PPT TUGAS S2.pptx dan pengajaranya untuk

kukumacan2024 0 views 14 slides Oct 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 14
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14

About This Presentation

hhhhhh


Slide Content

Abdul Ghoni Mukhlas Ni'am (1322500020) Muhammad Irfan Anshori (1322500021) Gaung Agung R (1322500009) " Teori Law as Integrity & Teori Hukum Interpretatif Konstruktif Ronald Dworkin" Magister Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Ronal Dworkin Ronald Dworkin (1931-2013) adalah seorang filsuf hukum dan filsuf politik Amerika yang sangat berpengaruh di abad ke-20 dan awal abad ke-21. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir hukum terpenting pada masanya . Karya-Karya Utama Taking Rights Seriously  (1977) - Buku yang meluncurkan serangannya terhadap positivisme . Law's Empire  (1986) - Memperkenalkan teori "Hukum sebagai Integritas " secara lengkap . Justice for Hedgehogs  (2011) - Sintesis akhir pemikirannya tentang kesatuan nilai . Warisan dan Pengaruh Pemikiran Dworkin telah membentuk wacana hukum modern, khususnya dalam   penafsiran konstitusi  dan  teori peradilan . Karyanya terus mempengaruhi debat tentang hubungan antara   hukum dan moralitas , serta peran hakim dalam masyarakat demokratis . Meskipun dikritik oleh beberapa orang karena dianggap terlalu idealis , tidak ada yang menyangkal kedalaman dan pengaruh besar dari kontribusinya .

Hukum adalah suatu sistem aturan Pemisahan antara Hukum dan Moralitas Keberadaan "Ruang Terbuka" (Penelope's Gap) Latar Belakang Teori Ronal Dworkin Hukum adalah suatu sistem aturan .   Aturan primer (yang mengatur perilaku ) dan aturan sekunder (yang mengatur pengakuan , perubahan , dan peradilan atas aturan primer). Pemisahan antara Hukum dan Moralitas (The Separation Thesis).   Suatu hukum bisa sah secara hukum meskipun sangat tidak adil . Keadilan adalah pertanyaan terpisah . Keberadaan "Ruang Terbuka" (Penelope's Gap).  Ketika aturan tidak jelas atau tidak ada , hakim memiliki   discretion  ( kebijaksanaan ) untuk membuat hukum baru . Dalam zona ini , hakim sedikit banyak berperan sebagai legislator. Dworkin menolak ketiga proposisi ini . Baginya , hakim tidak pernah benar-benar memiliki " kebijaksanaan “ yang kuat untuk membuat hukum baru . Sebaliknya , mereka selalu terikat oleh standar hukum yang lebih luas . c c c Menolak Positivisme Hart

Inti Pemikiran Dworkin Ronald Dworkin (1931-2013) adalah salah satu filsuf hukum paling berpengaruh abad ke-20. Proyek intelektualnya adalah serangan besar-besaran terhadap Positivisme Hukum . Dworkin menolak gagasan bahwa hukum hanyalah sekumpulan aturan yang ditetapkan oleh otoritas . Sebaliknya , ia berargumen bahwa hukum juga mencakup prinsip-prinsip moral yang menjadi fondasinya .

Prinsip vs. Aturan Dworkin membedakan secara tegas antara Aturan (Rules) dan Prinsip (Principles). Aspek Aturan (Rules) Prinsip (Principles) Cara Beroperasi Berlaku "all-or-nothing" (semua atau tidak sama sekali). Jika fakta aturan terpenuhi, aturan berlaku dan jawabannya pasti. Memiliki "berat" (weight atau dimension). Prinsip dapat saling tarik-menarik, dan prinsip yang lebih "berat" akan mengungguli dalam kasus tertentu. Konflik Jika dua aturan bertentangan, salah satu harus dinyatakan tidak valid atau dibuat pengecualian. Prinsip-prinsip dapat bertentangan tanpa membuat salah satunya tidak valid. Hakim menimbang mana yang lebih penting dalam konteks kasus. Sumber Diciptakan secara sengaja oleh otoritas (Parlemen, hakim dalam putusan sebelumnya). Berevolusi dari moralitas , sejarah , dan struktur politik masyarakat . Mereka adalah " landasan " dari sistem hukum .

