Mengaitkan fungsi fisik dengan fungsi mediasi pasar pada Supply Chain . Menganalisis berbagai tantangan dalam pengelolaan Supply Chain .
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Evolusi Tantangan Dunia Manufaktur Era 1960-an: Produksi Massal (Mass Production) Fokus pada Produktivitas\ Produk : mobil Model T hitam atau ban berjalan. Tokoh : Ford Motor Company. Filosofi : "Any color as long as it's black" (Model T). Sistem : Produksi Massal . Kata Kunci : Produktivitas , Efisiensi , Utilitas . Fokus : Jumlah output, kecepatan operator, kesimbangan lini produksi . Ilmu yang Relevan : Pengukuran waktu dan metode kerja .
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Evolusi Tantangan Dunia Manufaktur Era 1970-80an: Bangkitnya Persaingan & Kualitas Fokus pada Produktivitas kehadiran industri Jepang dan mulainya muncul simbol grafik kualitas (chart). Perubahan : Industri Jepang masuk persaingan global. Pergeseran Paradigma : Produktivitas saja tidak cukup . Fokus Baru: Kualitas Produk . Kualitas tergantung pada proses, manusia , & sistem ; termasuk kualitas dari supplier . Teknik dan konsep : Statistical Process Control (SPC) dan Total Quality Management (TQM) .
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Evolusi Tantangan Dunia Manufaktur Era Modern: Globalisasi & TI (Tantangan Baru) Era Modern: Globalisasi dan Teknologi Informasi Muncul adanya Globe atau simbol jaringan /internet. Faktor Perubahan : Pasar tanpa batas ( globalization ) dan kemajuan Teknologi Informasi . Dampak : Persaingan semakin ketat , tuntutan pelanggan semakin tinggi . Produk yang murah dan berkualitas saja tidak lagi cukup . Latar Belakang Masalah : Ini membuka pembahasan tentang perlunya Supply Chain Management untuk menjawab tantangan kompleks ini . evolusi tantangan yang dihadapi dunia manufaktur , dari yang hanya fokus pada produktivitas internal, lalu memasukkan faktor kualitas , hingga akhirnya menghadapi tantangan eksternal yang kompleks di era global. Evolusi ini yang menjadi alasan fundamental mengapa manajemen yang terintegrasi ( Supply Chain Management ) menjadi sangat krusial .
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Dari Variasi Produk hingga Lahirnya SCM Respons terhadap Tuntutan Pasar: Variasi & Kecepatan Produk : Berbagai jenis mobil atau simbol jam/stopwatch. Point-Point Utama: Tokoh / Konsep : Alfred P. Sloan (GM) vs. Henry Ford (Ford). Semboyan Baru: "A car for every purse and purpose" (Mobil untuk setiap kantong dan tujuan ). Strategi: Segmentasi pasar berdasarkan nilai ( value ) dan harga . Tuntutan Pelanggan Baru: Kecepatan respons , inovasi , dan fleksibilitas . Konsep Lahir: Time-based competition, agile manufacturing.
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Dari Variasi Produk hingga Lahirnya SCM Kesadaran akan Keterbatasan Perbaikan Internal Untuk mencapai murah , berkualitas , cepat , perbaikan internal saja tidak cukup . Batasan Perbaikan Internal dan Perlunya Kolaborasi Pabrik mengelola bahan baku dari alam menjadi produk jadi ( suplier , truk , pabrik , gudang , toko) Diperlukan kolaborasi , koordinasi , dan sinkronisasi dengan semua pihak : Supplier Pabrik Perusahaan Transportasi Jaringan Distribusi Kesadaran ini melahirkan konsep Supply Chain Management (SCM) di era 1990-an.
Pendahuluan ( Evolusi Tantangan Manufaktur ) Peran Outsourcing dalam Memperkuat Pentingnya SCM Fenomena Outsourcing & Meningkatnya Kompleksitas Muncul adanya sistem outsourcing dan perusahaan logistik Trend: Maraknya Outsourcing ( alih daya ke pihak ketiga ). Alasan: Fokus pada kompetensi inti ( core competency ). Contoh Aktivitas yang Di- outsource : Penyimpanan barang , transportasi (oleh 3PL/4PL ), bahkan seluruh proses manufaktur (oleh contract manufacturer ). Dampak : Meningkatkan kompleksitas hubungan antar organisasi . Kompleksitas ini memperkuat kebutuhan akan pendekatan khusus , yaitu SCM . Faktor pendorong perlu adanya SCM Tuntutan pasar yang semakin tinggi ( variasi , kecepatan ). Keterbatasan perbaikan internal untuk memenuhi tuntutan tersebut . Tren outsourcing yang membuat jaringan menjadi lebih kompleks dan perlu dikelola dengan baik .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Apa itu Supply Chain? Definisi : Jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan produk ke tangan pengguna akhir . Diagram sederhana menunjukkan : Supplier -> Pabrik -> Distributor -> Ritel /Toko -> Konsumen Pihak Terkait : Pelaku Utama: Supplier , pabrik , distributor, pengecer / ritel . Pendukung : Perusahaan jasa logistik (3PL, dll ).
