Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara.pptx

ssuserf380bc 4 views 47 slides Sep 12, 2025
Slide 1
Slide 1 of 47
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47

About This Presentation

Pancasila


Slide Content

Elemen: Pancasila (Fase E) Tujuan Pembelajaran: P.1.1 : M enganalisis cara pandang para pendiri negara tentang dasar n egara P.1.2 : M enganalisis kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup , dan ideologi negara P.1.3 :Merumuskan gagasan solutif untuk mengatasi perilaku yang bertentangan dengan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari N.1.4: Menguraikan nilai-nilai Pancasila yang harus diwujudkan dalam pembangunan nasional

SEJARAH PANCASILA Soekarno : “jangan sekali -kali meninggalkan sejarah ” Filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan “ Historia Vitae Magistra ”, yang bermakna , “ sejarah memberikan kearifan ”. Cendekiawan-politisi Amerika Serikat John Gardner, “ No nation can achieve greatness unless it believes in something, and unless that something has moral dimensions to sustain a great civilization” ( tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran kecuali jika bangsa itu mempercayai sesuatu , dan sesuatu yang dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar ) ( Madjid dalam Latif , 2011: 42)

ISTILAH PANCASILA P ada masa K erajaan Majapahit istilah Pancasila dikenali , terdapat dalam buku “ Nagarakertagama ” karangan Mpu Prapanca dan buku “ Sutasoma ” karangan M pu Tantular . Dalam buku tersebut istilah Pancasila di samping mempunyai arti “ berbatu sendi yang lima” ( dalam bahasa Sansekerta ), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” ( Pancasila Krama ), yaitu : 1. Tidak boleh melakukan kekerasan 2. Tidak boleh mencuri 3. Tidak boleh berjiwa dengki 4. Tidak boleh berbohong 5. Tidak boleh mabuk minuman keras

SIDANG BPUPK I (29 Mei – 1 Juni 1945) Komposisi anggota aktif BPUPKI berasal dari berbagai kalangan, ada dari golongan nasionalis, agamis, peranakan Arab, peranakan Tionghoa, peranakan Indo, ningrat Jawa, jurnalis, dan lain sebagainya. Selain anggota aktif, ada pula anggota pasif. Total anggota BPUPK adalah 76 orang ( A.B. Kusuma dalam bukunya berjudul Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945). Keanggotaan BPUPK secara keseluruhan berjumlah 76 orang. Mereka terdiri atas 1 orang ketua ( kaico ), yakni dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat ; 2 orang wakil ketua ( fuku kaico ), yakni R.P. Soeroso dan Itjibangase Yosio ( Jepang ); 60 orang anggota ( iin ); 6 anggota tambahan ( baru menjadi anggota pada masa sidang kedua , 10 – 17 Juli 1945); dan 7 orang anggota istimewa ( tokubetsu iin ) yang berasal dari Jepang

Sekurang-kurangnya terdapat tiga pokok bahasan dalam sidang BPUPK berkenaan dengan dasar negara, yaitu: Apakah Indonesia akan dijadikan sebagai negara kesatuan atau negara federal ( bondstaat ) atau negara perserikatan ( statenbond ) M asalah hubungan agama dan negara, dan A pakah negara akan menjadi republik atau kerajaan. Mr. M oh Yamin berpidato pada 29 Mei 1945 (versi Buku Naskah Persiapan UUD 1945 (1959) yang ditulis Moh Yamin) berisi : Peri Kebangsaan , Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat Akan tetapi, notulen sidang tanggal 29 Mei 1945 dari Koleksi AG Pringgodigdo memiliki versi yang berbeda. Naskah ini memuat pidato Mohammad Yamin sebagai berikut:

