HASIL PENELITIAN PENGALAMAN KOMUNIKASI PERKAWINAN ANTARBUDAYA FLORES-SULAWESI DALAM MENGASUH ANAK (STUDI FENOMENOLOGI DI KELURAHAN SELANDORO, KECAMATAN NUBATUKAN, KABUPATEN LEMBATA) PRESENTED BY FIKRI ZAINAL ALI SAID/111903050070
P erkawinan campuran tidak mudah untuk dijalani, karena masalah utama yang terjadi dalam berinteraksi dengan orang yang memiliki budaya yang berbeda adalah setiap orang akan menggunakan nilai budaya mereka sebagai standarisasi untuk mengukur budaya lain. Hal ini tentu saja akan menimbulkan bentrokan karena nilai budaya yang berbeda antara satu budaya dan budaya lainnya. Perbedaan budaya ini membawa sebuah tantangan berat dalam perkawinan. Kesulitan budaya tersebut bisa berwujud dalam perbedaan tingkah laku, selera, cara berkomunikasi hingga kebiasaan sehari-hari. Latar Belakang Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komunikasi perkawinan dalam mengasuh anak pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro, Nubatukan Kabupaten Lembata. Di Lokasi penelitian terdapat beberapa pasangan suami istri Flores-Sulawesi. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti proses akulturasi dan cara mengasuh anak dalam perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi pada lokasi tersebut.
Bab 1 Pendahuluan Bagaimana proses komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di kelurahan Selandoro, kecamatan nubatukan, kabupaten lembata Bagaimana proses pengasuhan anak dalam perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata RUMUSAN MASALAH Mengetahui proses komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di kelurahan Selandoro, kecamatan nubatukan, kabupaten lembata Mengetahui proses pengasuhan anak dalam perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata TUJUAN M anfaat Akademis Manfaat Praktis MANFAAT
K ajian Empirik Deli Melia Safara (2022). Program Studi Komunikasi dan Peyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, Judul Skripsi “Implementasi Komunikasi Antar Budaya Pada Perkawinan Antar Budaya Bagi Pasangan Suami Istri Muallaf di Kuta Bali” Rizki Amalia, M. Rachmat Effendi dan Asep Ahmad Siddiq (2023), Prodi Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Bandung, Judul “Komunikasi antarbudaya dalam pernikahan beda Etnis” Andriani Lubis, Anang Jati Kurniawan, Syarifuddin Pohan (2022), Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Judul, Komunikasi Antarudaya Dalam perkawinan Beda Warga Negara 1 2 3
K ajian Empirik Dini Anggraeni (2022), Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang, Judul Skripsi “ Komunikasi Antarbudaya Dalam Perkawinan Jawa dan Madura” (Studi Deskriptif Kualitatif pada pasangan suami istri dari suku jawa dan madura di Tlogowaru, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang 4 Ayudia Mardiyanti Rantung, Desie M. D. Warouw dan Lingkan E Tulung (2020), Judul Penelitian “Peran Komunikasi Antar Budaya Dalam Perkawinan Suku Bali Dan Suku Minahasa di Kota Manado” 5
Kajian Konseptual Perkawinan Campuran dalam KAB Pengasuhan Anak Flores Lembata Fungsi & Tujuan Komunikasi Antarbudaya Unsur Komunikasi Antarbudaya Komunikasi Antarbudaya
Edmund Husserl dikenal sebagai bapak fenomenologi, meskipun bukan orang yang pertama kali mengutarakan istilah fenomenologi. Tugas utama fenomenologi menurut Husserl menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Menurut Husserl, realitas bukan sesuatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Husserl menyatakan bahwa hubungan antara persepsi dengan bendanya tidaklah pasif. Justru sebaliknya, kesadaran manusia secara aktif membentuk objek pengalaman (Sobur dalam Wirman & Gustina Sari, 2021: 46) Fenomena adalah realitas itu sendiri yang nampak setelah kesadaran kita cair dengan realitas. Husserl bertujuan untuk mencarai esensial atau esensi dari sebuah fenomena. Metode yang digunakan untuk mencari esensi tersebut adalah dengan cara membiarkan fenomena itu berbicara sendiri tanpa dibarengi dengan prasangka. Kajian Teoritis Teori Feno menologi (Edmund Husserl)
Kerangka Berpikir Perkawinan Antarbudaya (Flores-Sulawesi) Teori Fenomenologi Metode Fenomenologi Proses Komunikasi Antarbudaya Proses Pengasuhan Anak
Bab 3 Metodologi Paradigma Penelitian Pada Penlitian ini Menggunakan paradigma Interpretif Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi Subyek dan Obyek Subyek penelitian ini adalah pasangan suami istri flores-sulawesi di kelurahan selandoro yang telah menikah kurang lebih di atas 5 tahun. O bjek penelitian adalah pengalam komunikasi antarbudaya dan pola pengasuhan anak. Tempat dan Waktu Kelurahan Selandoro, kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Selama kurang lebih 1 Bulan Jenis dan Sumber Data Data Primer dan Data Sekunder
