Pengertian Pengawet Bahan pengawet merupakan salah satu zat aditif yang ditambahkan untuk mencegah dan menghambat terjadinya proses pembusukan , pengasaman , dan penguraian oleh mikroorganisme . Bahan pengawet diperlukan karena pada dasarnya makanan atau minuman memiliki daya tahan yang rendah atau mudah busuk dan mudah rusak .
Pengawetan adalah suatu teknik atau tindakan yang digunakan oleh manusia pada suatu objek baik itu makanan, hewan ataupun tumbuhan, dll sehingga bahan tersebut tidak mudah rusak. Dalam KBBI dijelaskan bahwa pengawetan adalah proses, cara, pembuatan menjadi awet dan tahan lama ( tidak mudah rusak, basi atau busuk).
Zat Kimia Untuk Pengawetan A. Larutan Pengawet 1. Formaldehyde (Formalin) Dipergunakan dalam larutan 40% Untuk pengenceran : formalin 5% encerkan 1 bagian formalin ke dalam 19 bagian air, dan formalin 10% encerkan 1 bagian formalin ke dalam 9 bagian air. 2 . alkohol Diperdagangkan dalam larutan 95% ethyl alkohol. Untuk pengawetan digunakan alkohol 70% . dibuat dari alkohol 95% yang tersedia dalam jumlah : Tuangkan dalam gelas pengukur 70cc alkohol 95% dan tuangkan aquades sampai 95cc .
3 . Bouin’s fluid Plcric acid saturated aquadest 75 cc Commercial formalin 20 cc Glacial acetic acid 5 cc Digunakan untuk menyimpan embrio 4. A.G.A solu Alkohol 95% 8 bagian Aquadest 5 bagian Glycerine 1 bagian Glacial acetic acid 1 bagian Untuk mengswetksn insectaion
5 . Formal acetic alkohol ( F.A.A solution ) Commercial formalin 6,5 cc Glacial acetic acid 2,5 cc Alkohol 50% 100cc Lebih banyak digunakan untuk tumbuhan dan hewan kecil. 6. Rekaxing solution Alkohol 95% 280 cc Aquades 230 cc Benzena 35 cc Ethanol acetate 45 cc
7 . K.A.A.D solution Kerosin 1 bagian Alkohol 95% 1 bagian Glacial acetic acid1 bagian Dioxana 1 bagian Digunakan untuk menyimpan larutan tubuh 8. Larutan untuk mamalia yang dikuliti Formalin 10 bagian Phenol cai 10 bagian Glycerina 10 bagian Air 70 bagian Sebelum digunakan ke dalam larutan, speciment dibuag isi perutnya.
a. Simple fixative Alkohol dari 90% Chromic acid ( fixative yang baik untuk sel) Formalin 10 % digunakan sebagai fixer Glacial acetic acid dapat memfixerkan mikro protein Osmic acid untuk memfixerkan materi yang sangat tipis . Beracun dari metal. Picric acid dipakai sebagaiconstituent dilarutan fixative. Merkuri chlorida Potassium dichromate b. Fixing mixtures Bouin fluid ( P.A.F) Carrior fluid Gilson fluid Piero sulphurie 9. Larutan – larutan fixative
B. Pengawetan Tumbuhan 1. Pengawetan dengan sistem basah: Tumbuhan dimasukan ke dalam suatu wadah , diberi zat pengawet kemudian ditutup rapat. Zat pengawet yang sering digunakan adalah : Larutan 6-3-1 yaitu larutan campuran 6 bagian air, 3 bagian alkohol absolut, 1 bagian formalin. Digunakan untuk mengawetkan alga. Larutan F.A.A yaitu campuran 5 ml formalin, 5 ml asam cuka pekat, dan alkohol 50%. Formalin 7 % 2. Pengawetan dengan sistem kering: Tumbuhan atau bagian tumbuhan di awetkan dengan cara pengeringan cara ini disebut dengan herbarium kering. Alat dan bahan yang dibutuhkan : Kantong plastik berbagai macam ukuran. Kertas / koran. Tali. Buku laporan Botol plastik, alkohol, dll HgCl
C. PENGAWETAN HEWAN 1. Pengawetan serangga dengan menggunakan formalin Pengawetan menggunakan larutan formalin. Tingkatan formalin disesuaikan dengan kondisi anatomi tubuh serangga yang mau diawetkan. Cara kerja : Matikan serangga dengan menggunakan cloroform Serangga dimasukkan kedalama formalin sesuai kadarnya. Selama perendaman serangga bisa dibentuk sesuai yang diinginkan Lama perendaman didalam larutan formalin tergantung struktur tubuh serangga yang diawetkan Setelah waktu terpenuhi serangga hendaknya dijemr dibawah sinar matahari agar bau formalin hilang.
