Menjelaskan tentang makalah togaf arsitektur

MuktiPradeva 10 views 13 slides Jan 17, 2025
Slide 1
Slide 1 of 13
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13

About This Presentation

Ppt


Slide Content

TOGAF (The Open Group Architecture Framework)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah :
Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi
Dosen Pengampu : Rizaldy Khoir, S.Kom., M.Kom

Disusun oleh :






PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI / G1
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2025
Rizky Teguh Priyadi 2309010281
Mukti Pradeva 2309010297
Selvi Nurvikasari 2309010294
Sayyidah Nafisah 2309010304
Febiola Ananda 2309010302
Rizky Fadillah Kahar 2309010290

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul TOGAF (The Open Group
Architecture Framework) tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Rizaldy Khoir, S.Kom., M.Kom
pada mata kuliah Arsitektur di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Penulis juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya Bapak Rizaldy Khoir, S.Kom., M.Kom selaku
dosen mata kuliah Arsitektur Sistem & Teknologi Informasi, semoga tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.



Medan, Januari 2025

Penyusun,
Kelompok 1

2

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 1
BAB 1 ...................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah ....................................................................................................................... 3
C. Tujuan Utama ............................................................................................................................. 4
BAB 2.................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 4
A. Definisi TOGAF ......................................................................................................................... 4
B. Komponen Utama TOGAF ......................................................................................................... 5
C. Kelebihan dan kekurangan TOGAF ........................................................................................... 9
BAB 3................................................................................................................................................ 10
PENUTUP ......................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 12

3

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi terjadi dengan sangat cepat, hal tersebut terbukti dengan
semakin meningkat nya peranan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan. Suatu
perusahaan tanpa adanya Teknologi Informasi (TI) tidak mungkin dapat berjalan dengan
efektif dan efisien, karena teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
perusahaan dalam membuat kebijakan bisnis yang akan mencapai profit maksimal. Oleh
karena itu, diperlukan suatu infrastruktur teknologi informasi yang ditata dengan baik.
Infrastruktur teknologi informasi merupakan salah satu investasi teknologi informasi yang
diperlukan oleh perusahaan dalam mengelola segala kebutuhan teknologi informasi. Namun,
seiring dengan meningkatnya kompleksitas sistem dan kebutuhan organisasi, muncul
tantangan dalam memastikan bahwa infrastruktur teknologi informasi dapat mendukung
strategi bisnis secara optimal. Hal ini mencakup tantangan dalam mengintegrasikan berbagai
komponen teknologi, memastikan keberlanjutan sistem, dan menghadapi risiko yang terkait
dengan keamanan serta ketidakpastian teknologi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan
yang sistematis dan terstruktur untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengelola
arsitektur sistem informasi yang selaras dengan tujuan organisasi.
TOGAF (The Open Group Architecture Framework) hadir sebagai salah satu
kerangka kerja yang komprehensif dan terstandarisasi untuk membantu organisasi mengatasi
tantangan tersebut. Sebagai kerangka kerja yang diakui secara global, TOGAF menyediakan
panduan dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengelola arsitektur teknologi
informasi dengan pendekatan yang efisien dan adaptif. TOGAF membantu organisasi dalam
menyelaraskan kebutuhan bisnis dengan solusi teknologi, mengoptimalkan penggunaan
sumber daya, serta meningkatkan kapabilitas organisasi dalam merespons perubahan.
B. Rumusan masalah :
1. Apa definisi dari TOGAF?
2. Apa yang menjadi komponen Utama pada TOGAF?
3. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari TOGAF?

4

C. Tujuan Utama :
1. Memahami Definisi TOGAF.
Mengidentifikasi dan menjelaskan definisi TOGAF (The Open Group Architecture
Framework) sebagai salah satu kerangka kerja arsitektur enterprise yang digunakan secara
luas untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengelola arsitektur sistem informasi
dalam organisasi.
2. Mengidentifikasi Komponen Utama TOGAF.
Menguraikan komponen utama yang terdapat dalam TOGAF, seperti Architecture
Development Method (ADM), Enterprise Continuum, Architecture Repository, dan Building
Blocks, serta peran masing-masing dalam mendukung pengelolaan arsitektur enterprise.
3. Mengevaluasi Kelebihan dan Kekurangan TOGAF.
Meninjau kelebihan TOGAF dalam membantu organisasi merancang dan mengelola
arsitektur enterprise yang terstandarisasi, fleksibel, dan skalabel, serta mengidentifikasi
keterbatasan atau kekurangan dalam penerapannya, seperti kompleksitas, kebutuhan
pelatihan khusus, dan keterbatasan adaptasi untuk organisasi kecil.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi TOGAF
TOGAF merupakan salah satu framework yang banyak digunakan yaitu 11%
berdasarkan hasil survei “Trends in Enterprise Architecture 2005” yang dilakukan oleh
Schekkerman yang dilakukan pada tahun 2005. TOGAF merupakan kerangka kerja arsitektur
enteprise yang dikembangkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada tahun
1995 yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur perusahaan. Pada mulanya TOGAF
digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, namun pada perkembangannya
banyak digunakan pada berbagai bidang seperti industri manufaktur, perbankan, pendidikan,
dan lain sebagainya. TOGAF digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise, dimana
terdapat metode dan alat yang detail untuk mengimplementasikannya. Salah satu kelebihan
dari kerangka kerja ini adalah sifatnya yang fleksibel dan open source.
TOGAF mendeskripsikan 4 subset arsitektur enterprise, yaitu :