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Tiga Aliran yang Harus Dikelola Aliran Produk ( Fisik ) Arah: Hulu ( upstream ) -> Hilir ( downstream ) Contoh : Bahan baku -> Pabrik -> Distributor -> Pelanggan . Aliran Uang (Dana) Arah: Hilir ( downstream ) -> Hulu ( upstream ) Contoh : Pembayaran dari pelanggan ke ritel , ke distributor, ke pabrik , ke supplier. Aliran Informasi Arah: Dua Arah (Hulu <-> Hilir) Contoh : Order, permintaan , status pengiriman , ketersediaan stok .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Peran Penting Aliran Informasi Kunci Keunggulan Adalah mengelola Aliran Informasi dengan baik Kinerja SC yang unggul bergantung pada aliran informasi yang transparan dan akurat . Contoh Informasi Penting : Level persediaan di toko/ ritel . Kapasitas produksi yang tersedia di supplier. Status pengiriman bahan baku / produk ( Pelacakan / tracking ). Berbagi informasi adalah fondasi untuk koordinasi dan kolaborasi yang efektif .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Aliran Informasi & Contoh Industri Farmasi Peran Penting Aliran Informasi Kunci Keunggulan Adalah mengelola Aliran Informasi dengan baik Kinerja SC yang unggul bergantung pada aliran informasi yang transparan dan akurat . Contoh Informasi Penting : Level persediaan di toko/ ritel . Kapasitas produksi yang tersedia di supplier. Status pengiriman bahan baku / produk ( Pelacakan / tracking ). Berbagi informasi adalah fondasi untuk koordinasi dan kolaborasi yang efektif .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Aliran Informasi & Contoh Industri Farmasi Gambar: 1.1 ( buku Referensi ) Keterangan : Aliran Material : Bahan baku , komponen , produk jadi mengalir dari kiri (Supplier) ke kanan ( Konsumen ). Aliran Informasi : Kapasitas , status pengiriman , pesanan , informasi teknis mengalir dua arah . Aliran Finansial : Pembayaran mengalir dari kanan ke kiri. Retur dan reparasi mengalir dari kanan ke kiri. Tantangan Aliran Informasi di Industri Farmasi Industri farmasi memiliki kompleksitas tambahan : harus mengelola aliran informasi teknis yang kritis . Khusus untuk ethical drugs ( obat yang memerlukan resep dokter ), informasi yang akurat adalah keharusan . Informasi yang harus disalurkan : Cara penggunaan , dosis , keunggulan obat baru , dll . Pihak yang harus mendapat informasi : Tenaga penjual ( sales force ), dokter , apoteker , penjaga toko obat . Konsekuensi : Kegagalan dalam mengelola aliran informasi teknis ini dapat menyebabkan gagalnya penetrasi pasar untuk produk baru .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Aliran Informasi & Contoh Industri Farmasi Gambar: 1.1 ( buku Referensi ) Keterangan : Aliran Material : Bahan baku , komponen , produk jadi mengalir dari kiri (Supplier) ke kanan ( Konsumen ). Aliran Informasi : Kapasitas , status pengiriman , pesanan , informasi teknis mengalir dua arah . Aliran Finansial : Pembayaran mengalir dari kanan ke kiri. Retur dan reparasi mengalir dari kanan ke kiri. Tantangan Aliran Informasi di Industri Farmasi Industri farmasi memiliki kompleksitas tambahan : harus mengelola aliran informasi teknis yang kritis . Khusus untuk ethical drugs ( obat yang memerlukan resep dokter ), informasi yang akurat adalah keharusan . Informasi yang harus disalurkan : Cara penggunaan , dosis , keunggulan obat baru , dll . Pihak yang harus mendapat informasi : Tenaga penjual ( sales force ), dokter , apoteker , penjaga toko obat . Konsekuensi : Kegagalan dalam mengelola aliran informasi teknis ini dapat menyebabkan gagalnya penetrasi pasar untuk produk baru . Keunggulan suatu rantai pasok ditentukan oleh kemampuannya mengelola tidak hanya aliran barang dan uang, tetapi juga aliran informasi ( baik operasional maupun teknis ) dengan akurat dan transparan .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Kompleksitas Jaringan Rantai Pasok (Supply Network) Dari Rantai ke Jaringan : Kompleksitas Supply Chain yang Nyata Poin Utama: Model serial (linier) terlalu sederhana untuk menggambarkan kenyataan di lapangan . Kenyataannya , sebuah rantai pasok membentuk jaringan (network) yang kompleks dan saling terhubung .
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Kompleksitas Jaringan Rantai Pasok (Supply Network) Contoh Konkret : Supply Chain Biskuit Kaleng Jaringan Perusahaan di Balik Sebuah Biskuit Kaleng Gambar 1.2 dari buku Daftar Pihak yang Terlibat : Bahan Baku: Penghasil gandum , tebu , garam, aluminium. Pabrik Pengolah : Pabrik tepung terigu , pabrik gula, pabrik kaleng . Manufaktur Inti: Pabrik biskuit . Distribusi & Ritel : Distributor garam, distributor biskuit , supermarket. Pendukung : Perusahaan transportasi dan pergudangan ( logistik ).