2. Pengawetan avertebrata Tahapannya: 3. Pengawetan vertebrata Proses Pengawetan pada Pisces Kegiatan mematikan hewan dengan cara memasukannya ke larutan formalin atau alkohol pekat 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan – gerakan yang kuat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan zat : menthol (ditaburkan pada permukaan air tempat hewan itu berada), Fiksasi Yaitu menstabilkan protein penyusun jaringan sehingga setelah hewan mati jaringan tetap pada kondisi hewan masih hidup Pengawetan Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen akan mengalami pengerutan karena terbebas dari bakteri dan jamur. Lihat ukuran ikan yang akan diawetkan secara basah. Jika kecil, cukup langsung masukkan ke dalam alkohol 70 %. Jika ukurannya besar, suntikkan formalin ke dalam ikan tersebut secukupnya dan menyeluruh. Diamkan Selama 1 hari dan bilas dengan air bersih, kemudian masukkan kedalam alkohol 70 % dan wadah yang sesuai dengan ukuran ikan. Agar pengawetan maksimal, ganti alkohol setiap 3 bulan sekali atau setelah alcohol menjadi berwarna kuning kecoklatan.
4. Proses Pengawetan pada Amphibi Lihat ukuran amphibi yang akan diawetkan secara basah. Jika kecil, cukup langsung masukkan ke dalam alkohol 70 % dan disimpan kedalam wadah yang kedap uap alkohol. Jika ukurannya besar, suntikkan formalin 4% ke amphibi tersebut secukupnya dan menyeluruh. Diamkan Selama 1 hari dan bilas dengan air bersih, kemudian masukkan kedalam alkohol 70 % dan wadah yang sesuai dengan ukuran amphibi. Agar pengawetan maksimal, ganti alkohol setiap 3 bulan sekali atau setelah alkohol menjadi berwarna kuning kecoklatan.
5. Proses Pengawetan pada Reptil Pengawetan spesimen pada reptil dibagi menjadi 2, yaitu : a. Spesimen basah b. Spesimen kering(taksidermi) Taksidermi dibagi lagi menjadi 2, yaitu : - Taksidermi ilmiah sederhana Pada taksidermi sederhana, mata tidak dapat diawetkan, sehingga diganti dengan replika. Rambut specimen tetap asli, termasuk warnanya. - Taksidermi dekorasi Hewan dibuat seolah-olah sedang melakukan sesuatu/ berekspresi
Proses taksidermi ilmiah : 1. Setelah proses penangkapan di lapangan, segera suntik formalin 2. Lakukan pembedahan di bagian perut. 3. Cuci spesimen, rendam dalam air selama satu hari satu malam agar kulit tidak keras dan mudah dibentuk . 4. Isi bagian dalam perut specimen dengan borak, garam, kapur barus, dan kapas dalam keadaan basah 5. Setelah dua minggu, rapikan, dan masukkan ke dalam freezer, angin-anginkan lagi selama 2 hari. 6.Masukkan spesimen ke dalam plastik jika akan digunakan untuk koleksi di blok cabinet .
6. Proses Pengawetan pada Aves 1.Untuk dijadikan specimen, pilih hewan yang dalam kondisi bagus. Bulu lengkap, tidak dalam keadaan kawin, mengerami, atau perkembangan dari kecil ke dewasa. 2.Tangkap dengan hati-hati. Kolektor harus dapat mengenali dan membedakan anakan, remaja, dan dewasa. Penangkapan dapat menggunakan jarring, perangkap getah, sangkar, atau ditembak. Jika penangkapan menggunakan jarring, hati-hati dalam ekstraksi, agar bulu tidak tersangkut.
3. Lakukan proses pengawetan secara langsung agar warna bulu asli tetap terjaga. Jangan menyimpan specimen aves dalam cairan kimia, karena dapat melunturkan pigmen warna. Untuk sementara,masukkan aves ke dalam freezer atau ice box. 4. Lakukan pembedahan, jika yang diperlukan untuk specimen kering hanya kulitnya. Buang bagian isi/ jeroan aves, karena dapat menyebabkan proses pembusukan.Prosesnya meliputi membedah, menguliti, dan meremukkan tulang-tulang.
5. Pengeringan menggunakan oven atau matahari. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan serangga yang dapat merusak spesimen. 6. Masukkan ke dalam freezer. 7. Spesimen dibungkus plastik bening tebal dan dapat digantung di lemari spesimen. 8. Suhu ruangan harus dijaga, di bawah 23 derajat Celcius.
7. Proses Pengawetan pada Mamalia Proses Taksidermi ilmiah a. Setelah proses penangkapan di lapangan, segera suntik formalin. b. Lakukan pembedahan di bagian perut. c. Cuci spesimen, rendam dalam air selama satu hari satu malam agar kulit tidak keras dan mudah dibentuk. d. Isi bagian dalam perut specimen dengan borak, garam, kapur barus, dan kapas dalam keadaan basah. Beri ekor di bagian kawat e. Setelah dua minggu, rapikan, dan masukkan ke dalam freezer, angin-anginkan lagi selama 2 hari. f. Masukkan spesimen ke dalam plastik jika akan digunakan untuk koleksi di blok kabinet.