Bab 3 Metodologi Teknik Pengumpulan Data Wawancara dan Studi Dokumen Teknik Keabsahan Data Mengguanakan Triangulasi untuk menguji keabsahan data Teknik Analisis Data Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi
Bab 4 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata selam kurang lebih 1 bulan. Peneliti memperoleh data-data yang diperlukan melalui wawancara dengan informan sebanyak lima pasangan suami-istri perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi Gambaran Umum Profil Informan Informan Suami Istri 1 Said Kopong (51) – Flores Nuryani Nazidu (43) – Sulawesi 2 Muhammad Fajar (48) – Flores Siti Maimunah (47) - Sulawesi 3 Adryhansyah Wibowo Suhaemi (37) – Flores Puspa Fathimah (35) - Sulawesi 4 Linus Beseng (60) - Flores Netty Hattu (57) - Sulawesi 5 Yusuf Ola (50) – Flores Suryanti (51) – Sulawesi
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Proses Komunikasi Antarbudaya pada perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro Adaptasi Proses komunikasi antarbudaya yang terjadi pada perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro pun tidak bisa menghindari masalah perbedaan nilai-nilai budaya tersebut. Namun pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di kelurahan Selandoro terdapat sebuah kesamaan dimana adanya proses adaptasi oleh sang istri yang berbudaya Sulawesi terhadap budaya sang suami yaitu Flores. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa para suami juga melakukan proses adaptasi kepada budaya sang isteri dengan harapan bisa lebih memahami nilai-nilai dari budaya tersebut agar terciptanya hubungan yang harmonis dalam keluarga
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Proses Komunikasi Antarbudaya pada perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro Keterbukaan Dalam perkawinan antarbudaya, keterbukaan antara kedua pasangan sangat diperlukan agar dapat memahami nilai-nilai budaya dari masing-masing budaya. Selain itu juga keterbukan juga diperlukan untuk memahmi pribadi pasangan. Keterbukaan adalah sebuah hal yang sangat penting dalam perkawinan antarbudaya, bahkan sebelum keterbukaan ini juga diperlukan sebelum kedua pasangan menikah. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa pasangan perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro menjadikan keterbukaan sebagai sebuah hal uang penting untuk dilakukan agar terjalinnya keluarga yang harmonis dan menghindari kesalapahaman
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Proses Komunikasi Antarbudaya pada perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro Toleransi Toleransi dalam perkawinan antarbudaya sangat diperlukan untuk menerima nilai-nilai yang berbeda dari kedua budaya. Setelah kedua pasangan telah mengetahui perbedaan dari kedua budaya maka tentunya akan ada nilai yang berbeda, sehingga toleransi dibutuhkan agar tidak terjadi konflik baik itu dengan pasangan maupun dengan keluarga besar dari pasangan masing-masing. Pernyataan dari pasangan perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro mengenai toleransi menunjukan bahwasanya toleransi merupakan sebuah unsur penting yang ada dalam proses komunikasi mereka dalam perkawinan antarbudaya. Adanya perbedaan antara kedua budaya menjadikan toleransi sebagai jembatan penghubung yang mengurangi terjadinya kesalapahaman yang bisa saja terjadi karena perbedaan-perbedaan tersebut.
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Proses Komunikasi Antarbudaya pada perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro Toleransi Toleransi dalam perkawinan antarbudaya sangat diperlukan untuk menerima nilai-nilai yang berbeda dari kedua budaya. Setelah kedua pasangan telah mengetahui perbedaan dari kedua budaya maka tentunya akan ada nilai yang berbeda, sehingga toleransi dibutuhkan agar tidak terjadi konflik baik itu dengan pasangan maupun dengan keluarga besar dari pasangan masing-masing. Pernyataan dari pasangan perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro mengenai toleransi menunjukan bahwasanya toleransi merupakan sebuah unsur penting yang ada dalam proses komunikasi mereka dalam perkawinan antarbudaya. Adanya perbedaan antara kedua budaya menjadikan toleransi sebagai jembatan penghubung yang mengurangi terjadinya kesalapahaman yang bisa saja terjadi karena perbedaan-perbedaan tersebut.