5

• Business architecture, yaitu mendeskripsikan tentang bagaimana proses bisnis untuk
mencapai tujuan organisasi.
• Data architecture, adalah penggambaran bagaimana penyimpanan, pengelolaan, dan
pengaksesan data pada perusahaan.
• Application architecture, merupakan pendeskripsian bagaimana suatu aplikasi
dirancang dan bagaimana interaksi dengan aplikasi lain.
• Technology architecture, yaitu gambaran infrastruktur perangkat lunak dan perangkat
keras yang mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya dengan aplikasi yang
lain.
TOGAF adalah salah satu metode yang paling banyak diterima untuk
mengembangkan arsitektur perusahaan. Terbukti dari hasil survei tugaf menempati posisi ke-
2 dari EA framework yang ada. TOGAF memberikan metode yang terperinci tentang
bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan EA.
B. Komponen Utama TOGAF
• Architecture Development Method (ADM). ADM merupakan bagian utama dari
TOGAF yang menjelaskan bagaimana menentukan sebuah arsitektur enterprise
secara khusus sesuai dengan kebutuhan.
• Foundation Architecture (Enterprise Continuum). Foundation architecture
merupakan sebuah “framework-within-a-framework” yang menyajikan gambaran
hubungan bagi pengumpulan arsitektur yang relevan dan menyediakan bantuan
petunjuk pada waktu terjadi perpindahan abstraksi level yang berbeda. Di dalam
foundation architecture terdapat tiga bagian yaitu technical reference model, standard
information, dan building block information base.
• Resource Base. Pada bagian ini memberikan informasi berupa guidelines, templates,
checklist, latar belakang informasi dan detail material pendukung yang membantu
arsitek dalam penggunaan ADM.
TOGAF sebagai dasar arsitektur dalam mengembangkan teknologi informasi di suatu
organisasi. TOGAF terdiri atas 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle). Pada fase ke-
4 difokuskan pengembangan arsitektur teknologi. Fase-fase dalam metode TOGAF dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini :

6


TOGAF meliputi 9 tahapan dasar seperti pada gambar diatas yaitu :
1. Tahap persiapan (Preliminary Phase)
Kerangka dan prinsip. Tujuan dari tahap persiapan ini adalah menyakinkan setiap
orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini berkomitmen untuk kesuksesan proses
arsitektur. Sebelum memulai pekerjaan pengembangan arsitektur, terdapat pertanyaan
mendasar yang harus dijawab mengenai proyek pengembangan, seperti “who” adalah siapa
yang akan memodelkannya, siapa orang yang bertanggung jawab untuk mengerjakan
arsitektur tersebut, “what” adalah ruang lingkup dari usaha arsitektur, “why” adalah mengapa
arsitektur ini di bangun. Hal ini bertujuan dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana
arsitektur dapat memenuhi tujuan organisasi , “when” adalah kapan tanggal penyelesaian
arsitektur, “where” adalah dimana EA ini akan di bangun dan “how” adalah bagaimana
mengembangkan arsitektur enterprise, menentukan framework dan metoda yang akan di
gunakan untuk menangkap informasi.
Keluaran dati fase ini adalah :
• Definisi Framework