Supply Chain dan Supply Chain Management (SCM) Kompleksitas Jaringan Rantai Pasok (Supply Network) Kesimpulan: Ini Bukan Rantai , Tapi Jaringan (Network) Banyak pihak yang bekerja secara paralel dan terhubung . Istilah "Supply Network" lebih tepat menggambarkan kompleksitas ini daripada "Supply Chain" (yang terkesan linier). Tujuan Bersama: Semua pihak dalam jaringan ini bekerja untuk tujuan akhir yang sama , yaitu memuaskan konsumen . Catatan : Meskipun istilah " jaringan " lebih akurat , istilah "Supply Chain" atau " Rantai Pasok " tetap paling umum digunakan secara global.
Supply Chain Management (SCM) Definisi Supply Chain Management (SCM) Apa itu Supply Chain Management (SCM)? Supply Chain Management (SCM) - Definisi Definisi dari Jaringan ke Metode Pengelolaan
Supply Chain Management (SCM) Supply Chain ( Rantai Pasok ) Supply Chain Management (SCM) Jaringan fisik perusahaan-perusahaan . Metode, alat, dan pendekatan untuk mengelola jaringan tersebut. Supplier , pabrik, distributor, pengecer. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian semua aktivitas. Apa yang dihubungkan . Bagaimana menghubungkannya secara efektif . SCM membutuhkan pendekatan terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi .
Supply Chain Management (SCM) Definisi Menurut CSCMP (Council of Supply Chain Management Professionals) "SCM mencakup perencanaan dan pengelolaan semua aktivitas dalam ... pengadaan , konversi (proses), dan semua aktivitas logistik ." "Yang terpenting , juga mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra channel..." "Pada dasarnya , SCM mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan di dalam dan antar perusahaan ."
Supply Chain Management (SCM) Definisi Menurut Mentzer et al. (2001) " Koordinasi strategis yang sistematis dari fungsi bisnis tradisional dan taktik di seluruh fungsi bisnis tersebut ..." "... dalam satu perusahaan dan antar bisnis dalam supply chain..." "Tujuan: meningkatkan kinerja jangka panjang masing-masing perusahaan dan supply chain secara keseluruhan ." Definisi ini menekankan pada aspek strategis , koordinasi , dan tujuan peningkatan kinerja kolektif .
Supply Chain Management (SCM) Paradigma Baru: Kompetisi adalah Antar Rantai Pasok Prinsip : Rantai Sekuat Mata Rantai Terlemah Prinsip Dasar: "A Chain is Only as Strong as its Weakest Link" Kekuatan suatu rantai pasok ditentukan oleh elemen terlemah di dalamnya . Pabrik yang efisien tidak akan berguna jika supplier - nya mengirim bahan baku terlambat atau berkualitas buruk . Implikasi : Perusahaan inti ( misalnya pabrik ) harus membantu mitra yang lemah ( misalnya supplier ) dengan bantuan teknis dan manajerial untuk menguatkan seluruh rantai .
Supply Chain Management (SCM) SCM Bukan Hanya Software Poin -Point Utama: SCM bukanlah sebuah software . Ia adalah sebuah pendekatan atau filosofi manajemen . Software hanyalah alat bantu untuk menerapkan SCM secara efektif . Di Indonesia: Semua perusahaan pada dasarnya telah mengelola rantai pasoknya , tetapi tidak semuanya telah menerapkan pendekatan yang benar-benar integratif dan kolaboratif .
Supply Chain Management (SCM) Area Cakupan Supply Chain Management (SCM) Pertanyaan yang biasa diajukan adalah : Kegiatan apa saja yang termasuk SCM? Siapa saja yang terlibat ? Perlukah departemen SCM khusus ? Semua kegiatan yang terkait dengan pengelolaan aliran material, informasi , dan uang di sepanjang rantai pasok adalah cakupan SCM.
Supply Chain Management (SCM) Kegiatan utama SCM ( Fokus Aliran Material & Informasi ) 1. Pengembangan Produk Baru ( Product Development ) ( Merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan rantai pasok dan pelanggan ). 2. Pengadaan Bahan Baku ( Procurement/Purchasing/Supply ) ( Mendapatkan bahan baku yang tepat , dari sumber yang tepat , dengan harga dan waktu yang tepat ). 3. Perencanaan Produksi & Persediaan ( Production Planing and inventory Control atau PPIC ( Mengatur apa , kapan , dan berapa banyak yang harus diproduksi dan disimpan ). 4. Produksi 5. Pengiriman atau Distribusi Barang Jadi ( Distribution ) ( Mengirimkan produk jadi ke tangan pelanggan secara efisien ).
Supply Chain Management (SCM) Struktur Fungsional Perusahaan Manufaktur untuk SCM Struktur Organisasional untuk SCM Struktur Fungsional Perusahaan Manufaktur untuk SCM Keenam kegiatan inti SCM biasanya diwadahi dalam departemen atau divisi fungsional yang terpisah di suatu perusahaan . Struktur ini disebut Functional Division .
