Penyakit paru kronik , ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang progresif . Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif , dispneu & obstruktif saluran nafas Pengertian
Definisi Emfisema Adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding alveoli.
Batuk berulang dan berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3tahun. Hipersekresi dan tanda-tanda adanya penyumbatan saluran napas yg kronik merupakan tanda dari penyakit ini . Definisi Bronkitis Kronik
Epidemiologi PPOK
Epidemiologi
Epidemiologi
Klasifikasi PPOK
Klasifikasi GOLD, 2008 Stage 1: PPOK ringan Keterbatasan airflow ringan (FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% predicted), dan kadang, tapi tidak selalu, batuk dan produksi sputum kronik. Pada tahap ini individu tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal. Stage 2: PPOK Sedang Keterbatasan airflow memburuk (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 < 80% predicted), timbul sesak napas setelah aktivitas (exertion) Pada tahap ini individu biasanya mulai mencari pengobatan karena gejala pernapasan kronik atau eksaserbasi. Stage 3: PPOK berat Keterbatasan airflow makin memburuk (FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50% predicted), sesak napas makin berat, kemampuan latihan menurun, dan eksaserbasi berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien. Stage 4: PPOK sangat berat Keterbatasan airflow sangat berat (FEV1/FVC < 70%, FEV1 < 30% predicted) atau FEV1<50% dengan gagal napas kronik. Pada tahap ini kualitas hidup sangat berkurang dan eksaserbasi dapat menyancam jiwa.
Klasifikasi menurut PDPI, 2005 PPOK Ringan Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1 Spirometri: - VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau - VEP1 / KVP < 70% PPOK Sedang Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri: - VEP1 / KVP < 70% atau - 50% < VEP1 < 80% prediksi.
3. PPOK Berat Gejala klinis: - Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik. - Eksaserbasi lebih sering terjadi - Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri: - VEP1 / KVP < 70%, - VEP1 30% dengan gagal napas kronik Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah, dengan kriteria: - Hipoksemia dengan normokapnia atau - Hipoksemia dengan hiperkapnia
Etiologi & faktor resiko
Etiologi PPOK
Faktor Resiko PPOK
HIDDEN SLIDE Akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar ( hyperthropy ) dan kelenjar mukus bertambah banyak ( hyperplasia ) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru pada perokok akan timbul permasalahan fungsi paru
Manifestasi klinis
Patofisiologi (2)
PATOGENESIS PPOK
BLUE BLOATER VS PINK PUFFER
pemeriksaan
Anamnesis Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan - Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja - Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi / anak , mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang , lingkungan asap rokok dan polusi udara - Batuk berulang dengan atau tanpa dahak - Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik inspeksi Pursed - lips breathing ( mulut setengah terkatup mencucu ) - Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding ) - Penggunaan otot bantu napas - 4. Hipertropi otot bantu napas 5. - Pelebaran sela iga 6. - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
auskultasi suara napas vesikuler normal, atau melemah - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa - ekspirasi memanjang - bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang COPD
Pemeriksaan Penunjang Rutin Faal paru ( spirometri dan uji bronkodilator ) Radiologi ( foto toraks ) Laboratorium darah Tidak Rutin Faal paru Uji coba kortikosteroid Analisa gas darah EKG Mikrobiologi sputum Kadar alfa-1-antitripsin
Pemeriksaan Penunjang ( Rutin )
Spirometri u/ menilai beratnya PPOK dg menggunakan parameter FEV1, dan memantau perjalan penyakit PPOK ringan (FEV1 > 80%) PPOK sedang (50% < FEV1 < 80%) PPOK berat (30% < FEV1 < 50%) PPOK sangat berat (FEV1 < 30%) (GOLD,2009)
Uji Bronkodilator dengan Spirometri Dilakukan pada PPOK stabil Pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan , 15-20 menit kemudian uji dg spirometri , lihat perubahan nilai FEV1 (<20%)
Radiologi u/ menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya Pada bronkitis kronik : Normal Corakan bronkovaskuler Pada emfisema terlihat : Hiperinflasi Hiperlusen Ruang retrosternal melebar Diafragma mendatar Jantung menggantung ( jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Laboratorium Darah u/ mendeteksi timbulnya polisitemia telah terjadi hipoksia kronik Hematokrit ↑ (> 55%) : polisitemia ↑ PaCO 2 ↓ PaO 2
Pemeriksaan Penunjang ( Tidak Rutin )
Faal Paru Volume residu (VR), Kapasitas Residu Fungsional (KRF), Kapasitas Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat DLCO menurun pada emfisema ( difusi karbon monoksida , 25-30ml CO/mmHg/ menit ) Raw (airway resistance) meningkat ada bronkitis kronik Sgaw (specific airway conductance) meningkat
Uji Coba Kortikosteroid Menilai perbaikan paru setelah pemberian kortikosteroid Kortikosteroid oral ( prednison / metilprednisolon ) 30-50mg per hari selama 2 minggu Uji dg spirometri : peningkatan FEV1 > 20% Pada PPOK: tidak terdapat kenaikan faal paru stlh pemberian kortikosteroid
Analisa Gas Darah
Elektrokardiografi Mengetahui komplikasi pada jantung P pulmonal Deviasi axis ke kanan “Low voltage” pada emfisema Hipertrofi ventrikel kanan
Mikrobiologi Sputum Dg perwarnaan Gram dan kultur resistensi u/ mengetahui pola kuman dan u/ memilih antibiotik yang tepat bila terjadi eksaserbasi Bakteri gram negatif : Klebsiella sp (paling sering ditemukan ) , Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis Bakteri gram positf : Streptococcus alfa hemolitycus , Streptococcus penumoniae , Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis Resistensi tertinggi thd antibiotik : Ampicilin Kepekaan tertinggi thd antibiotik : Netilmicin
Kadar alfa-1-antitripsin Dilakukan dg pemeriksaan darah Pada emfisema herediter : kadar alfa-1-antitripsin rendah
penatalaksanaan
Tujuan
Penatalaksanaan
Edukasi
Obat
Terapi Oksigen
Ventilasi Mekanik
Nutrisi
Rehabilitasi Latihan Fisik Psikososial Latihan Pernapasan
komplikasi
Daftar Pustaka Kuliah Pakar Tinjauan Fisiologis Sistim Pernapasan oleh dr. Marwito Ganong , W. F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC
Daftar Pustaka http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no3/354-357.pdf Mark A. Graber, Peter P. Toth , Robert L. Herting , Jr. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga UNIVERSITY OF IOWA . Jakarta: EGC. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA.
Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2.EGC. Jakarta Referensi