pengertian dan tatalaksana pada Aritmia .pptx

askararroisyzawa 4 views 31 slides Sep 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 31
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31

About This Presentation

aritmia


Slide Content

ARITMIA TAKIKARDIA ARITMIA BRADIKARIA

Takikardia 01.

Kriteria Diagnosis Takiaritmia

QRS Lebar – Reguler – Ventrikular Takikardi

Ciri khas : Non sinus, QRS lebar , regular Kriteria diagnosis : - terdapat 3 atau lebih ekstrasistol ventrikel yang berturutan Gambaran EKG : - frekuensi biasanya 160-200/ menit - bila P dapat dikenali , maka P dan QRS tidaK berhubungan : disosiasi AV - QRS melebar dan bizarre

Takikardi Ventricular berkas cabang : takikardia monomorfik dgn QRS lebar, tipe LBBB kadang RBBB dan aksis kiri. Umumnya dgn kardiomiopati dilatasi Takikardi Ventriculari diopatik dari out flow tract : takikardia monomorfik dgn QRS lebar, tipe LBBB dan aksis inferior. Umumnya dgn jantung normal. Takikardi Ventriculari diopatik dari dari LV : takikardia monomorfik dgn QRS lebar, tipe RBBB dgn aksis superior atau aksis kanan.

4. Takikardi Ventricular Iskemik : takikardi monomorfik ataupun polimorfik dgn QRS lebar, pada pasien dgn riwayat serangan jantung/jantung koroner dan disfungsi ventrikel kiri. 5. Torsade de Pointes : takikardi monomorfik dgn QRS lebar, tipe LBBB dgn aksis inferior. Umumnya pada jantung normal.

QRS Lebar – Ireguler – Ventrikular Fibrilasi

Ventrikel fibrilasi (VF) : menunjukkan stimulasi cepat ventrikel yang tidak teratur dan tanpa kontraksi yang terkoordinasi . VF ditandai dengan pemanpilan yang tidak teratur dan kacau tanpa adanya bentuk gelombang QRS VF sering didahului oleh suatu episode VT yang mengalami degenerasi dan akibat dari pecahnya gelombang eksitasi menjadi beberapa gelombang re-entry yang lebih kecil dan menjalar ke miokard Paling sering ditemui pada pasien dengan penyakit jantung berat dan penyebab utama kematian pada infark miokard akut . Satu satunya terapi yang efektif adalah pemberian defibrilasi elektrik segera Setelah kembali menjadi irama normal baru dicari penyebab aritmia ( misal : elektrolit inbalance , hipoksemia , asidosis )

SINUS TAKIKARDIA TAKIKARDIA SUPRAVENTRIKEL YANG PAROKSISMAL, ATRIAL FLUTTER TAKIKARDI - QRS SEMPIT - REGULER

SINUS TAKIKARDIA Laju nodus SA 100-180 x/ menit dengan gelombang P dan kompleks QRS normal Paling sering akibat ↑ tonus vagus simpatis dan / atau ↓ tonus vagal Fisiologis : saat olahraga Patologis : demam , hipoksemia , hipertiroidisme , hipovolemia , dan anemia

TAKIKARDIA SUPRAVENTRIKEL YANG PAROKSISMAL Laju denyut atrium 140-250 x/ menit Onset dan terminasi yang mendadak Kompleks QRS yang sempit /normal Mekanisme yang paling sering adalah re-entry yang melibatkan nodus AV, atrium, atau jalur aksesori antara atrium dan ventrikel

Depolarisasi atrium yang retrogard terjadi bersamaan dengan depolarisasi ventrikel  gelombang P retrogard dan QRS terjadi bersamaan  gelombang P tersembunyi di kompleks QRS  gelombang P tidak terlihat Pada kasus yang jarang  dapat ditemukan gelombang P retrogard yang terlihat jelas setelah kompleks QRS

ATRIAL FLUTTER Aktivitas atrium yang cepat dan regular, kecepatan denyut 180-350 x/ menit Impuls yang cepat mencapai nodus AV selama periode refrakter dan tidak berkonduksi ke ventrikel  laju ditingkat ventrikular lebih lambat  misal laju atrium 300 x/ menit dan terjadi blok 2:1 pada nodus AV maka laju ventrikel 150 x/ menit Gelombang P : tampilan sinusoidal atau “ gigi gergaji ”

QRS Sempit – Ireguler Atrial Fibrilasi

Atrial fibrilasi (AF) : irama kacau dengan laju atrium yang begitu cepat (350-600 kali/ menit ) sehingga gelombang P yang jelas tidak dapat dilihat di EKG Atrium fibrilasi ditandai dengan aktifitas atrium yang kacau tanpa terlihat gelombang P yang teratur dan laju ventrikel ireguler (QRS) Berdasarkan respon ventrikel terhadap irama fibrilasi dari atrium, maka AF dibagi menjadi : AF respon cepat : bila laju QRS > 100x/ menit AF respon normal : bila laju QRS 60 – 100x/ menit AF respon lambat : bila laju QRS < 60x/ menit