Prof. Dr. Soepomo ( 30 Mei 1945) : Mengemukakan teori-teori Negara, yaitu: 1) Teori negara perseorangan (individualis), 2) Paham negara kelas dan 3) Paham negara integralistik Soekarno (1 Juni 1945) : Nasionalisme ( kebangsaan Indonesia) , Internasionalisme (peri kemanusiaan), Mufakat (demokrasi), Kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang b erkebudayaan Alternatifnya menurut Sukarno adalah Tri Sila bahkan dapat dikerucutkan men jadi Eka Sila . Tri Sila meliputi: socio-nationalisme, socio democratie dan ke-Tuhanan . Sedangkan Eka Sila adalah “ Gotong -r oyong ”

PANCASILA PRA KEMERDEKAAN Dr. Ir . Soekarno (1 Juni 1945) “ Maaf , beribu maaf ! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka . Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah , dalam bahasa Belanda : “ Philosofische grond -slag” daripada Indonesia Merdeka . Philosofische grond -slag itulah pundamen , filsafat , pikiran yang sedalam - dalamnya , jiwa , hasrat , yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal dan abadi ” ( Bahar , 1995: 63)

Cuplikan pidato Ir. Sukarno 1 Juni 1945, mengenai Pancasila sebagai Philosofische Grondslag atau Dasar Negara Indonesia ( Sukarno, Lahirnya Pancasila, 1947 )

Wawancara Bung Hatta dll dalam Buku URAIAN PANCASILA-PANITIA LIMA ( Moh Hatta, dkk ) mengenai Moh Yamin

Kata Pengantar dr Radjiman Widyodiningrat dalam Buku LAHIRNYA PANCASILA karya Sukarno (1947)

PIAGAM JAKARTA Untuk menampung usulan-usulan yang bersifat perorangan , dibentuklah Panitia 9 yang diketuai oleh Soekarno . Panitia 9 berhasil merumuskan Rancangan Mukadimah (Pembukaan) Hukum Dasar yang dinamakan ‘ Piagam Jakarta’ atau Jakarta Charter oleh Muhammad Yamin pada 22 Juni 1945 : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

PIAGAM JAKARTA Piagam Jakarta (22 Juni 1945) yang berisi “ tujuh kata ”: “… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ” diganti menjadi “ Ketuhanan Yang Maha Esa ” Pen ghapusan tujuh kata itu dilakukan dengan cepat dan legowo setelah Bung Hatta melakukan lobi terhadap tokoh-tokoh Islam demi kepentingan nasional . Tokoh yang didekati adalah : Ki Bagus Hadikusumo , Kasman Singodimedjo, KH Wahid Hasyim, dan Teuku Moh . Hasan . Jadi tokoh-tokoh Islam melakukan kompromi (konsensus) dalam menetapkan sila-sila Pancasila. Pertanyaannya: Mengapa para tokoh Islam menghapus 7 kata dalam Piagam Jakarta?

Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2020) 1 2 3 4 DASAR NEGARA ( Staats fundamental norm ) IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA PANDANGAN HIDUP BANGSA FILSAFAT BANGSA DAN NEGARA 6 JATI DIRI BANGSA INDONESIA 7 BUDAYA BANGSA 8 ASAS PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA 5 IDENTITAS NASIONAL

KEDUDUKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

KEDUDUKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

KEDUDUKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

KEDUDUKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

KEDUDUKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pancasila sebagai Dasar Negara ( staats fundamental norm ) Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara: PANCASILA ITU MERUPAKAN LANDASAN BAGI PENYELENGGARA NEGARA DAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG MEMILIKI KEDUDUKAN TERTINGGI DAN SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM DALAM KETATANEGARAAN DI INDONESIA, KONSEK U ENSINYA SEGALA PERATURAN YANG ADA HARUS BERDASAR DAN BERSUMBERKAN PANCASILA Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Memuat Dasar Negara Pancasila yang Berbunyi: “MAKA DISUSUNLAH KEMERDEKAAN KEBANGSAAN INDONESIA ITU DALAM SUATU UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA INDONESIA,YANG TERBENTUK DALAM SUATU SUSUNAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA YANG BERKEDAULATAN RAKYAT DENGAN BERDASAR KEPADA KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB,PERSATUAN INDONESIA DAN KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJIKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN,SERTA DENGAN MEWUJUDKAN SUATU KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH INDONESIA”