Enam bagian utama dalam sebuah Perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama Supply Chain Bagian Cakupan Kegiatan Antara Lain Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru , melibatkan supplier dalam perancangan produk baru . Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen , memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. Perencanaan dan Pengendalian Demand planning, peramalan permintaan , perencanaan kapasitas , perencanaan produksi dan persediaan . Operasi / Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas . Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi , penjadwalan pengiriman , mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman , memonitor service level di tiap pusat distribusi . Pengembalian Merancang saluran pengembalian produk , penjadwalan pengambilan , proses disposal, penetuan harga produk refurbish, dan lain-lain.
Supply Chain Management (SCM) Pengembangan Produk (Product Development) Pentingnya Pengembangan Produk (Product Development) bagi perusahaan-perusahaan yang ada pada kelompok industri inovatif Mengembangkan produk baru dalam kurun waktu tertentu Sangat kritis bagi industri inovatif ( contoh : garmen , elektronik , komputer , otomotif modern). Ciri Industri Inovatif : Banyak produk baru diluncurkan tiap tahun . Siklus hidup produk ( product life cycle ) sangat pendek . Tujuan: Mencapai waktu perkenalan pasar ( time to market ) yang cepat dengan biaya rendah .
Supply Chain Management (SCM) Pengembangan Produk (Product Development) Empat Pertimbangan Kunci dalam Merancang Produk Baru Kebutuhan Pasar ( Market Needs ) Rancangan harus mencerminkan keinginan pelanggan ( melalui riset pasar ). Ketersediaan Bahan Baku ( Material Availability ) Mempertimbangkan sifat dan ketersediaan bahan baku . Praktik Terbaik : Melibatkan supplier kunci sejak tahap desain awal . Kemampuan Produksi ( Manufacturability ) Rancangan harus dapat diproduksi secara ekonomis dengan fasilitas yang ada . Kemudahan Distribusi & Logistik ( Ease of Distribution ) Produk harus dirancang agar mudah dikirim dan tidak menimbulkan biaya persediaan berlebihan di sepanjang rantai pasok . Aspek Lingkungan : Produk yang dirancang harus merupakan produk yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang
Supply Chain Management (SCM) Pengembangan Produk (Product Development) Contoh Studi Kasus: Rancangan Printer yang mempertimbangkan aspek Supply Chain Masalah Awal: Printer dikonfigurasi spesifik di pabrik pusat (AS) untuk dikirimkan diberbagai negara Produksi berdasarkan ramalan → kbisa terjadi elebihan dan kekurangan di berbagai negara. Produk berlebih di satu negara tidak bisa dialihkan ke negara lain. Solusi: Hanya bagian generik / standar yang diproduksi di AS. Konfigurasi akhir dilakukan di negara tujuan setelah ada order pasti . Hasil : Fleksibilitas meningkat . Produk generik berlebih dapat dialihkan untuk tutupi kekurangan di negara lain. Biaya persediaan turun , mengatasi kekurangan di sepanjang Supply Chain
Supply Chain Management (SCM) Pembelian (Procurement ) Persepsi Tradisional : Fungsi administratif / klerikal Request for Quotation (RFQ) Mencetak dan mengirim Purchase Order (PO) Persepsi Modern: Fungsi strategis untuk menciptakan daya saing Berkontribusi pada: Pengurangan biaya ( mendapatkan bahan baku lebih murah ) Peningkatan time to market ( dalam perancangan produk baru ) Peningkatan kualitas produk ( dengan bekerjaa sama dengan supplier) Peningkatan responsiveness ( pemilihan supplier yang bukan hanya murah tapi rensposif
Kompetensi yang diperlukan dalam Procurement Modern Keahlian bernegosiasi Kemampuan menerjemahkan tujuan strategis perusahaan ke dalam Sistem pemilihan supplier Sistem evaluasi supplier Kemampuan menciptakan kolaborasi jangka panjang dengan supplier Kemampuan melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Kemampuan mengevaluasi supply risk Supply Chain Management (SCM) Pembelian (Procurement )
Peran Vital: Menciptakan koordinasi taktis dan operasional Fungsi Utama: Mengkoordinasikan kegiatan produksi Mengatur pengadaan material Mengelola pengiriman produk Tujuan: Kegiatan Produksi,pengadaan material, maupun pengiriman produk bisa dilakukan dengan Efisiensi dan ketepatan waktu Supply Chain Management (SCM) Perencanaan dan Pengendalian ( Planning and Control )
