praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif

dwiastutik62 16 views 3 slides Dec 08, 2024
Slide 1
Slide 1 of 3
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3

About This Presentation

praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif


Slide Content

Dwi Febri Astutik, S.Pd.,Gr.

Tugas 1.2.9 Asesmen 9
Asesmen ini mengharuskan Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini (total 1000
kata atau 10 menit). Anda dapat mengirimkan jawaban Anda dalam bentuk tulisan atau video. Anda
diharuskan untuk memberikan referensi literatur, referensi dalam teks, dan daftar referensi
menggunakan APA 7th Ed. Jika mengirimkan video, daftar referensi akan muncul sebagai layar
terakhir.
1. Apa saja praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif menurut UDL,
dengan memberikan contoh spesifik (500 kata atau 5 menit)?
2. Jelaskan nilai-nilai, praktik, dan keterampilan pribadi dan profesional Anda dalam
mengimplementasikan UDL. Beri masukan bagaimana hal ini akan memengaruhi
implementasi UDL Anda (500 kata atau 5 menit)

Salah satu kerangka kerja untuk menangani keragaman semua peserta didik dan menciptakan
kurikulum yang fleksibel yang mendukung akses, partisipasi, dan kemajuan bagi semua peserta didik
adalah Universal Design for Learning (UDL: Meyer & Rose. 2000; Rose & Meyer. 2002). Dasar dari
desain universal untuk pembelajaran (UDL) terletak pada keyakinan bahwa guru dan pengembang
kurikulum harus mengidentifikasi dan memperbaiki hambatan belajar peserta didik melalui
perencanaan pembelajaran yang efektif dengan fokus pada keterlibatan, penggunaan materi yang
fleksibel, dan pembelajaran yang dapat diakses secara bermakna. UDL mampu untuk mengurangi
kegagalan peserta didik dalam belajar dikarenakan proses pembelajaran yang diberikan pendidik akan
disesuaikan dengan peserta didik agar proses belajar mengajar menjadi lebih mudah (Firmansyah,
Toenlioe & Ulfa: 2016).
Praktik-praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif menurut UDL bertujuan
untuk memberikan berbagai cara bagi peserta didik untuk mengakses pembelajaran, berpartisipasi,
dan menunjukkan pemahaman mereka, dengan tetap mempertimbangkan keberagaman peserta didik.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip UDL, pengajaran menjadi lebih mudah untuk disesuaikan,
peserta didik dapat belajar dengan cara yang paling sesuai untuk mereka, dan hasil belajar pun lebih
maksimal bagi semua jenis pembelajar. Lingkungan belajar yang inklusif memungkinkan setiap
peserta didik merasa dihargai, terlibat, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
Berikut adalah beberapa praktik yang memfasilitasi lingkungan dan interaksi yang inklusif menurut
prinsip UDL.
1. Fleksibilitas yang pertama adalah dalam penyampaian materi. Salah satu prinsip UDL
adalah representasi. Dari prinsip representasi dan penggunaan multimedia dalam
pembelajaran, harapannya peserta didik dapat mengakses materi dengan cara yang paling
sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini bisa mencakup penggunaan video, audio, teks, grafik,
dan alat pembelajaran berbasis teknologi untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan
kemampuan peserta didik. Pada praktik pengajaran Bahasa Indonesia, saya biasa
menggunakan beragam teks dari sumber yang berbeda-beda. Ada dalam bentuk audio, teks,
bahkan teks yang bersumber dari video untuk materi.
2. Fleksibilitas dalam berpartisipasi. Saya biasa membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok kecil secara heterogen. Menggunakan kolaborasi untuk mendukung interaksi antar
peserta didik dan memfasilitasi saling pengertian serta dukungan sosial. Peserta didik dapat
memilih untuk bekerja dalam kelompok atau memilih untuk menyelesaikan sendir, atau
bekerja secara individu sesuai dengan preferensi dan kenyamanan mereka. Contoh yang sudah
pernah saya lakukan adalah peserta didik akan mengekspresikan hasil pemahaman mereka
terhadap suatu materi dengan memilih mempresentasikan secara tertulis maupun lisan.