PANCASILA SBG DASAR NEGARA P ancasila s ebagai sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur NKRI beserta seluruh unsur-unsurnya 2. P ancasila sebagai landasan penyelenggaraan negara dan kehidupan n egara Mempunyai kekuatan mengikat secara hukum Terkait dengan struktur kekuasaan secara formal Meliputi suasana kebatinan / cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara Implikasi >> PANCASILA SBG IDEOLOGI NEGARA Etimologi : eidos dan logos = ilmu tentang cita-cita atau gagasan dasar Terminologis : Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan Mewujudkan satu asas kerohanian pandangan dunia , pandangan hidup yang harus dipelihara , dikembangkan , diamalkan , dilestarikan kepada generasi penerus bangsa , diperjuangkan , dan d ipertahankan dengan Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa , tumbuh dan berkembang dalam pandangan hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. Dasar yuridis formal ideologi Pancasila tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ".. dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa ..." yang memiliki makna dasar filsafat negara sekaligus asas kerohanian negara . Kaitannya dengan negara : Konsesus tentang nilai2 dasar masyarakat yang bernegara . Kesatuan gagasan da s ar sistematis dan komprehensif tentang manusia , kehidupannya , termasuk hidup bernegara

Pengertian ideologi secara umum adalah : Bidang politik , termasuk bidang hukum , pertahanan , dan keamanan Bidang sosial Bidang ekonomi Bidang kebudayaan Bidang keagamaan Bidang lingkungan hidup Bidang kependudukan, dll S uatu kumpulan gagasan , ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan , seperti :

Kekuatan Ideologi Alfian (1991: 192) mengemukakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada pada ideologi tersebut : Dimensi Idealisme , yaitu bahwa nilai‑nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidup bersama sehari‑hari Dimensi realita , yaitu bahwa nilai‑nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil hidup di dalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya ( menjadi volkgeist / jiwa bangsa ) Dimensi fleksibilitas / dimensi pengembangan , yaitu ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran‑pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jati diri yang terandung dalam nilai‑nilai dasarnya . M enurut Alfian , Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini . Dengan demikian , untuk dapat menjalankan fungsinya suatu ideologi harus senantiasa hidup , fleksibel , dan tahan uji dari masa ke masa .

Fungsi Pancasila Sebagai i deologi n egara Berfungsi memberikan kepada masyarakat Indonesia agar bisa mengembangkan sekaligus memelihara identitas bangsa Indonesia Memberikan pengawasan terhadap setiap perilaku masyarakat serta bersikap kritis terhadap berbagai macam usaha agar cita-cita bangsa yang ada di dalam Pancasila dapat terwujud Mengarahkan seluruh bangsa Indonesia supaya bisa mencapai tujuannya terutama yang berkaitan dengan cita-cita bangsa dan negara Indonesia Memelihara, memperkuat, serta menyatukan semua bangsa Indonesia agar menjadi satu kesatuan, sehingga persatuan bangsa Indonesia tetap terus terjaga dan mengurangi terjadinya konflik antar anggota masyarakat Berfungsi untuk dijadikan sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, sehingga kehidupan bermasyarakat dapat dijalani denga harmonis

Makna Pancasila Sebagai I deologi N egara Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan bernegara. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang berupa kesepakatan bersama, dan menjadi sarana pemersatu bangsa.

Sukarno: Weltanschauung sama dengan Ideologi Hitler mendirikan Jermania di atas “ national- sozialistische Weltanschauung ” Lenin mendirikan negara Soviet di atas “ Marxistische , Historisch Materialische Weltanschauung ” Nippon mendirikan negara Jepang di atas “ Tenno Koodo Seisin ” Ibnu Saud mendirikan negara Arab Saudi di atas satu Weltanschauung , bahkan di atas agama, yaitu Islam Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok di atas Weltanschauung San Min Chu I, yaitu Minstu ( Nasionalisme ), Minchuan ( Demokrasi ) dan Minshen ( Sosialisme )

