Parade Kasus FTW semoga bermanfaat ya.pptx

RioDharmawan2 9 views 14 slides Sep 10, 2025
Slide 1
Slide 1 of 14
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14

About This Presentation

Keeja dokter perusahaa


Slide Content

PARADE KASUS FIT TO WORK dr. Ahmad Soim Munawar, MPPO

Status Derajat Kesehatan & Kelaikan Kerja * STATUS DERAJAT KESEHATAN: P1 : Tidak ditemukan kelainan medis P2 : Ditemukan kelainan medis yang tidak serius P3 : Ditemukan kelainan medis, risiko kesehatan rendah P4 : Ditemukan kelainan medis bermakna yang dapat menjadi serius , risiko kesehatan sedang P5 : Ditemukan kelainan medis yang serius, risiko kesehatan tinggi P6 : Ditemukan kelainan medis yang menyebabkan keterbatasan fisik maupun psikis untuk melakukan pekerjaan sesuai jabatan / posisinya P7 : Tidak dapat bekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai jabatan / posisinya dan/ atau posisi apapun , dalam perawatan di rumah sakit , atau dalam status izin sakit KELAIKAN KERJA Laik bekerja sesuai posisi dan lokasi saat ini Laik bekerja sesuai posisi dan lokasi saat ini , dengan catatan Laik bekerja dengan penyesuaian dan/ atau pembatasan pekerjaan Tidak Laik bekerja untuk sementara Tidak Laik untuk bekerja * Reff . TKO Pemkes Pekerja & Pasangan No. B4.4-01/S00100/2023-S9

Penentuan Status Derajat Kesehatan* * Reff . TKO Pemkes Pekerja & Pasangan No. B4.4-01/S00100/2023-S9 Penilaian Umum ( Tabel 1) Diagnosis Penyakit ( Tabel 2) • Keluhan pekerja • Temuan kelainan medis • Risiko insiden Kardiovaskular (SKJ) • Kepatuhan terhadap pengobatan ( terapi ) • Kondisi emergensi medis yang mungkin terjadi • Risiko terjadinya insiden dan adanya pembatasan dalam bekerja Penetapan status Kesehatan berdasarkan diagnosis penyakit yang sering ditemui pada pekerja . Kondisi medis yang disebutkan merupakan contoh penyakit yang sering dapat membuat pekerja dinyatakan Unfit. Kriteria tersebut berfungsi sebagai panduan / guidance dan tidak dapat menggantikan pengalaman medis ataupun professional judgement dari dokter pemeriksa . Apabila ditemukan lebih dari satu temuan diagnosis penyakit maka penetapan status kesehatan pekerja tersebut sebaiknya menggunakan status Kesehatan untuk penyakit yang paling berat konsekuensi atau memberikan peluang paling tinggi terjadinya illness fatality di tempat kerja . Apabila terdapat kondisi lain yang tidak terdapat dalam diagnosis Penyakit , maka dapat menggunakan kriteria Penilaian Umum .

Faktor Resiko : DM HT Dislipidemia Autoimun Obesitas Algoritma Penentuan Status Derajat Kesehatan * Terdiagnosis penyakit lifethreatening? Ada Tidak PJK, Stroke, GGK, Cancer, Asthma berat, dsb Belum dilakukan treatment Treatment / Outcome belum optimal Treatment & Outcome optimal Ada Faktor Risiko Penyakit Tidak Ada Faktor Risiko Penyakit Belum Terkontrol terkontrol P7 P6 P5/P4 P5 P4 P3/P2/P1 *Proposed based on experiences

Kriteria faktor Risiko Penyakit Algoritma Penentuan Status Derajat Kesehatan Diabetes Melitus Belum Tekontrol Tekontrol Hipertensi Dyslipidemia Autoimun Obesitas HbA1C >7 HbA1C <7 Systole >139, Diastole >89 S ystole <=139, =<89 Cholesterol total >240 atau LDL >160 atau TG> 200 by health risk sesuai dengan guidelines atau dokter spesialis yang merawat by professional judgment oleh dokter yang merawat by professional judgment oleh dokter yang merawat BMI <28 = P3 28-32= P4, >32=P5