Studi Kasus Contoh Praktis yang Sangat Jelas : Kasus Riggs v. Palmer (1889): Seorang ahli waris membunuh pewaris ( kakeknya ) untuk mempercepat perolehan warisan . Aturan hukum positif (statute of wills) jelas : wasiat yang sah harus dilaksanakan , dan Palmer tercatat sebagai ahli waris . Pendekatan Positivis (Hart): Hakim mungkin akan melaksanakan wasiat karena aturannya jelas . Jika ingin menolak , hakim menggunakan " kebijaksanaan " untuk membuat pengecualian berdasarkan moralitas . Pendekatan Dworkin: Hakim tidak membuat hukum baru . Mereka menemukan dan menerapkan prinsip hukum yang sudah ada dalam sistem common law, yaitu : "No one shall be permitted to profit by his own fraud, or to take advantage of his own wrong" ( Tidak seorang pun boleh mengambil keuntungan dari penipuannya sendiri , atau mengambil keuntungan dari kesalahannya sendiri ). Prinsip ini mengungguli aturan tertulis dalam kasus ini . Fakta: Ahli waris membunuh pewaris Masalah : Apakah ia tetap berhak waris ? Putusan : Tidak berhak Alasannya : Prinsip "no one may profit from their own wrong"

"Hukum sebagai Integritas "? Pengertian Inti: Hukum bukan sekadar aturan , tetapi sebuah sistem yang koheren dan prinsipil , seolah-olah berasal dari suara moral masyarakat yang tunggal dan konsisten . Bagi Dworkin, hukum tidak boleh dilihat sebagai sekumpulan aturan yang kaku dan terpisah-pisah . Bayangkan hukum bukan seperti daftar perintah yang berdiri sendiri , melainkan sebagai sebuah sistem yang utuh , koheren , dan penuh dengan prinsip . Apa maksudnya ? Artinya , aturan-aturan hukum yang kita lihat — mulai dari UU hingga putusan pengadilan seharusnya merupakan cerminan dari sebuah ' suara moral' bersama dari masyarakat itu sendiri . Dan suara moral ini bukan suara yang kacau atau berubah-ubah , tetapi tunggal dan konsisten . Seolah-olah seluruh sistem hukum itu berasal dari satu sumber prinsip moral yang sama . .

"Hukum sebagai Integritas" (Law as Integrity) Ini adalah teori interpretasi yang diusulkan Dworkin, yang diyakini sebagai deskripsi terbaik tentang apa yang sebenarnya dilakukan oleh pengacara dan hakim yang baik . Tiga Prinsip Praktis Integritas : Integritas dalam Perundang-undangan (Legislative Integrity) : Pembuat undang-undang harus berusaha membuat hukum yang secara prinsipial koheren . Integritas dalam Peradilan (Adjudicative Integrity): Hakim harus menafsirkan dan menerapkan hukum dengan mengasumsikan bahwa hukum itu dikuasai oleh prinsip-prinsip yang konsisten , dan memberikan jawaban yang paling sesuai dengan keseluruhan skema prinsip tersebut . Kepatuhan : Ia menolak pandangan sederhana bahwa " hukum adalah hukum dan harus ditaati ". Sebaliknya , ia menempatkan kepatuhan hukum dalam kerangka moral dan politik yang lebih luas , di mana integritas , prinsip , dan penghormatan terhadap martabat manusia adalah nilai-nilai penentu

"TEORI HUKUM INTERPRETATIF KONSTRUKTIF RONALD DWORKIN 1. Hukum sebagai Praktik Interpretatif Hukum bukan sekadar kumpulan aturan statis Hukum adalah   praktik sosial yang dinamis  yang membutuhkan penafsiran berkelanjutan Setiap generasi berkontribusi dalam pengembangan makna hukum 2. Penolakan terhadap Model Mekanis Dworkin menolak pandangan bahwa interpretasi hukum bersifat " mekanis " Menentang gagasan bahwa hakim hanya " mesin penerap aturan " Interpretasi bukan sekadar " menemukan makna asli " pembuat undang-undang Teori Hukum Interpretatif Konstruktif merupakan jantung dari filsafat hukum Ronald Dworkin. Teori ini menawarkan pendekatan revolusioner dalam memahami hakikat hukum dan praktik penafsiran hukum . Dasar Filosofis

Metafora Sentral: Novel Berantai (Chain Novel) Konsep Dasar: Hukum seperti novel yang ditulis oleh banyak penulis secara berantai Setiap hakim adalah " penulis bab " baru Harus melanjutkan cerita yang koheren dengan bab-bab sebelumnya Implikasi Metafora : Kontinuitas :   Setiap putusan harus terkait dengan putusan sebelumnya Koherensi :  Harus menciptakan narasi hukum yang utuh Tanggung Jawab Kreatif :  Hakim berkewajiban membuat cerita menjadi bermakna