Dwi Febri Astutik, S.Pd.,Gr.

3. Fleksibilitas dalam menciptakan lingkungan belajar. Menciptakan lingkungan fisik yang
mendukung semua jenis pembelajaran dan memungkinkan interaksi yang inklusif dengan
memastikan bahwa kursi, meja, dan peralatan dapat diakses oleh semua peserta didik. Begitu
juga dengan menyediakan perangkat teknologi yang membantu, seperti proyektor, alat
pengeras su, atau perangkat keras lainnya. Yang bisa saya lakukan jika pembelajaran sudah
tidak kondusif dalam ruang kelas, saya akan mengajak peserta didik untuk belajar di luar kelas
atau di ruang perpustakaan. Dengan begitu mereka akan antusias dan lebih nyaman untuk
belajar. Selain itu, saya akan memberikan proyek dan peserta didik bisa membagi peran
mereka masing-masing dalam kelompok sehingga mereka seluruhnya bisa aktif.
Mengimplementasikan Universal Design for Learning (UDL) dalam praktik pendidikan
membutuhkan pemahaman mendalam tentang nilai -nilai, keterampilan, dan praktik yang akan
mendukung terciptanya lingkungan yang inklusif dan responsif terhadap beragam kebutuhan peserta
didik. Dalam menjawab pertanyaan ini, saya akan menjelaskan nilai-nilai, praktik, dan keterampilan
pribadi dan profesional saya, serta bagaimana hal ini dapat memengaruhi implementasi UDL dalam
konteks pembelajaran.
1. Nilai-nilai dalam Implementasi UDL
a. Keadilan. Nilai pertama yang saya pegang teguh adalah keadilan, yang berarti memberi
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik untuk mengakses dan berpartisipasi
dalam pembelajaran, terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka. Semua peserta
didik memiliki hak yang sma untuk mendapat pengajaran yang layak dan aman. Dalam
konteks UDL, ini berarti memanfaatkan pendekatan yang memperhitungkan perbedaan
individu dan memberikan berbagai cara bagi peserta didik untuk belajar dan menunjukkan
pemahaman mereka.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Nilai ini mendorong saya untuk selalu mencari cara agar
setiap peserta didik, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus, dapat belajar dengan cara
yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Saya akan terus menyesuaikan strategi pengajaran
dengan memperhatikan faktor-faktor seperti keterbatasan fisik, gaya belajar, bahasa yang
digunakan, dan tingkat kesiapan peserta didik.
b. Keterbukaan dan Empati. Sebagai pendidik, saya percaya bahwa keterbukaan terhadap
berbagai perspektif dan empati terhadap kondisi peserta didik sangat penting. UDL
menekankan bahwa setiap peserta didik memiliki cara belajar yang unik, dan kita harus siap
mendukung mereka dalam mengatasi hambatan yang mereka hadapi. Hal ini memerlukan
rasa empati yang mendalam untuk memahami tantangan yang dialami peserta didik.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Keterbukaan dan empati akan membantu saya untuk
lebih fleksibel dalam mendesain pembelajaran, sehingga saya dapat menciptakan pengalaman
belajar yang lebih adaptif. Saya akan lebih terbuka untuk mendengarkan masukan dari peserta
didik mengenai cara mereka belajar dan berusaha menyesuaikan metode pembelajaran yang
bisa memfasilitasi kebutuhan mereka.
2. Praktik dalam Implementasi UDL
a. Pendekatan Diferensiasi. Dalam mengimplementasikan UDL, saya percaya pada pentingnya
pendekatan diferensiasi dalam pembelajaran. Dengan memperkenalkan berbagai cara
penyampaian materi, saya dapat memastikan bahwa peserta didik dengan berbagai
kemampuan dan gaya belajar tetap bisa mengakses materi pembelajaran dengan efektif.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Dalam praktiknya, saya akan menyediakan berbagai
sumber daya dan materi yang memungkinkan peserta didik memilih cara yang paling sesuai
dengan cara mereka belajar. Ini bisa termasuk penggunaan multimedia, infografis,
audiobooks, atau alat digital yang mendukung aksesibilitas, sehingga semua peserta didik
memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Dwi Febri Astutik, S.Pd.,Gr.

