KONSEP KEPERAWATAN DARURAT SISTEM PENANGGULANGAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TERPADU Oleh Kelompok 1
ANGGOTA KELOMPOK 01 ARI ARMAHESA(232313004) ASIH (232313006) ASNIL PUADI (232313007) DINDA JUWITA (232313008) DWI LILIAN POEDJIANI(232313009) RAJA SYAFIKA CITRA (232313020) RIENITA PRANANDAR (232313024) CINDY JASSELA (232313027) KRISNA KURNIA PUTRA(232313032) SYAFIKAR (232313034)
DEFINISI GAWAT DARURAT Gawat darurat adalah kondisi klinis yang tidak terduga , berpotensi mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan , sehingga memerlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan Gawat Darurat
Ruang Lingkup Keperawatan Gawat Darurat (Kemenkes, 2011) Level I Pelayanan 24 jam untuk memberikan pertolongan pertama , menentukan diagnosis awal , menyelamatkan nyawa , dan mencegah kecacatan sebelum pasien dirujuk . Level II Pelayanan 24 jam yang tidak hanya memberi pertolongan pertama , tetapi juga mampu menangani kasus gawat darurat agar kondisi pasien lebih stabil . Level III Pelayanan 24 jam dengan dukungan dokter spesialis ( Anak , Kebidanan , Bedah , Penyakit Dalam ) sehingga bisa menangani kasus gawat darurat yang lebih kompleks . Level IV Pelayanan 24 jam paling lengkap dengan tambahan tenaga subspesialis , sehingga mampu menangani kasus gawat darurat yang sangat rumit secara menyeluruh . Gawat Darurat
Pengertian SPGDT Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah mekanisme pelayanan pasien gawat darurat yang terintegrasi , berbasis call center 119, dan melibatkan masyarakat , tenaga medis , ambulans gawat darurat , serta sistem komunikasi ( Kemenkes , 2016).
Tujuan SPGDT Memberikan pertolongan cepat dan tepat untuk menekan angka kematian dan kecacatan . Meningkatkan keterpaduan layanan pra-rumah sakit , rumah sakit , hingga rujukan . Menjamin akses pelayanan gawat darurat yang adil dan merata . Meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dan masyarakat dalam kondisi darurat maupun bencana . Mewujudkan sistem rujukan gawat darurat yang efektif dan berkesinambungan .
Pelayanan gawat darurat terintegrasi untuk menjaga nyawa pasien , mencakup : • Pra-Rumah Sakit → laporan masyarakat , pertolongan awal oleh awam / awam khusus , transportasi dengan ambulans . Rumah Sakit → penanganan di IGD, tindakan bedah bila perlu , perawatan ICU/ICCU. Antar RS → rujukan ke rumah sakit lain dengan koordinasi dan komunikasi yang baik . Pembagian SPGDT SPGDT – S ( Sehari-hari ) SPGDT-B ( Bencana ) S PGDT-B adalah sistem pelayanan gawat darurat saat terjadi korban massal , dengan tujuan menyelamatkan korban sebanyak mungkin . Mencakup : Mencegah kematian dan kecacatan . Merujuk korban agar mendapat penanganan lebih baik . Menangani korban bencana secara cepat dan terkoordinasi . Prinsip utamanya adalah cepat menemukan , cepat minta bantuan , dan cepat memberi pertolongan , baik di lokasi maupun dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan .
Alur Pelayanan
Tugas perawat utama : Pertolongan pertama & stabilisasi . Evakuasi korban ke fasilitas kesehatan . Peran Perawat : Direct care → rawat pasien kritis / cedera . Leader/manager → atur pelayanan gawat darurat . Skill khusus → terapi , preventif , teknis darurat . Kreatif & adaptif → pencarian korban, triase , pertolongan , pemindahan , perawatan lanjutan . Fase Bencana : Pre-Impact: pelatihan , penyuluhan , promosi kesehatan . Impact: cepat , fokus , koordinasi , jangan beri janji kosong . Post-Impact: tangani fisik & psikologis (PTSD), percepat pemulihan dengan lintas sektor . Peran Tenaga Kesehatan ( Perawat ) dalam SPGDT
(EWS) Early Warning System 2
DEFINISI EARLY WARNING SYSTEM adalah sistem skoring fisiologis untuk mendeteksi dini perubahan kondisi pasien , terutama tanda vital dan kesadaran , selama dirawat di rumah sakit . Early Warning System
Deteksi dini kondisi pasien yang memburuk . Mempercepat respons tenaga kesehatan . Menyamakan komunikasi antar tenaga kesehatan . Meningkatkan mutu & keselamatan pasien . Memenuhi standar akreditasi rumah sakit . Tujuan dan Kegunaan EWS dalam pelayanan kesehatan Tujuan EWS Kegunaan EWS Alat skrining pasien berisiko. Meningkatkan skill tenaga kesehatan lewat pelatihan. Mempercepat & akurat lewat integrasi EMR. Memicu koordinasi tim (Code Blue), Membentuk budaya keselamatan pasien.
TABEL PARAMETER EWS (PEDIATRIC)
TABEL PARAMETER EWS (ADULT)
TABEL PARAMETER EWS (ADULT)
CODE BLUE 3
DEFINISI CODE BLUE Code Blue adalah kode darurat rumah sakit yang digunakan saat pasien mengalami cardiorespiratory arrest ( henti jantung atau napas ). Code Blue
Jika Pasien mengalami Henti jantung / napas , Tidak responsif / kesadaran menurun mendadak , Syok berat , Aritmia berbahaya , Perdarahan massif , Perburukan akut butuh resusitasi segera . Indikasi Code Blue:
Mekanisme Code Blue
Siap 24 jam, beranggotakan 3–4 orang yang terlatih BLS /BTCLS Anggota : Koordinator Tim → dokter ICU/NICU, memimpin & mengatur koordinasi , juga mengatur pelatihan . Penanggung Jawab Medis → dokter jaga / ruangan , melakukan triage, memimpin RJP & menentukan tindakan selanjutnya . Perawat Pelaksana → membantu triage & penanganan pasien bersama dokter . Tim Resusitasi → perawat / dokter terlatih , melakukan BHD & resusitasi jantung paru . Tim Code Blue
Keterkaitan SPGDT, EWS dan CODE BLUE Hubungan Ketiganya EWS → mendeteksi pasien mulai memburuk ( fase awal ). Code Blue → diaktifkan jika pasien sudah dalam kondisi kritis ( fase lanjut ). SPGDT → menjadi sistem besar yang mengatur alur penanganan gawat darurat , termasuk penerapan EWS dan Code Blue. 👉 KESIMPULAN : EWS = deteksi dini → Code Blue = respon saat kritis → SPGDT = payung sistem layanan darurat yang menaungi keduanya .