Tantangan dalam Global Operations Perusahaan beroperasi secara global dengan pabrik di berbagai lokasi Koordinasi rencana produksi menjadi sangat penting Perlunya integrasi data across supply chain: Jumlah Produksi Data penjualan terakhir di tingkat ritel Level persediaan atau stok produk di berbagai titik Informasi promosi dan program pemasaran yang dilakukan distributor Supply Chain Management (SCM) Perencanaan dan Pengendalian ( Planning and Control )
Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR) Kolaborasi antara perusahaan dengan supplier/distributor untuk : Peramalan demand Perencanaan produksi Perencanaan pengiriman Perencanan persediaan (inventory), safety stock, reorder point Contoh Perusahaan yang sudah menerapkan P&G, K-Mart, Warner-Lambert, Sara Lee Manfaat: Mengurangi ketidakpastian demand Meningkatkan akurasi perencanaan Supply Chain Management (SCM) Perencanaan dan Pengendalian ( Planning and Control )
Keputusan Strategis dalam Manajemen Persediaan Keputusan Tradisional : Safety stock level Reorder point (ROP) Penentuan jumlah pesanan (EOQ) Model Vendor Managed Inventory (VMI) Supplier bertanggung jawab mengelola persediaan di fasilitas pembeli . Tugas Supplier: Memantau tingkat persediaan Menentukan waktu dan jumlah pengiriman ulang (replenishment) Syarat Keberhasilan : Koordinasi intensif Informasi real-time dari pembeli : Data penjualan Level persediaan Supply Chain Management (SCM) Perencanaan dan Pengendalian ( Planning and Control )
Fungsi : Transformasi bahan baku / komponen menjadi produk jadi . Tren produksi melibatkan Outsourcing: Memindahkan produksi ke subkontraktor Fokus pada core competency Manfaat Outsourcing: Peningkatan produktivitas tenaga kerja Efisiensi sumber daya Contoh : Nike Fokus pada pemasaran dan desain produk Produksi dilakukan oleh pihak ketiga di negara berkembang Konsentrasi pada core competency Pengurangan biaya produksi Akses ke keahlian dan fasilitas khusus Supply Chain Management (SCM) Operasi / Produksi dalam Supply Chain
Strategi Produksi & Inovasi Model Supply Chain Lean vs. Agile Manufacturing dan Dispersed Manufacturing Pendekatan dalam Sistem Produksi Lean Manufacturing : Berfokus pada efisiensi Minimisasi pemborosan (waste) Ideal untuk produk volume tinggi dan kompetisi harga Agile Manufacturing : Berfokus pada fleksibilitas dan responsivitas Merespons perubahan demand dengan cepat Cocok untuk pasar dengan variasi tinggi dan perubahan cepat Supply Chain Management (SCM) Operasi / Produksi dalam Supply Chain
Studi Kasus : Li & Fung: Model Dispersed Manufacturing Didirikan tahun 1906 di Kanton, Tiongkok Berkantor pusat di Hong Kong Konsep : Membagi kegiatan value chain ke pihak terbaik Mengoptimalkan aliran material global Tidak memiliki fasilitas produksi sendiri Supply Chain Management (SCM) Operasi / Produksi dalam Supply Chain
Cara Kerja Dispersed Manufacturing Langkah-Langkah: Identifikasi keunggulan setiap negara Alokasi kegiatan produksi ke lokasi optimal Koordinasi rantai pasok global Contoh : Sumber bahan baku : Tiongkok , Thailand, Indonesia Pasar: Amerika, Eropa Supply Chain Management (SCM) Operasi / Produksi dalam Supply Chain
Model Dispersed Manufacturing Li & Fung Strategi Front-End dan Back-End dalam Rantai Pasok Global Alur Proses Produksi Boneka (Studi Kasus 1980-an) Langkah 1: Perancangan & Cetakan (Hong Kong) Desain produk dan pembuatan cetakan Langkah 2: Produksi ( Tiongkok Daratan ) Memanfaatkan tenaga kerja murah Produksi boneka berdasarkan desain dan cetakan Langkah 3: Quality Control & Packaging (Hong Kong) Pengecekan kualitas dan pengepakan Keunggulan infrastruktur dan kemampuan teknis Langkah 4: Pengiriman Global (Hong Kong) Manfaatkan pelabuhan dan perbankan kelas dunia Supply Chain Management (SCM) Operasi / Produksi dalam Supply Chain Filosofi Operasi Li & Fung Kontrol Aktivitas Bernilai Tinggi: Front-End: Perancangan , engineering, perencanaan produksi Back-End: Pengendalian kualitas , pengiriman , perbankan Outsource Aktivitas Padat Karya: Produksi dan pengadaan bahan baku ke supplier Jaringan Global: Lebih dari 7.500 supplier di seluruh dunia
Ilustrasi supply Chain Management Li & Ring Front End (Li & Ring) Perancangan produk , engineering, perencanaan produksi Back End (Li & Ring) Pengendalian kualitas , pengiriman , Banking Kegiatan Tengah (Suppliers/ Subcontractors (Li & Ring) - Pengadaan bahan baku dan komponen - Proses Produksi
Supply Chain Management (SCM) Pengiriman / Distribusi Tujuan: Mengirim produk ke pelanggan dengan waktu dan tempat tepat melibatkan transportasi Metode Pengiriman : Dilakukan sendiri oleh perusahaan Diserahkan ke third-party logistic (3PL) providers Tren: Outsourcing kegiatan distribusi ke penyedia jasa logistik
