Muhammad Reza Rizki Ilabi 102124012 Pembimbing : Dr. Acholder Sirait, SP.OG., M.Kes Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi RS HJ Bunda Halimah Batam Fakultas Kedokteran Universitas Batam 2025
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan (POGI.2016) Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu pada pembukaan < 4 cm pada usia kehamilan cukup waktu ataupun kurang waktu Ketuban Pecah Dini
PROM & PPROM Ketuban Pecah Dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) (POGI,2016) Ketuban pecah sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM) ( Manuaba , 2009)
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) Kelainan pada otot- otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah , sehingga sedikit membuka ditengah - tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar ( Manuaba , 2002) 2. Peninggian Tekanan Intauterin Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan A. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam , amniosintesis B. Gemeli C. Makrosomia D. Hidramnion ETIOLOGI
3. Kelainan Letak janin dalam rahim : sunsang dan lintang 4. CPD ( Cepalo Pelvic Disproporsi ) 5. Korioamnionitis Infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. 6. Penyakit Infeksi 7. Riwayat KPD sebelumnya
Tanda dan Gejala Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina , aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak.
DIAGNOSIS •merasa basah atau mengeluarkan banyak cairan berwarna putih jernih, keruh , hijau atau kecoklatan yang tiba-tiba dari jalan lahir •Tidak nyeri •Tidak ada kontraksi •Umur kehamilan >20 minggu Anamnesis •Pastikan adanya kehamilan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Dalam dengan Spekulum 1. Pooling : kumpulan cairan amnion pada fornix posterior. 2. Nitrazine test : Kertas Nitrazin merah akan jadi biru 3. Ferning : Cairan dari Fornix posterior di tempatkan pada objek glass dan di diamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun
Periksa dalam harus dihindari kecuali pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan Pemeriksaan fisik dalam dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru. Pemeriksaan leukosit darah , bila meningkat > 15000/mm³ kemungkinan ada infeksi. USG untuk menentukan indeks cairan amnion , usia kehamilan , letak janin , letak plasenta , gradasi plasenta serta jumlah air ketuban. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin - sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan paru janin.⁴ Pemeriksaan penunjang
Klien merasa basah pada vagina , atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba - tiba dari jalan lahir, terus menerus atau tidak . Cairan berbau khas , dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut , his belum teratur atau belum ada , dan belum ada pengeluaran lendir darah Anamnesis 用户可以在投影仪或者计算机上进行演示也可以将演示文稿打印出来制作成胶片以 文案输入 Pemeriksaan umum Pemeriksaan tanda - tanda vital pasien yaitu kesadaran , tekanan darah , nadi , suhu dan pernafasan . Apakah ada tanda Infeksi seperti suhu badan meningkat dan nadi cepat Pemeriksaan fisik PENEGAKAN DIAGNOSA
Pemeriksaan Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa tampak ada cairan yang keluar dari vagina , bila ketuban baru pecah dan jumlahnya masih banyak pemeriksaan ini akan lebih jelas. Pemeriksaan dengan spekulum Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE) kalau belum juga tampak keluar , fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk , mengejan atau melakukan manuver valsava atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks anterior / posterior.
Pemeriksaan Dalam Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan , pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam , jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan , dan bila akan dilakulan penanganan aktif (terminasi kehamilan ), akan dibatasi sedikit mungkin.
Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , konsentrasi , bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. 1 . Tes Lakmus (Nitrazin) menggunakan kertas lakmus , bila menjadi BIRU berarti itu air ketuban, bila kertas lakmus menjadi MERAH berarti itu urin 2 . Mikroskopik (tes paksis), dengan meneteskan air ketuban pada objek glass dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. Pemeriksaan Penunjang Pemerisaan Ultrasonografi Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavumuteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun, sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
PERBEDAAN URINE DAN AIR KETUBAN Air ketuban 1. Keluarnya bisa ditahan 2.Memiliki bau yang khas 3.Berwarna Kekuningan Urine 1 . Keluarnya secara terus menerus / tidak bisa ditahan 2 . Berbau anyir 3. Berwarna lebih jernih atau cenderung merah muda
PATOFISIOLOGI
KOMPLIKASI Pada Bayi IUFD Asfiksia Prematuritas Pada Ibu Partus lama Infeksi Atania uteri Perdarahan postpartum atau infeksi nifas
TATALAKSANA
小标题 小标题 小标题 小标题
PENATALAKSANAAN Umum a . Konfirmasikan umur kehamilan. jika ada dengan USG b . Lakukan inspekulo , untuk memastikan dan menilai cairan yang keluar (jml , bau , warna ) dan bedakan dengan urine c . Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan ( >22 minggu ) jangan lak. Px dalam secara digital d . Tentukan tanda - tanda inpartu e . Tentukan ada tidaknya infeksi