Sukarno: Pancasila, Liberalisme dan Komunisme “Ahli filsafat Inggris Bertrand Russell yang ulung itulah yang pernah berkata bahwa umat manusia sekarang terbagi dalam dua golongan . Yang satu menganut ajaran Declaration of American Independence dari Thomas Jefferson. Golongan lainnya mengabut ajaran Manifesto Komunis . Maafkan , Lord Russell, akan tetapi saya kira Tuan melupakan sesuatu . Saya kira Tuan melupakan adanya lebih daripada seribu juta rakyat , rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis atau Declaration of Independence. Camkanlah , kami mengagumi kedua ajaran itu , dan kami telah banyak belajar dari keduanya itu dan kami telah diilhami oleh keduanya itu .” Sukarno, Membangun Dunia Kembali , pidato di Majelis PBB pada 30 September 1960, dalam Sukarno, Pancasila dan Perdamaian Dunia , Jakarta: Inti Idayu Press, 1985, hlm . 63

“ Meskipun kami telah mengambil sarinya , dan meskipun kami telah mencoba mensintesakan kedua dokumen yang penting itu , kami tidak dipimpin oleh keduanya itu saja . Kami tidak mengikuti liberalisme ataupun konsepsi komunis . Apa gunanya ? Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih sesuai , sesuatu yang lebih cocok … Sesuatu itu kami namakan Pancasila. Ya , Pancasila atau Lima Sendi negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Memang gagasan-gagasan dan cita-cita itu , mungkin sudah ada sejak beradab-abad , telah terkandung dalam bangsa kami.” Sukarno, Membangun Dunia Kembali , pidato di Majelis PBB pada 30 September 1960, dalam Sukarno, Pancasila dan Perdamaian Dunia , Jakarta: Inti Idayu Press, 1985, hlm . 63 Sukarno: Pancasila, Liberalisme dan Komunisme (2)

Sukarno: Pancasila Bukan Hanya Ideologi , Tetapi juga Nilai “ Dalam delegasi ini , ada prajurit . Mereka menerima Pancasila, ada seorang ulama Islam yang besar , yang merupakan soko guru bagi agamanya . Ia menerima Pancasila. Selanjutnya ada pemimpin Partai Komunis Indonesia yang kuat . Ia menerima Pancasila. Seterusnya , ada wakil-wakil golongan Katolik dan Protestan , dari Partai Nasionalis dan organisasi buruh dan tani , ada pula wanita-wanita , kaum cendekiawan dan pejabat pemerintahan . Semuanya , ya semuanya menerima Pancasila. Mereka bukannya menerima Pancasila semata-mata sebagai konsepsi ideologi belaka , melainkan sebagai suatu pedoman yang praktis sekali untuk bertindak . Mereka di antara bangsa saya yang berusaha menjadi pemimpin , tetapi menolak Pancasila, ditolak pula oleh bangsa Indonesia.” Sukarno, Membangun Dunia Kembali , pidato di Majelis PBB pada 30 September 1960, dalam Sukarno, Pancasila dan Perdamaian Dunia , Jakarta: Inti Idayu Press, 1985, hlm . 69

Panitia Lima: Pancasila adalah Ideologi Negara “Karena Pancasila adalah Lima Asas yang merupakan ideologi negara , maka kelima sila itu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain . Hubungan antara lima asas itu erat sekali , saling terkait , berangkaian tidak berdiri sendiri .” Panitia Lima, Uraian Pancasila , (Jakarta: Penerbit Mutiara), 1977, hlm . 14

Pancasila Ideologi Negara: UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Yudi Latif, Revolusi Pancasila, Kembali ke Rel Perjuangan Bangsa , (Bandung: Mizan ), 2015, hlm . 40

Wawasan Ideologi Pancasila Dimensi Keyakinan Dimensi Pengetahuan Dimensi Tindakan Tindakan Personal Kewargaan Tindakan Kelembagaan Politik Tindakan Kelembagaan Ekonomi
Tags