Supply Chain Management (SCM) Pengiriman / Distribusi Pertimbangan Utama: Biaya vs. Fleksibilitas vs. Kecepatan Respons Contoh Trade-off: Sedikit gudang → biaya rendah , servis terbatas Banyak gudang → biaya tinggi , servis lebih cepat Keputusan Strategis : Jumlah dan lokasi gudang Tingkat servis per wilayah
Supply Chain Management (SCM) Pengiriman / Distribusi Kompleksitas Operasional Distribusi Tantangan : Jaringan distribusi luas dan tersebar Penetapan service level per wilayah Penjadwalan dan penetapan rute pengiriman Mencari cara inovatif mengurangi biaya serta meningkatkan service level ke pelanggan Solusi Teknologi : Alat bantu penjadwalan dan optimasi rute , Mis Cross docking, mixed Load Sistem manajemen transportasi (TMS)
Supply Chain Management (SCM) Pengembalian Produk (Return) Reverse Logistics dan Closed-Loop Supply Chain Penyebab Pengembalian Produk , Produk cacat / tidak memenuhi standar kualitas Perlu diganti atau diproses ulang (rework) Kebijakan perusahaan Fleksibilitas pengembalian untuk meningkatkan daya saing Bisnis berkelanjutan Pengembalian kemasan ( botol , galon , tabung gas) Regulasi lingkungan Kemasan plastik harus dikembalikan untuk didaur ulang
Supply Chain Management (SCM) Pengembalian Produk (Return) Reverse Logistics dan Closed-Loop Supply Chain Reverse logistics : Mengelola aliran produk dari hilir ke hulu Closed-loop supply chain : Integrasi proses pengembalian ke dalam rantai pasok Fokus pada sustainability dan efisiensi sumber daya
Supply Chain Management (SCM) Pengembalian Produk (Return) Keputusan Strategis dalam Pengelolaan Return Kebijakan waktu return Berapa lama produk boleh dikembalikan ? Tempat claim ? Ke mana pelanggan mengajukan penggantian ? Penanganan produk refurbish Penetapan harga produk hasil perbaikan Kontrak untuk produk kedaluwarsa Model buyback contract untuk produk tidak laku
Fungsi Fisik dan Mediasi Pasar dalam SCM Klasifikasi Kegiatan Supply Chain (Marshal Fisher) Fungsi Mediasi Pasar : Mencari titik temu antara keinginan konsumen dan penawaran supply chain Fungsi Fisik : Kegiatan fisik produksi , penyimpanan , dan pengiriman barang
Fungsi Mediasi Pasar Pentingnya Mediasi Pasar Dampak Kesalahan : Produk tidak laku → penumpukan persediaan Penurunan harga (markdown) di bawah biaya produksi Kehilangan pelanggan karena kekurangan stok Kritis untuk produk inovatif : Keinginan pelanggan sulit diprediksi Siklus hidup produk pendek Contoh Aktivitas : Survei pasar dan riset konsumen Perancangan produk sesuai keinginan pasar Peramalan permintaan (demand forecasting) Pelayanan purnajual Tujuan : Memastikan produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar
Fungsi Fisik dalam Supply Chain Aktivitas Utama : Pengadaan bahan baku Produksi dan konversi menjadi produk jadi Penyimpanan ( gudang ) Pengiriman ke pelanggan Tujuan : Efisiensi operasional Ketepatan waktu dan kualitas
Integrasi Mediasi Pasar dan Fungsi Fisik Kolaborasi Penting : Perencanaan berdasarkan data pasar Produksi sesuai dengan ramalan permintaan Pengiriman tepat waktu untuk memenuhi ekspektasi pelanggan Contoh Tantangan : Ramalan permintaan terlalu tinggi → biaya persediaan meningkat Ramalan terlalu rendah → kehilangan peluang penjualan
Integrasi Mediasi Pasar dan Fungsi Fisik Strategi untuk Mengurangi Risiko Untuk Produk Inovatif : Kolaborasi dengan pemasok dan distributor Respons cepat terhadap perubahan pasar Untuk Produk Stabil : Fokus pada efisiensi produksi dan distribusi Optimasi persediaan Contoh Produk Inovatif vs. Produk Stabil Produk Inovatif ( contoh : fashion, elektronik ): Mediasi pasar sangat kritikal Risiko tinggi jika salah ramalan Produk Stabil ( contoh : bahan pokok ): Fungsi fisik lebih dominan Permintaan dapat diprediksi lebih mudah Keseimbangan antara mediasi pasar dan fungsi fisik kunci keberhasilan SCM Kesalahan mediasi pasar berakibat fatal, terutama untuk produk inovatif Integrasi dan kolaborasi penting untuk mengurangi risiko
Dua Jenis Aktivitas dalam Supply Chain Aktivitas Fisik Aktivitas Mediasi Pasar ☐ Pengiriman material ke pabrik ☐ Riset pasar ☐ Produksi ☐ Pengembangan produk ☐ Penyimpanan material/produk ☐ Penetapan harga diskon ☐ Distribusi/transportasi ☐ Pelayanan purnajual ☐ Pengembalian produk (return) ☐ Pengelolaan siklus hidup produk Sinergi Aktivitas Fisik dan Mediasi Pasar Keterkaitan Erat : Kesalahan mediasi pasar (e.g., rancangan produk salah) → meningkatkan beban aktivitas fisik (e.g., persediaan berlebihan , biaya gudang meningkat ). Perencanaan berdasarkan riset pasar → optimasi produksi dan distribusi . Contoh Dampak : Produk tidak laku → penumpukan di gudang → tambahan pekerjaan dan biaya .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Kompleksitas , Ketidakpastian , dan ekanan Lingkungan