Referensi Glycemic Control for Type 2 Diabetes Mellitus Patients: A Systematic Review ( https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9304683/ ) Definition of hypertension and pressure goals during treatment (ESC-ESH Guidelines 2018) ( https://www.escardio.org/Journals/E-Journal-of-Cardiology-Practice/Volume-17/definition-of-hypertension-and-pressure-goals-during-treatment-esc-esh-guideline ) Obesity: Risk factors, complications, and strategies for sustainable long‐term weight management ( https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6088226/ ) Panduan tatalaksana dislipidemia ( https://www.inaheart.org/storage/guideline/7f75cffa237e402536f3d425012d985d.pdf )

KASUS 1 Temuan MCU : treadmill test Permasalahan : Jika terdapat case hasil treadmil test sugestif / positif iskemik respon dan tidak ada keluhan , pengalaman yang ada saat ini ketika personil tersebut melakukan tindak lanjut ke dr. Sp.JP dengan BPJS sering kali dinyatakan *FIT TO WORK* dan tidak mendapatkan tindak lanjut pemeriksaan treadmil test ulang atau MSCT . Mohon arahannya sebaiknya apa yang dapat kami lakukan untuk penilaian status Fit t o work? Jika hasil treadmil test didapatkan negatif iskemik respon , terdapat VES . Setelah dilakukan tindak lanjut ke dr. SP.JP dinyatakan fit to work dan tidak ada pengobatan khusus . Mohon arahan apakah kondisi ini dapat diizinkan bekerja di resiko sedang – tinggi ? Terdapat case personil yang setiap tahun dari pemeriksaan treadmil test didapatkan positif iskemik respon namun setelah dilakukan pemeriksaan MSCT hasilnya tidak ada sumbatan dan total calsium 0. Arahan dokter dr. SP.JP ketika melakukan tindak lanjut agar MSCT tidak dilakukan setiap tahun . Mohon arahan dalam case ini apa yang seharusnya dr. Perusahaan lakukan ? Jika terdapat case hasil MSCT didapatkan total calsium 4 (mild calcification) dan hanya mendapatkan obat rutin anti platelet ( personil tidak ada keluhan ) . Mohon arahan apakah kondisi tersebut dapat diizinkan bekerja di resiko sedang-tinggi ?

KASUS 2 Temuan MCU : Buta warna pada job security dan driver P enyakit jantung dan CDC yg tdk terkontrol pada personel pekerja resiko tinggi Obesitas 2 (BMI >33) pada pekerja dan TKJP di area kerja resiko tinggi Obesitas 2 dan CDC tdk terkontrol pada tim management Permasalahan : kami kesulitan dalam menentukan status kesehatan secara objektif. Apakah mungkin dibuatkan acuan/juknis penentuan derajat kesehatan seperti dulu? Yg sudah tertera item2 pemeriksaan / kisaran angka maksimal dalam pemeriksaan tertentu yg masuk kategori Fit 1, Fit 2 dan UNFIT. Menurut kami ini akan lebih mudah untuk menentukan status kesehatan seseorang lebih objektif. Karena terkadang kami sering di bedakan antar dokter field 1 dan lainnya karena perbedaaan hasil penentuan status kesehatan dengan kondisi yg dianggap tdk beda jauh. kami sulit mengimplementasikan peraturan FTW di lapangan karena tdk mudah memberikan rekomendasi yg bisa langsung di aplikasikan di lapangan. Hal ini karena di lapangan terkendala personel ahli yg terbatas dan user sulit mengambil keputusan sesuai aturan karena terkendala aspek sosial. Yg selama ini kami lakukan mitigasi resiko, namun terkesan hanya dari health yg melakukan mitigasi tsb. harapan kami akses masuk di seluruh lokasi dapat diberlakukan tapping semua. Karena hal ini akan mempermudah kami dalam melakukan Follow Up tindak lanjut hasil MCU. Yg artinya peraturan No Valid MCU No Entry dapat diberlakukan secara menyeluruh dengan akses kontrol yg baik

KASUS 3 Temuan MCU: Buta warna parsial, obesitas grade 2, CAD , post stroke pada security, driver, dan fireman Permasalahan Untuk security, driver, dan fireman eksisting apabila ditemukan buta warna parsial masih menjadi kendala karena kalau mengacu pada TKO yg statusnya P6 tapi setelah melakukan penyesuaian pekerjaan apakah status kesehatan nya bisa berubah? Operator produksi: untuk penilaian ulang status kesehatan terkait post stroke untuk waktunya berapa lama? All J ob : untuk y an g statusnya obesitas 2 dan post stroke apakah tidak boleh sama sekali ke lokasi atau bekerja dengan pekerjaan resiko tinggi . U ntuk evaluasi ulang waktunya berapa lama ? Untuk y an g s u d a h pasang , status FTW masuk P berapa?karena kalau melihat dari kondisi medis ybs s u d a h ada CAD artinya masuk P6 .