Relevansi Teori Dworkin bagi Praktisi Hukum Kontemporer Pembenaran Teoretis untuk Argumentasi Prinsipil : Pengacara tidak perlu malu menggunakan argumentasi moral dan prinsip . Dworkin memberikan dasar filsafat yang kuat untuk mengajukan argumen seperti , " Putusan yang kami mohonkan adalah satu-satunya yang konsisten dengan prinsip keadilan fundamental yang menjadi pondasi sistem hukum kita .“ Melawan Tekstualisme Sempit : Di era dimana penafsiran harfiah (textualism) dan originalism kuat , Dworkin mengingatkan kita bahwa hukum adalah sebuah "enterprise" yang dinamis . Menafsirkan undang-undang bukan hanya melihat kamus , tetapi memahami tujuannya dalam kerangka prinsip hukum yang lebih besar . Alat untuk Reformasi Hukum yang Evolusioner : Teori Dworkin menawarkan jalan untuk mereformasi hukum tanpa harus membongkarnya secara revolusioner . Hakim dapat menggunakan interpretasi konstruktif untuk secara bertahap menyesuaikan hukum dengan nilai-nilai kontemporer , sambil tetap menjaga " kesesuaian " dengan kerangka yang ada . Putusan-putusan landmark yang mengubah tafsir konstitusi sering kali menggunakan logika yang sangat Dworkinian. Standar Profesional yang Tinggi : Figur Hercules, meski tidak realistis , berfungsi sebagai cita-cita profesional (regulative ideal). Ia mengingatkan setiap hakim dan pengacara untuk selalu berusaha lebih keras : untuk mempelajari lebih banyak preseden , untuk mempertimbangkan konsekuensi moral dari posisi mereka , dan untuk berusaha membuat hukum menjadi lebih koheren

KESIMPULAN Teori Hukum sebagai Integritas dan Teori Hukum Interpretatif Konstruktif Ronald Dworkin merupakan dua sisi dari mata uang yang sama . Hukum sebagai Integritas menetapkan cita-cita normatif tentang sebuah komunitas yang diatur oleh prinsip-prinsip yang konsisten dan bermoral . Sementara itu , Interpretasi Konstruktif menyediakan metodologi untuk mewujudkan cita-cita tersebut dalam praktik peradilan sehari-hari , dengan hakim (yang diidealkan sebagai Hercules) sebagai aktor utamanya . Kedua teori ini bersama-sama membentuk sebuah tantangan yang kuat dan elegan terhadap positivisme hukum . Mereka menawarkan visi hukum yang dinamis , interpretatif , dan secara moral engaged. Meskipun menghadapi kritik atas sifatnya yang idealis , warisan Dworkin yang paling abadi adalah keberhasilannya menegaskan bahwa hukum , pada intinya , bukan sekadar soal apa yang diproklamirkan , tetapi tentang makna , prinsip , dan pencarian tanpa henti untuk mewujudkan keadilan secara koheren dalam kehidupan bersama .

Kelemahan Teori Dworkin Ketidakrealistisan dan Figur Hercules yang Terlalu Ideal Kritik : Dworkin menggantungkan teorinya pada seorang hakim super imajiner , Hercules, yang memiliki kebijaksanaan , waktu , dan pengetahuan yang tak terbatas untuk membangun teori politik yang komprehensif dan menemukan " jawaban yang benar ". Masalahnya : Hakim dalam dunia nyata adalah manusia biasa dengan keterbatasan . Mereka memiliki waktu yang terbatas untuk memutuskan ratusan kasus , kapasitas kognitif yang terbatas , dan beban kerja yang besar . Teori Dworkin tidak memberikan panduan praktis yang dapat diterapkan oleh hakim biasa . Seperti yang diakui dalam dokumen , "... sebagian besar hakim biasa tidak memiliki keterampilan super seperti Hercules...". Secara ringkas , kelemahan utama teori Dworkin terletak pada ketidakrealistisannya dalam praktik dan klaim epistemologisnya yang problematik . Teori ini dibangun di atas fondasi seorang hakim ideal yang tidak ada dalam dunia nyata ("Hercules") dan mengklaim adanya " jawaban benar " yang tidak dapat dibuktikan secara meyakinkan . Meskipun teorinya memberikan standar moral yang tinggi dan kritik yang menghancurkan terhadap positivisme sederhana , teori ini sendiri gagal memberikan panduan yang jelas , praktis , dan dapat diverifikasi untuk praktik hukum sehari-hari . Teori Dworkin mungkin menggambarkan cita-cita peradilan , tetapi bukan deskripsi yang akurat tentang bagaimana hukum benar-benar bekerja .

THANKS
Tags