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Kompleksitas Mengelola Kepentingan yang Beragam dan Saling Bertentangan Konflik Internal dalam Perusahaan Contoh Konflik : Pemasaran vs. Produksi : Pemasaran ingin puaskan pelanggan → perubahan order mendadak . Produksi ingin stabil → utilitas mesin dan perencanaan bahan baku optimal. Dampak : Perubahan jadwal tibat-tiba → kinerja produksi turun . Misalignment tujuan antar-departemen . Konflik Antar-Perusahaan dalam Rantai Pasok Supplier vs. Pembeli : Supplier inginkan : Pesanan jauh hari , tidak berubah , pengiriman cepat setelah produksi . Pembeli inginkan : Fleksibilitas ( ubah jumlah , spesifikasi , jadwal ), pengiriman just-in-time , termin pembayaran panjang . Benturan Kepentingan : Stabilitas vs. fleksibilitas . Pembayaran cepat vs. termin panjang .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Kompleksitas Dampak Konflik Kepentingan Bagi Supplier : Risiko produksi tidak efisien . Ketidakpastian permintaan . Bagi Pembeli : Gangguan pasokan jika supplier tidak kooperatif . Biaya persediaan tinggi jika tidak ada fleksibilitas . Solusi : Kolaborasi dan kontrak yang adil . Berbagi informasi dan risiko . Tantangan Global: Bahasa, Zona Waktu, dan Budaya Perbedaan Bahasa : Hambatan komunikasi dan misinterpretasi . Perbedaan Zona Waktu : Koordinasi menjadi lambat dan sulit . Perbedaan Budaya : Gaya negosiasi , keputusan , dan kerja berbeda . Contoh : Perusahaan Indonesia beli bahan baku dari Eropa → kompleksitas tinggi .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Kompleksitas Strategi Mengatasi Konflik dan Kompleksitas Kolaborasi Erat : Rapat rutin antar-departemen dan antar-perusahaan . Berbagi data dan perencanaan bersama . Teknologi Pendukung : Platform kolaborasi (e.g., SCM software, ERP). Tools untuk manajemen komunikasi global. Kontrak yang Fleksibel tapi Jelas : Termin pembayaran yang win-win. Mekanisme penyesuaian order yang agreed upon. Pentingnya Visibilitas dan Transparansi Manfaat : Semua pihak lihat informasi sama → kurangi konflik . Cepat identifikasi dan atasi masalah . Cara Meningkatkan : Gunakan IoT untuk lacak inventory dan produksi . Implementasi blockchain untuk transaksi transparan .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Ketidakpastian dalam Supply Chain Sumber Kesulitan Utama : Mengurangi kepercayaan diri terhadap rencana yang dibuat . Memicu pembuatan " pengaman " (safety stock, safety time, kapasitas berlebih ). Dampak pada Customer Service : Janji pengiriman sulit dipenuhi → service level menurun .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Ketidakpastian dalam Supply Chain Tiga Klasifikasi Ketidakpastian dalam Supply Chain 1. Ketidakpastian Permintaan (Demand Uncertainty) Contoh : Supermarket tidak bisa memprediksi pasti penjualan produk X. Penyebab : Perubahan selera konsumen , musiman , kompetisi . 2. Ketidakpastian Pasokan (Supply Uncertainty) Contoh : Keterlambatan pengiriman bahan baku , gangguan produksi . 3. Ketidakpastian Proses (Process Uncertainty) Contoh : Mesin breakdown, fluktuasi kualitas produksi .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Ketidakpastian dalam Supply Chain Contoh Nyata : Ketidakpastian Permintaan Supermarket/ Ritel : Ramalan permintaan hampir selalu tidak akurat . Dampak : Kelebihan stok ( biaya tinggi ) atau kekurangan stok ( kehilangan penjualan ). Strategi Mengatasi : Gunakan data real-time dan analitik prediktif . Kolaborasi dengan pemasok untuk respons cepat . Sumber Ketidakpastian Permintaan Tingkat Ritel (Supermarket) : Kesalahan administrasi persediaan . Syarat jumlah pengiriman minimum dari pabrik . Ketidakpastian permintaan pelanggan . Tingkat Distributor & Pabrik : Pesanan tidak pasti dari distributor. Variasi permintaan meningkat ke hulu → Bullwhip Effect .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Ketidakpastian dalam Supply Chain Bullwhip Effect Definisi : Peningkatan variasi permintaan dari hilir ( ritel ) ke hulu ( pabrik ). Penyebab : Order batching, demand forecasting, price fluctuations, rationing. Dampak : Persediaan berlebihan , inefisiensi , biaya tinggi . Ketidakpastian dari Supplier Bentuk Ketidakpastian : Lead time pengiriman tidak pasti . Harga bahan baku berfluktuasi . Kualitas dan kuantitas pengiriman tidak konsisten . Contoh : Keterlambatan pengiriman bahan baku akibat cuaca atau geopolitik .
