ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob.pptx

arpina3 4 views 64 slides Sep 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 64
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64

About This Presentation

kkkk


Slide Content

Ppok (Penyakit paru obstruktif kronis)

Mind Map

Penyakit paru kronik , ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang progresif . Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif , dispneu & obstruktif saluran nafas Pengertian

Definisi Emfisema Adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding alveoli.

Batuk berulang dan berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3tahun. Hipersekresi dan tanda-tanda adanya penyumbatan saluran napas yg kronik merupakan tanda dari penyakit ini . Definisi Bronkitis Kronik

Epidemiologi PPOK

Epidemiologi

Epidemiologi

Klasifikasi PPOK

Klasifikasi GOLD, 2008 Stage 1: PPOK ringan Keterbatasan airflow ringan (FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% predicted), dan kadang, tapi tidak selalu, batuk dan produksi sputum kronik. Pada tahap ini individu tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal. Stage 2: PPOK Sedang Keterbatasan airflow memburuk (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 < 80% predicted), timbul sesak napas setelah aktivitas (exertion) Pada tahap ini individu biasanya mulai mencari pengobatan karena gejala pernapasan kronik atau eksaserbasi. Stage 3: PPOK berat Keterbatasan airflow makin memburuk (FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50% predicted), sesak napas makin berat, kemampuan latihan menurun, dan eksaserbasi berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien. Stage 4: PPOK sangat berat Keterbatasan airflow sangat berat (FEV1/FVC < 70%, FEV1 < 30% predicted) atau FEV1<50% dengan gagal napas kronik. Pada tahap ini kualitas hidup sangat berkurang dan eksaserbasi dapat menyancam jiwa.

Klasifikasi menurut PDPI, 2005 PPOK Ringan Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1 Spirometri: - VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau - VEP1 / KVP < 70% PPOK Sedang Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri: - VEP1 / KVP < 70% atau - 50% < VEP1 < 80% prediksi.

3. PPOK Berat Gejala klinis: - Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik. - Eksaserbasi lebih sering terjadi - Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri: - VEP1 / KVP < 70%, - VEP1 30% dengan gagal napas kronik Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah, dengan kriteria: - Hipoksemia dengan normokapnia atau - Hipoksemia dengan hiperkapnia

Etiologi & faktor resiko

Etiologi PPOK

Faktor Resiko PPOK

HIDDEN SLIDE Akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar ( hyperthropy ) dan kelenjar mukus bertambah banyak ( hyperplasia ) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru pada perokok akan timbul permasalahan fungsi paru

Manifestasi klinis

Patofisiologi (2)

PATOGENESIS PPOK

BLUE BLOATER VS PINK PUFFER

pemeriksaan

Anamnesis Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan - Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja - Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi / anak , mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang , lingkungan asap rokok dan polusi udara - Batuk berulang dengan atau tanpa dahak - Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

Pemeriksaan fisik inspeksi Pursed - lips breathing ( mulut setengah terkatup mencucu ) - Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding ) - Penggunaan otot bantu napas - 4. Hipertropi otot bantu napas 5. - Pelebaran sela iga 6. - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai

Pemeriksaan fisik ( inspeksi ) Pursed lips breathing

Pemeriksaan fisik ( inspeksi ) Barrel chest

Pink puffer & blue boater

palpasi Pada emfisema fremitus melemah sela iga melebar

perkusi hipersonor batas jantung mengecil , letak diafragma rendah , hepar terdorong kebawah

auskultasi suara napas vesikuler normal, atau melemah - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa - ekspirasi memanjang - bunyi jantung terdengar jauh

Pemeriksaan Penunjang COPD

Pemeriksaan Penunjang Rutin Faal paru ( spirometri dan uji bronkodilator ) Radiologi ( foto toraks ) Laboratorium darah Tidak Rutin Faal paru Uji coba kortikosteroid Analisa gas darah EKG Mikrobiologi sputum Kadar alfa-1-antitripsin

Pemeriksaan Penunjang ( Rutin )

Spirometri u/ menilai beratnya PPOK dg menggunakan parameter FEV1, dan memantau perjalan penyakit PPOK ringan (FEV1 > 80%) PPOK sedang (50% < FEV1 < 80%) PPOK berat (30% < FEV1 < 50%) PPOK sangat berat (FEV1 < 30%) (GOLD,2009)

Uji Bronkodilator dengan Spirometri Dilakukan pada PPOK stabil Pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan , 15-20 menit kemudian uji dg spirometri , lihat perubahan nilai FEV1 (<20%)

Radiologi  u/ menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya Pada bronkitis kronik : Normal Corakan bronkovaskuler Pada emfisema terlihat : Hiperinflasi Hiperlusen Ruang retrosternal melebar Diafragma mendatar Jantung menggantung ( jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)

Laboratorium Darah u/ mendeteksi timbulnya polisitemia  telah terjadi hipoksia kronik Hematokrit ↑ (> 55%) : polisitemia ↑ PaCO 2 ↓ PaO 2

Pemeriksaan Penunjang ( Tidak Rutin )

Faal Paru Volume residu (VR), Kapasitas Residu Fungsional (KRF), Kapasitas Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat DLCO menurun pada emfisema ( difusi karbon monoksida , 25-30ml CO/mmHg/ menit ) Raw (airway resistance) meningkat ada bronkitis kronik Sgaw (specific airway conductance) meningkat

Uji Coba Kortikosteroid  Menilai perbaikan paru setelah pemberian kortikosteroid Kortikosteroid oral ( prednison / metilprednisolon ) 30-50mg per hari selama 2 minggu Uji dg spirometri : peningkatan FEV1 > 20% Pada PPOK: tidak terdapat kenaikan faal paru stlh pemberian kortikosteroid

Analisa Gas Darah

Elektrokardiografi Mengetahui komplikasi pada jantung P pulmonal Deviasi axis ke kanan “Low voltage” pada emfisema Hipertrofi ventrikel kanan

Mikrobiologi Sputum Dg perwarnaan Gram dan kultur resistensi u/ mengetahui pola kuman dan u/ memilih antibiotik yang tepat bila terjadi eksaserbasi Bakteri gram negatif : Klebsiella sp (paling sering ditemukan ) , Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis Bakteri gram positf : Streptococcus alfa hemolitycus , Streptococcus penumoniae , Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis Resistensi tertinggi thd antibiotik : Ampicilin Kepekaan tertinggi thd antibiotik : Netilmicin

Kadar alfa-1-antitripsin Dilakukan dg pemeriksaan darah Pada emfisema herediter : kadar alfa-1-antitripsin rendah

penatalaksanaan

Tujuan

Penatalaksanaan

Edukasi

Obat

Terapi Oksigen

Ventilasi Mekanik

Nutrisi

Rehabilitasi Latihan Fisik Psikososial Latihan Pernapasan

komplikasi

Daftar Pustaka Kuliah Pakar Tinjauan Fisiologis Sistim Pernapasan oleh dr. Marwito Ganong , W. F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC

Daftar Pustaka http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no3/354-357.pdf Mark A. Graber, Peter P. Toth , Robert L. Herting , Jr. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga UNIVERSITY OF IOWA . Jakarta: EGC. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA.

Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2.EGC. Jakarta Referensi
Tags