7

• Prinsip-prinsip arsitektur
• Pernyataan ulang prinsip bisnis, tujuan dan penggerak bisnis.
1. Phase A: Architecture Vision.
Mendefinisikan scope, vision dan memetakan strategi keseluruhan. Visi arsitektur
merupakan kesempatan kunci untuk menjual keuntungan dari pengembangan yang
disarankan kepada pembuatan keputusan enterprise sehingga memungkinkan tujuan bisnis
tanggap kepada penggerak strategis, sesuai dengan prinsip dan mencapai maksud dan tujuan
stakeholder, klasifikasi tujuan tersebut dan menunjukkan bagaimana tujuan dapat di capai
oleh pengembangan arsitektur yang disarankan.
2. Phase B: Business Architecture.
Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini dan sasaran dan menentukan celah (gap) di
antara mereka. Pada fase ini diperiksa aspek bisnis dari proyek. Fase ini melibatkan
pemodelan secara ekstensif dari arsitektur saat ini serta yang diinginkan menggunakan alat
bantu seperti model proses bisnis dan model use case. Juga dilakukan analisis gap untuk
menentukan apa yang perlu dilakukan supaya sistem yang diterapkan saat ini selaras dengan
arsitektur yang di harapkan. 24 HP 4. Phase C: Information System Architecture.
Mengembangkan arsitektur sasaran untuk data dan aplikasi. Pada fase ini berfokus pada
arsitek data dan arsitek aplikasi. Pada arsitek data, harus ditentukan tipe dan unsur data utama
yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Pemodelan data dapat menggunakan teknik
pemodelan data tradisional seperti pemodelan data konseptual dan logis. Pada arsitektur
aplikasi, harus di tentukan jenis aplikasi yang penting untuk memproses data dan mendukung
bisnis. Kemudian dibuat matriks dari aplikasi saat ini dan arsitektur tujuan, melakukan gap
analisis dan melakukan korelasi fungsi bisnis dengan aplikasi tujuan.
3. Phase C: Information System Architecture.
Mengembangkan arsitektur sasaran untuk data dan aplikasi. Pada fase ini berfokus
pada arsitek data dan arsitek aplikasi. Pada arsitek data, harus ditentukan tipe dan unsur data
utama yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Pemodelan data dapat menggunakan teknik
pemodelan data tradisional seperti pemodelan data konseptual dan logis. Pada arsitektur
aplikasi, harus di tentukan jenis aplikasi yang penting untuk memproses data dan mendukung

8

bisnis. Kemudian dibuat matriks dari aplikasi saat ini dan arsitektur tujuan, melakukan gap
analisis dan melakukan korelasi fungsi bisnis dengan aplikasi tujuan.
5. Phase D: Technology Architecture.
Menciptakan sasaran keseluruhan arsitektur yang akan diterapkan pada tahapan
kedepan . Pada fase ini dikembangkan arsitektur teknologi untuk mengimplementasikan
arsitektur bisnis dan informasi yang telah dibangun di fase B dan fase C. Uraikan dasar dari
arsitektur teknis saat ini dengan memecah fungsionalitas menjadi blok arsitektural yang dapat
di pakai ulang serta menentukan bagian-bagian yang membangun arsitekturalnya.
Selanjutnya, modelkan blok-blok untuk arsitektural usulannya, spesifikasikan apa yang harus
dilakukan masing-masing blok dan seterusnya. Juga lakukan analisis gap untuk memastikan
semuanya telah tercakup di dalamnya.
6. Phase E: Opportunities and Solutions.
Mengembangkan strategi keseluruhan, menentukan apa yang akan dibeli,
membangun atau penggunaan ulang, dan bagaimana menerapkan arsitektur yang
dideskripsikan di phase D. Pada fase ini dilakukan evaluasi terhadap fase D untuk
menentukan apa yang dapat dipakai ulang, apa yang harus di ganti, serta apa yang harus
disediakan. Fase ini juga menentukan apakah sistem saat ini harus di ganti semuanya secara
bersamaan atau tidak, serta memberikan pilihan sehingga sistem baru maupun lama dapat
berjalan bersamaan.
7. Phase F: Migration Planning.
Mendahulukan proyek dan mengembangkan migrasi yang terencana. Pada tahap ini
harus diketahui sedang berada di 25 HP mana dan apa yang ingin dicapai. Pada fase F ini di
tentukan bagaimana untuk mencapainya. Fase E telah menyedikan semua informasi yang
dibutuhkan mengenai arsitektur yang akan di bangun, tetapi sangat jarang bagi organisasi
untuk mengimplementasikan keseluruhan sistem secara bersamaan. Maka pada fase inilah
ditentukan urutan-urutan dari pengimplementasian sistem baru.
8. Phase G: Implementation Governance.
Menentukan persiapan untuk implementasi. Pada fase ini yang harus di perhatikan
adalah proses-proses yang memastikan bahwa semua pekerjaan pengembangan telah
memenuhi arsitektur yang di harapkan. Langkah ini melibatkan pembuatan