Tantangan dalam Mengelola Supply Chain Ketidakpastian dalam Supply Chain Ketidakpastian Internal Sumber : Kerusakan mesin . Kinerja mesin tidak optimal. Ketidakhadiran tenaga kerja . Ketidakpastian waktu dan kualitas produksi . Dampak : Gangguan produksi , penundaan pengiriman . Dominasi Ketidakpastian Bervariasi berdasarkan industri : Ketidakpastian permintaan pelanggan dominan . Beberapa kasus : Ketidakpastian pasokan bahan baku lebih kritis ( contoh : chip semikonduktor ). Ketidakpastian menyebabkan persediaan pengaman (safety stock) di banyak titik
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Internet : Enabler kolaborasi , koordinasi , dan integrasi antar semua pihak dalam Supply Chain Memungkinkan berbagi informasi real-time antar pihak Dampak Internet pada SCM Kolaborasi dan Koordinasi : Berbagi informasi real-time ( penjualan , persediaan , kapasitas produksi ). Transaksi lebih cepat , murah , dan akurat . Contoh Aplikasi : E-Procurement untuk pengadaan . E- Fulfillment untuk pemenuhan pesanan .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Procurement (E-Procurement) Penggunaan platform elektronik (internet) untuk proses pengadaan . Perusahaan Pengguna : Volkswagen, General Motors, Unilever, P&G. Cakupan : Bahan baku , komponen , MRO (maintenance, repair, and operations). Klasifikasi E-Procurement (Eng, 2004) 1. Hubungan Jangka Pendek ( Transaksional ) : Fokus pada efisiensi biaya dan kecepatan . Contoh : E-Auction ( lelang elektronik ). 2. Hubungan Jangka Panjang (Kemitraan) : Fokus pada kolaborasi dan sustainability. Contoh : Integrasi sistem dengan supplier utama .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Procurement (E-Procurement) Electronic Auction (E-Auction) Proses : Pembeli mengundang supplier untuk lelang online. Supplier bersaing menawarkan harga terendah secara real-time. Manfaat : Transparansi harga . Pengurangan biaya pengadaan . Contoh : Lelong untuk suku cadang atau bahan baku standar .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Fulfillment (E- Fulfillment ) Otomatisasi proses pemenuhan pesanan pelanggan melalui teknologi digital. Cakupan Proses : Penerimaan order hingga pengiriman produk . Termasuk reverse logistics untuk retur produk . Enam Komponen Kunci E- Fulfillment 1. Penerimaan Order : Multi-channel: telepon , faks , email, web-based ordering. 2. Manajemen Transaksi : Proses pembayaran dan invoice digital. 3. Manajemen Gudang : Kontrol persediaan dan administrasi gudang . 4. Manajemen Transportasi : Pemilihan mode dan rute pengiriman . 5. Komunikasi Pelanggan : Update status pesanan dan dukungan teknis . 6. Reverse Logistics : Penanganan retur dan pengembalian produk .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Fulfillment (E- Fulfillment ) Contoh Penerapan E- Fulfillment Dell Computers & Amazon.com : Penerimaan pesanan langsung via web. Integrasi sistem dari order hingga pengiriman . Tesco (UK) : Program home delivery melalui pemesanan online. Capaian : 3.7 juta pengiriman (2001), nilai >300 juta poundsterling . Perusahaan E-Commerce Indonesia : Lazada, Bukalapak , Tokopedia, Mataharimall , Zalora, Bhinneka . Manfaat E- Fulfillment : Meningkatkan pelayanan pelanggan . Memperluas jangkauan pasar. Tantangan : Keamanan transaksi . Rute pengiriman dinamis . Waktu pengiriman singkat .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Fulfillment (E- Fulfillment ) Studi Kasus: Dell Computer - Speed to Market Filosofi Michael Dell : "Ubah fokus dari berapa banyak persediaan menjadi seberapa cepat alirannya ." Tantangan Industri Komputer : Harga material turun hingga 50% per tahun . Risiko product transition dan obsolescence tinggi . Pentingnya Kecepatan dalam Rantai Pasok Contoh : Kode Produksi Chip : Kode empat digit ( tahun dan minggu produksi ). Contoh : 99-23 = minggu ke-23 tahun 1999. Keunggulan Kompetitif : Jika persediaan Dell: 11 hari vs. kompetitor : 80 hari → Dell lebih cepat 69 hari memasarkan chip baru .
Peran Teknologi Informasi dalam Supply Chain Management Electronic Fulfillment (E- Fulfillment ) Studi Kasus: Dell Computer - Speed to Market Strategi Dell: Kolaborasi dengan Supplier Contoh : Sony (Monitor) : Dell tidak perlu incoming inspection untuk monitor Sony. Kepercayaan penuh pada kualitas dan keandalan supplier. Manfaat : Mengurangi persediaan dan biaya inspeksi . Mempercepat aliran material. Mekanisme Monitoring : Lacak pergerakan barang secara real-time. Gunakan kode produksi untuk kelola usia persediaan . Hasil : Mengurangi risiko inventori usang . Respons cepat terhadap inovasi produk .