b. Kolaborasi dan Diskusi Terbuka. Kolaborasi antar peserta didik dan diskusi terbuka adalah
kunci dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Saya akan mengintegrasikan kegiatan
kelompok yang memungkinkan peserta didik saling berbagi pengetahuan, berdiskusi, dan
memberikan umpan balik konstruktif kepada satu sama lain.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Kegiatan diskusi dan kolaborasi ini memberikan ruang
bagi peserta didik untuk belajar bersama, yang sekaligus membantu mereka belajar saling
menghargai perbedaan. Praktik ini akan memungkinkan saya menciptakan pengalaman
pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif, sesuai dengan prinsip UDL yang
mengutamakan keterlibatan aktif peserta didik.
c. Pemberian Umpan Balik yang Konstruktif. Pemberian umpan balik yang konstruktif dan
terarah merupakan bagian penting dari proses pembelajaran yang inklusif. Umpan balik yang
diberikan secara teratur membantu peserta didik memahami kekuatan dan area yang perlu
diperbaiki dalam pembelajaran mereka.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Dengan memberi umpan balik secara berkelanjutan dan
dalam berbagai format—baik secara verbal, tertulis, atau digital—saya dapat lebih mudah
beradaptasi dengan cara peserta didik memproses informasi dan memberi mereka kesempatan
untuk mengoreksi dan meningkatkan pembelajaran mereka.
3. Keterampilan Pribadi dan Profesional
a. Kemampuan untuk Beradaptasi dan Fleksibilitas. Dalam mengimplementasikan UDL,
fleksibilitas adalah keterampilan yang sangat penting. Saya perlu siap untuk mengubah
strategi pengajaran saya berdasarkan respons dan kebutuhan peserta didik yang terus
berkembang.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Kemampuan beradaptasi ini memungkinkan saya untuk
menyesuaikan tempo, materi, atau metode pembelajaran sesuai dengan umpan balik yang saya
terima dari peserta didik. Fleksibilitas juga memungkinkan saya untuk menciptakan suasana
yang lebih terbuka dan tidak kaku, sehingga peserta didik merasa lebih aman untuk belajar
dengan cara yang sesuai dengan mereka.
b. Penguasaan Teknologi Pendidikan. Teknologi memainkan peran penting dalam penerapan
UDL, dan penguasaan teknologi pendidikan menjadi keterampilan profesional yang tak
terelakkan. Penggunaan aplikasi dan platform digital yang mendukung aksesibilitas sangat
mendukung dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif.
Pengaruh pada Implementasi UDL: Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif, saya
dapat memberi peserta didik lebih banyak pilihan dalam cara mereka mengakses materi,
berpartisipasi dalam kelas, dan menunjukkan pemahaman mereka. Misalnya, saya bisa
menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis game atau platform pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan cara yang lebih menarik dan sesuai dengan
kebutuhan mereka.


DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, B.H., Toenlioe, A.J.E., & Ulfa, S. (2016). Universal Design for Learning Sebagai Sarana
Untuk Memfasilitasi Perbedaan Gaya Belajar Peserta Didik Dalam Belajar. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pembelajaran dan Psikologi Pendidikan. Malang: PPs UM.
Rose & Meyer. (2002). Teaching Every Student in The Digital Age: Universal Design for Learning.
Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.