Pola pengasuhan anak pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi difokuskan kepada penanaman nilai-nilai agama dimana pasangan perkawinan menganggap bahwa nilai-nilai agama menjadi jembatan penghubung dari kedua nilai budaya pasangan perkawinan. Meskipun berasal dari latarbelakang budaya yang berbeda namun dalam urusan pengasuhan anak, pasangan perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan selandoro sepakat bahwa penanaman nilai agama menjadi fokus utama karena dalam pandangan kedua budaya, nilai keagamaan sama-sama mengajarkan pedoman hidup yang dijadikan acuan dalam membentuk karakter anak. Hasil dan Pembahasan Proses Pengasuhan Anak pada Perkawinan Antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro
Pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata para informan melakukan penyesuaian pola asuh dimana pola asuh yang diterapkan kepada anak-anak mereka tidak sama seperti pola asuh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka. Meskipun pada dasarnya nila-nilai yang sama tetap diturunkan kepada anak-anak mereka namun dalam bentuk dan cara yang berbeda. Para informan memahami bahwa adanya perbedaan zaman, situasai dan kondisi dimana mereka tidak harus menerapkan pola asuh yang sama. Diketahui bahwa para informan cenderung mendapatkan pola asuh yang keras dari orang tua mereka yang didasarkan pada beberapa hal seperti ekonomi, dan watak yang keras. Pendekatan yang dilakukan orang para informan dalam mengasuh anak cenderung lebih halus dari apa yang mereka alami, hal ini adalah bentuk dari penyesuaian pola asuh kepada anak-anak mereka untuk mengikuti perubahan kondisi yang ada saat ini. . Hasil dan Pembahasan Proses Pengasuhan Anak pada Perkawinan Antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro
Baumirind (dalam Rahman, 2021: 95) menjelaskan bahwa terdapat tiga pola pengasuhan yaitu Pola asuh otoriter, Pola asuh demokratis dan pola asuh permisif . Dari hasil penelitian maka dikelompokan sebagai berikut Hasil dan Pembahasan Proses Pengasuhan Anak pada Perkawinan Antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro
Hasil dan Pembahasan Tabel Pola Asuh TUJUAN MANFAAT No Informan Pola Asuh 1 Said Kopong (Flores) – Nuryani Nazidu (Sulawesi) Pola asuh Demokratis 2 Muhammad Fajar (Flores) – Siti Maimunah (Sulawesi) Pola Asuh Permisif 3 Adryhansyah Wibowo Suhaemi (Flores) – Puspa Fatimah (Sulawesi) Pola Asuh Demokratis 4 Linus Beseng (Flores) – Netty Hattu (Sulawesi) Pola Asuh Demoktratis 5 Yusuf Ola (Flores) – Suryanti (Sulawesi) Pola Asuh Permisif
Kesimpulan Proses komunikasi antarbudaya dalam perkawinan Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro berjalan harmonis pada ketiga informan, meskipun pada awalnya ada beberapa informan yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan budaya pasangannya tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka bisa beradaptasi dengan budaya pasangan masing-masing Ada tiga faktor yang mempengaruhi kelancaran dan keharmonisan perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro, Kabupaten Lembata yaitu yang pertama adaptasi. Ketiga informan berusaha untuk saling beradaptasi terhadap budaya pasangan masing-masing terlebih para istri dikarenakan mereka tinggal di daerah suami sehingga adaptasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi sehari-hari dengan keluarga maupun orang sekitar. Yang kedua adalah keterbukaan. Keterbukaan diperlukan untuk mengetahui nilai-nilai budaya pasangan. Agar dikemudian hari tidak terjadi kesalapahaman maka perlu adanya keterbukaan dari masing-masing individu tentang kebiasaan dan nilai budaya mereka. Yang ketiga adalah toleransi. Setelah kedua pasangan sama-sama mengetahui nilai-nilai dan kebiasaan budaya pasangan mereka masing-masing maka langkah selanjutnya yaitu adanya rasa toleransi. Hal ini diperlukan agar pernikahan tetap lancar dan harmonis meskipun adanya perbedaan dalam budaya masing-masing.
Kesimpulan Pola pengasuhan anak yang diterapkan pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro, Kabupaten Lembata ada dua yaitu pola asuh Demokratis dan Permisif Pengenalan budaya kepada anaka memang lebih condong kepada budaya Lamaholot karena faktor tempat tinggal. Namun tetap adanya penyisipan nilai-nilai dari budaya sulawesi. Proses pengenalan budaya dilakukan secara visual dimana anak diajak untuk mengikuti kegiatan adat dan keluarga selain itu juga adanya penggunaan media lagu dan pakaian adat juga menjadi salah satu cara untuk mengenalkan budaya kepada anak.
Saran Proses komunkasi antarbudaya dengan unsur adaptasi, keterbukaan dan toleransi pada perkawinan antarbudaya Flores-Sulawesi di Kelurahan Selandoro, Kabupaten Lembata untuk tetap dipertahankan dan ditinggkatkan agar tidak timbulnya konflik ataupun perselisihan karena perbedaan budaya. Dalam pengasuhan anak juga diimbangi antara nilai budaya dari budaya sang ayah dan budaya sang ibu sehingga nilai-nilai baik dari kedua budaya tersebut bisa dipahami oleh sang anak agar kemudian pola pikir sang anak bisa melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda sehingga anak bisa memiliki rasa toleransi yang tinggi.