Karena gelombang P yang khas tidak terlihat pada EKG, maka gambaran EKG menunjukkan gelombang P sebagai undulasi beramplitudo rendah yang diselingi oleh kompleks QRS dan gelombang T Laju ventrikel rata-rata pada AF yang tidak diobati adalah sekitar 140-160 denyut / menit Penyakit yang meningkatkan tekanan dan ukuran atrium akan mencetuskan terjadinya AF seperti : Gagal jantung Hipertensi Penyakit arteri coroner Penyakit paru Tirotoksitosis dan konsumsi alhokol dapat memicu pada beberapa individu

Tanda dan gejala tergantung pada respon ventrikel Manifestasi klinis AF yang umum : palpitasi dan dyspnea Terapi pada AF akut : AF akut dengan hemodinamik stabil → medikamentosa AF akut dengan hemodinamik tidak stabil → kardioversi , lalu diikuti pengobatan medikamentosa Terapi medikamentosa pada AF : 1. Mengembalikan irama AF ke irama sinus : Amiodaron dosis 600 mg/ hari selama 1-2 minggu pertama dan 400 mg/ hari selama 1-2 minggu kedua , kemudian diikuti dosis pemeliharaan 200 mg/ hari 2. Mengontrol laju ventrikel : Mempertahankan laju ventrikel yang optimal : digoksin , betablocker, CCB non- dihidropiridin Menurunkan laju ventrikel : digoksin atau amiodaron 3. Mencegah tromboemboli : antikoagulan oral dan parenteral

Bradikardia 02.

AV BLOK Gangguan kondisi elektrik pada jantung (tertunda atau tidak ada) dari atrium ke ventrikel

01 AV Blok Derajat 1

AV BLOK DERAJAT 1 Ritme : reguler Gelombang P : Normal PR Interval : memanjang (>0,20 detik) QRS : normal (0,08-0,12 detik)

02 AV Blok Derajat 2 Tipe 1 (Wenckebach)

Blok AV derajat 2 ditandai dengan kegagalan intermitten konduksi AV yang menyebabkan gelombang P tidak diikuti QRS Derajat perlambatan impuls di AV meningkat bertahap setiap denyut hingga impuls benar benar terblok sehingga tidak terdapat QRS yang mengikuti satu Gelombang P. Blok tipe 1 merupakan hasil gangguan pada nodus AV Bersifat jinak , dapat ditemukan pada anak2, atlet terlatih dan orang dengan tonus vagal tinggi . Tidak diperlukan pengobatan kecuali pada kasus tertentu

03 BLOK AV DERAJAT 2 TIPE II

BLOK AV DERAJAT 2 TIPE II Hilangnya konduksi AV intermiten yang tiba-tiba tanpa didahului perpanjangan terhadap interval PR Blok dapat berlangsung selama 2/ lebih denyut (2 gelombang P berurutan yang tidak diikuti oleh kompleks QRS)

Disebabkan blok konduksi di distal dari nodus AV (di berkas His atau di sistem purkinje ) Kompleks QRS sering melebar dengan RBBB atau LBBB Jenis blok ini mungkin timbul dari infark miokard luas yang melibatkan septum atau dari degenerasi kronis system His-Purkinje

04 AV Blok Derajat 3/Total AV Blok

Blok AV derajat 3 disebut juga blok jantung komplet , didapat ketika ada kegagalan konduksi total antara atrium dan ventrikel Gelombang P dan kompleks QRS berjalan dengan irama masing-masing. Kompleks QRS melebar karena impuls berasal dari system konduksi ventrikel distal, tidak melalui berkas His. Gelombang P kedua dan keempat berhimpitan dengan gelombang T Tidak terdapat hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS karena atrium terdepolarisasi sebagai respon terhadap SA, sementara irama pengganti yang datang dari area lebih distal mengontrol ventrikel secara bebas Tergantung dari lokasi sumber irama pengganti , lebar kompleks QRS dapat normal dengan laju 40 – 60 kali per menit ( berasal dari nodus AV) atau dapat melebar dengan laju yang lebih lambat ( berasal dari system His-Purkinje)

Manifestasi klinis : Gejala : nyeri dada, nafas tersengal-sengal , penuruna kesadaran , pusing , sinkope Tanda : hipotensi , syok , kongesti paru , gagal jantung kongestif Terapi Jika pasien simptomatik : Terapi awal berupa injeksi sulfas atropine secara intravena Pemasangan pacu jantung sementara ( transkutan ) Cari penyebab dasar ( misalnya infark miokard akut , obat-obatan ) - Jika kelainan menetap : atasi dengan implantasi pacu jantung menetap . Kelainan ini dapat dijumpai pada pasien usia tua akibat degenerasi nodus AV

TERIMAKASIH