9

kontrak/perjanjian arsitektur serta membutuhkan persetujuan dari semua yang bekerja di
proses pengembangan. Pada akhir fase ini, arsitektur di harapkan seharusnya sudah siap
dijalankan.
9. Phase H: Architecture Change Management.
Memonitor sistem yang sedang berjalan untuk kepentingan perubahan dan
menentukan apakah untuk mengawali satu siklus baru perlu pengulangan kembali ke tahap
persiapan. Ini didasarkan pada kebutuhan akan perubahan tidak dapat di hindari. Fase ini
dijalani setelah tata kelola implementasi, atau setelah sistem telah selesai.
C. Kelebihan dan kekurangan TOGAF
1. Kelebihan TOGAF
• Fleksibilitas
TOGAF dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang berbeda,
memungkinkan penerapan yang lebih relevan.
• Open-source
Sebagai framework yang terbuka, TOGAF dapat diakses dan dimodifikasi
oleh siapa saja, meningkatkan kolaborasi dan inovasi.
• Pendekatan Terstruktur
TOGAF menggunakan Architecture Development Method (ADM) yang
memberikan panduan langkah demi langkah dalam pengembangan arsitektur.
• Dukungan untuk Transformasi
TOGAF membantu organisasi dalam melakukan transformasi yang terkontrol
dari operasi dan arsitektur perusahaan.
• Kredibilitas
Banyak organisasi besar, termasuk 60% Fortune 500, telah mengadopsi
TOGAF, menunjukkan kepercayaan industri terhadap framework ini.
2. Kekurangan TOGAF
• Kompleksitas
Tingkat kompleksitas yang tinggi membuat TOGAF sulit dipahami dan
diterapkan tanpa pelatihan yang memadai.
• Kebutuhan Pelatihan Ekstensif

10

Pengguna perlu menjalani pelatihan yang cukup untuk dapat menggunakan
TOGAF secara efektif.
• Panduan Terbatas untuk Arsitek Solusi
Panduan yang diberikan kepada arsitek solusi sering kali dianggap tidak
memadai.
• Tidak Menggantikan Keterampilan Arsitek
TOGAF hanya merupakan framework dan tidak dapat menggantikan
keterampilan dan pengalaman arsitek yang berpengalaman.
• Kurangnya Artefak Siap Pakai
TOGAF tidak menyediakan artefak yang dapat digunakan ulang, yang dapat
memperlambat proses pengembangan.
• Tidak Ada Template Standar
TOGAF tidak menyediakan template standar untuk semua domain, seperti
blok diagram, yang dapat menyulitkan pengguna dalam membuat dokumentasi.

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
TOGAF (The Open Group Architecture Framework) adalah kerangka kerja yang
dirancang untuk membantu organisasi dalam merancang, mengimplementasikan, dan
mengelola arsitektur enterprise secara sistematis dan terstruktur. Kerangka kerja ini terdiri
dari komponen utama seperti Architecture Development Method (ADM), Enterprise
Continuum, dan Architecture Repository yang bekerja secara sinergis untuk mendukung
kebutuhan organisasi dalam menghadapi tantangan bisnis dan teknologi.
Kelebihan TOGAF terletak pada fleksibilitas, skalabilitas, dan sifatnya yang
terstandarisasi, sehingga dapat diadaptasi oleh berbagai jenis organisasi. Namun, TOGAF
juga memiliki beberapa kekurangan, seperti kompleksitasnya yang memerlukan pelatihan
khusus dan adaptasi yang lebih sulit untuk organisasi kecil. Dengan memahami prinsip dan
komponen TOGAF, organisasi dapat lebih efektif dalam mengelola transformasi digital dan
menyelaraskan tujuan bisnis dengan solusi teknologi.

11

B. Saran
Dalam penerapan TOGAF, organisasi disarankan untuk :
• Menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pelatihan dan pengembangan
keahlian arsitektur enterprise.
• Menyesuaikan metode TOGAF dengan kebutuhan dan kondisi spesifik organisasi
untuk memastikan implementasi yang efisien.
• Melakukan evaluasi secara berkala terhadap penerapan arsitektur enterprise guna
memastikan relevansi dan keberlanjutannya dalam mendukung tujuan strategis
organisasi.
Dengan pendekatan yang tepat, TOGAF dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat
dalam meningkatkan efektivitas manajemen arsitektur enterprise dan mendukung
keberhasilan organisasi dalam era digital yang terus berkembang.

12

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2019). Implementasi TOGAF dalam perancangan arsitektur enterprise untuk
perusahaan jasa. Jurnal Sistem Informasi Indonesia, 5(2), 45-55.
Gunawan, A., & Putri, R. (2020). Penggunaan framework TOGAF dalam pengembangan
arsitektur sistem informasi di perguruan tinggi. Jurnal Teknologi Informasi dan
Komunikasi, 9(1), 12-20.
Kurniawan, B. (2018). Analisis dan desain arsitektur enterprise menggunakan TOGAF: Studi
kasus sektor kesehatan. Jurnal Informatika dan Rekayasa Perangkat Lunak, 4(3), 34-
43.
Suryadi, T., & Nugroho, E. (2021). Pendekatan TOGAF ADM untuk transformasi digital
organisasi pemerintah daerah. Jurnal Manajemen Sistem Informasi, 7(1), 22-30.
Wibowo, A. S., & Santoso, R. (2019). Penerapan TOGAF dalam pengelolaan teknologi
informasi untuk peningkatan layanan bisnis. Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem
Informasi, 8(2), 58-67.
Tags