KASUS 4 Temuan MCU: 20/9/2022 RS Abdi Waluyo 3T MRI Cardiac Perfusion the ammount of scar is 5,05% from the total left ventricle myocardium --> scar 5% (acceptable) untuk terbang cut off 15% 9/6/2021 riwayat Kateterisasi dan PCI 2 VD 8 S eptember 2023 CAD 2 VD , PCI 2 DES mid LCX dan mid diagonal + POBA 3 ballon sertifikat diberikan FIT VALID FOR MEDICAL ASSESSMENT PURPOSE ONLY untuk keperluan medical simulator / flight tes hasil holter monitoring tanggal 6 agustus 2024  EKG abnormal ( SR, PVC trigeminy), frequent PAC & PVC with paroxysmal AF. Advice = consultation to arrhythmia cardiologist to optimized medication. H asil ABPM Pengukuran suboptimal. Tekanan sistolik rerata 124 mmHg, diastolik rerata 79 mmHg. Tekanan sistolik tertinggi 181 mmHg, diastolik tertinggi 90 mmHg. Kesimpulan = Tekanan darah belum terkontrol. S aran mohon lakukan medical simulator / medical flight test dengan pemasangan Holter Monitoring dan ABPM, obat Betaloc Zok, Briclot, Ascardia, Rosuvastatin Permasalahan Mohon arahan terkait kondisi dan riwayat os yg merupakan seorang penerbang dalam lingkup “ FTW ” nya mengingat riwayat hasil treadmill yang selalu tidak bagus tiap MCU.

KASUS 5 Temuan MCU: BMI 26.96 ( Obesitas Kelas 1) TD 148/95 mmHg ( Hipertensi Grade 1) Myopia ODS Riw CKD (belum HD, obat Prorenal, Bisoprolol, CaCO3, Bikarbonat, Forxiga, Candesartan (sore), Suntik Hemapo 2 minggu sekali (untuk boost Hb)) Peningkatan ureum 117 mg/dl, kretinin 5.06 mg/dl, LED 110 mm/jam Dyslipidemia ( trigliserida 178 mg/dl) Penurunan Hb 11.9 g/dl, Eritrosit 3.86, Ht 36.5% Urinalisa agak keruh , leukosit estrase +1 EKG, Treadmill, Ro thorax normal Permasalahan: Status P yang ditetapkan saat ini P6, adakah saran dan koreksi?

KASUS 6 Temuan MCU BMI 29.67 ( Obesitas Kelas 1) TD 108/77 mmHg Riwayat Ca Mammae sinistra stad IIB sejak Februari 2024, kemoterapi sudah ke 4x, Riwayat total mastectomy sinistra Presbyopia ODS, Konjungtiva anemis (+/+) USG Abdomen Polyposis di vesica fellea dengan ukuran terbesar 0.92X0.84 cm yang tidak menutupi lumen dd/ batu Spirometri restriksi ringan Penurunan HB 10.6, HT 33, Leukosit 3.1, Limfosit 18.6, MCV 75, MCH 24, MCHC 32 Dyslipidemia ( Kolesterol 265 mg/dl, LDL 197 mg/dl) EKG, Treadmill, Ro thorax normal , SKJ rendah Permasalahan Pasien ada keluhan di kuesioner SRQ, sudah dikonsulkan ke SpOk dilanjutkan SpKJ dengan anxiety disorder Status P yang ditetapkan adalah P5. A pakah ada saran/koreksi?

KASUS 7 Temuan MCU: Security H ead Office Gejala klinik : Berat badan turun , batuk aktif , nafsu makan turun Chest X-ray : Right lung tuberculosis Permasalahan: Pasien dikonsulkan ke dr. spesialis paru dan di berikan terapi OAT , pasien di berikan surat istirahat selama 2 minggu . S etelah istirahat selama 2 minggu dikembalikan ke perusahaan untuk masuk kerja atau tidak . Apakah pasien di perkenankan masuk kerja setelah terapi 2 minggu ? Jika tidak di perkenankan masuk bekerja , berapa lama diberikan istirahat ? ( karena pasien masih kadang batuk )
Tags