PENATALAKSANAAN Khusus a . Rawat di rumah sakit Jika ada perdaraham pervaginam dengan nyeri perut , mungkin solusio plasenta b . Jika ada tanda - tanda infeksi (demam , cairan vagina berbau ) berikan antibiotika c. Jika tidak ada tanda - tanda infeksi kehamilan < 37 minggu 1) Berikan ampicilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x 250 mg selama 7 hari 2) Berikan kortikosteroid pada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin, seperti betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam / dexamethason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam 3) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu 4) Jika ada his dan darah lendir , kemungkinan terjadi persalinan preterm hamilan > 37 minggu
PENATALAKSANAAN Pada kehamilan PRETERM berupa penangan konservatif , antara lain : 1 . Rawat dirumah sakit ditidurkan dalam posisi trendelenberg , tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu 2 . Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin ) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari 3 . Jika umur kehamilan < 32 - 34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar , atau sampai air ketuban tidak keluar lagi 4 . Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin , dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sediaan terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali 5 . Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu belum inpartu , tidak ada infeksi : beri dexamethasone , observasi tanda - tanda infeksi dan kesejahteraan janin . Terminasi pada kehamilan 37 minggu 6 . Jika usia kehamilan 32 - 27 minggu , sudah inpartu , tidak ada infeksi , berikan tokolitik ( salbutamol ) , dexamethason dan induksi sesudah 24 jam 7 . Jika usia kehamilan 32 - 37 , ada infeksi berikan antibiotik dan lakukan induksi 8 . Nilai tanda - tanda infeksi (suhu, leukosit , tanda - tanda infeksi intrauterin)
PENATALAKSANAAN Pada kehamilan ATERM berupa penanganan aktif , antara lain : 1 . Kehamilan > 37 minggu , induksi dengan oksitosin , bila gagal seksio sesaria . Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali 2 . Bila ada tanda - tanda infeksi , berikan antibiotika dosis tinggi , dan persalinan di akhiri A . Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria B . Jika skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam ( Manuaba , 2007)
KPD pada kehamilan > 36 minggu Manajemen akif segera dilahirkan Induksi bila serviks sudah matang Bila belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan sebelum dilakukan induksi, antibiotik
KPD pada kehamilan 32 - 36 minggu Risiko korioamnionitis meningkat cenderung untuk dilahirkan Induksi bila serviks sudah matang > kasus serviks belum matang Manajemen ekspektan/konservatif + antibiotik
Risiko Hyaline membrane disease (HMD) meningkat Ekspektan manajemen + antibiotik Pemberian kortikosteroid pematangan paru Awasi terhadap tanda2 korioamnionitis Pemberian tokolitik bila terdapat kontraksi sebelum pemberian kortikosteroid tidak terbukti dapat memperpanjang fase laten Monitoring janin: NST,WBC,CRP Terminasi bila terdapat persalinan progresif, fetal distress ( deselerasi variabel) Cara terminasi : keadaan serviks dan janin KPD pada kehamilan 26 - 32 minggu
KPD pada kehamilan < 26 minggu Hasil luaran perinatal sangat buruk Mortalitas perinatal : 60-90 % Morbiditas maternal : 50% 16 % bayi yang hidup hambatan pertumbuhan dan perkembangan Risiko deformitas muskuloskeletal dan hipoplasia pulmonal meningkat Tidak ada satu penatalaksanaan yang dapat meningkatkan hasil luaran kehamilan Tokolitik, glukokortikoid, phenobarbital, vitamin K, antibiotik, amnioinfusion hasil tidak memuaskan
PENATALAKSANAAN Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu: Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin Ampisilin 4 x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari. Berikan kotikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin: Betametason 12mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam, Atau deksmetason 6mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6 jam. (catatan: Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi) Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu: Jika ketuban telah pecah > 18jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi streptokokus grub B: Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, Atau penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6 jam sampai persalinan, ( Jika tidak ada infeksi paskapersalinan, hentikan antibiotika) Nilai serviks: Jika serviks sudah matang , lakukan induksi persalinan dengan oksitoksin, Jika serviks belum matang , matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin, atau lahirkan dengan seksio sesarea.
Tujuan: untuk membiarkan janin mencapai tahap maturitas sehingga dapat bertahan hidup di luar kandungan Prosedur : 1. Istirahat total/bedrest selama cairan ketuban masih mengalir keluar 2. Pemeriksaan suhu dan denyut nadi setiap 4 jam sekali 3. Hitung lekosit setiap hari 4. Pengukuran kadar estriol setiap hari 5. Pemeriksaan USG seminggu sekali 6. Jangan melakukan pemeriksaan vaginal 7. Pengambilan sekret vagina untuk kultur 2 minggu sekali 8. Pemberian antibiotika profilaksis 9. Jika ada infeksi, segera terminasi PENATALAKSANAAN KONSERVATIF
PROGNOSIS Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan
DAFTAR PUSTAKA Bagus , Ida : Kepaniteraan Klinik Obsetri dan Ginekologi: EGC, 2004. Sarwono : Ilmu Kebidanan: PT Bina Pustaka, 2009 Bullard I, Vermillion S, Soper D : Clinical intraamniotic infection and the outcome for very low birth weight neonates [abstarct] Am J Obstet Gynecol 187;573, 2002 Cunningham FG et al : Preterm Labor in " Williams Obstetrics " , 22 ed,McGraw-Hill, 2005 DeCherney AH. Nathan L : Late Pregnancy Complication in Current Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003