Presentasi Proposalgggggggggggggggggg.ppt

VincentSetiawan4 0 views 39 slides Sep 27, 2025
Slide 1
Slide 1 of 39
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39

About This Presentation

Biofilm


Slide Content

www.company.com
Company
LOGO
www.company.com
FORMASI BIOFILM IN VITRO
Streptococcus uberis PENYEBAB
MASTITIS KRONIS PADA SAPI PERAH
By
Vincent
Setiawan, drh
PROPOSAL TESIS

www.company.com
Company
LOGO
1.1 Latar Belakang Masalah
•Susu merupakan bahan pangan yang tinggi gizi, juga
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
termasuk kuman penyebab mastitis (Estoepangestie
dan Effendi, 2004).
•Mastitis adalah radang pada ambing yang sering
disebabkan oleh bakteri yang memicu terjadinya
keradangan tersebut (Hulsen dan Lam, 2008).
•Mastitis merupakan penyakit infeksi yang paling sering
ditemukan pada peternakan sapi perah. Penyakit ini
sangat merugikan bagi industri peternakan sapi perah
karena mengakibatkan penurunan produktifitas ternak.
•Penurunan produktifitas ternak disebabkan oleh
penurunan kualitas maupun kuantitas susu yang
dihasilkan, juga pada beberapa kasus kerugian dapat
terjadi karena pengafkiran dini pada ternak yang
dianggap tidak produktif
Bab
I
PENDAHULUAN
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
By
Vincent
Setiawan, drh
•Kerugian juga terjadi karena penggunaan antibiotik, sehingga
susu yang dihasilkan tidak dapat dikonsumsi sampai berakhirnya
periode withdrawal
•Prevalensi mastitis di daerah Jawa Timur cukup tinggi yaitu
berkisar antara 80-86 %. Tingginya angka prevalensi mastitis
tersebut disebabkan oleh jeleknya sistem sanitasi pembuangan
kotoran di area peternakan (Effendi, 2008; Effendi, 2009).
•Winarso (2008), melihat angka kejadian mastitis subklinis di
daerah jalur industri sapi perah Malang-Pasuruan Jawa Timur
dimana prevalensinya berkisar antara 12-22 %
•Sedangkan di daerah Magelang Jawa Tengah angka kejadian
mastitis subklinis sebesar 70 % dan klinis hanya 10 % (Dian et
al., 2010).
1.1 Latar Belakang Masalah

www.company.com
Company
LOGO
1.1 Latar Belakang Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Berdasarkan asal organisme penyebab mastitis, mastitis dapat
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu mastitis kontagius dan
mastitis lingkungan.
•Mastitis kontagius disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menetap
didalam ambing dan penularannya lewat susu dari hewan yang
terinfeksi yang kemudian menempel pada alat perah atau tangan
pemerah kemudian masuk ke dalam ambing sapi sehat.
•Bakteri-bakteri yang menyebabkan mastitis kontagius antara lain
Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae,
Corynebacterium bovis dan Mycoplasma spp.
•Mastitis lingkungan merupakan mastitis yang disebabkan oleh
organisme-organisme yang berada di lingkungan antara lain
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Streptococcus uberis,
Streptococcus dysgalactiae, Arcanobacterium pyogenes, Yeast,
Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aurigenosa, dan lain-lain.

www.company.com
Company
LOGO
1.1 Latar Belakang Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Kejadian mastitis karena Streptococci-lingkungan semakin
meningkat di industri sapi perah.
•Ini terlihat pada angka kejadian mastitis subklinis di daerah
Purwodadi Pasuruhan Jawa Timur, dimana Streptococcus spp
menduduki peringkat kedua pada prosentase patogen penyebab
mastitis pada sapi perah (Estoepangestie et al., 2002).
•Demikian juga yang terjadi di daerah Grati Pasuruan Jawa Timur,
dimana Streptococcus spp masih menjadi kuman kedua
terbanyak dari total isolat bakteri yang dikultur dari sampel sapi
mastitis yaitu sebesar 25 %, dengan Stretococcus uberis salah
satu spesies dominan yang ditemukan dari total isolat
Streptococcus spp (Iman, 2008).
•Melihat tingginya angka kejadian tersebut dapat disimpulkan
penanggulangan mastitis oleh Streptococci-lingkungan
khususnya S. uberis belum optimal.

www.company.com
Company
LOGO
1.1 Latar Belakang Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Streptococcus uberis merupakan Streptococcus spesies yang
paling sering diisolasi dari ambing sapi perah (National Mastitis
Council, 1999).
•Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus uberis seringkali
berlanjut menjadi kasus kronis dan persisten yang di tandai
dengan mastitis berulang-ulang di puting yang sama dan tidak
responsif terhadap terapi antibiotik (Moore, 2009).
•Patogenesis kejadian mastitis oleh Streptococcus uberis belum
sepenuhnya dipahami. Bakteri ini adalah bakteri yang mampu
bereplikasi di dalam lingkungan, ketika bakteri tersebut masuk
kedalam ambing proses terjadinya mastitis belum sepenuhnya
dipahami baik pada heifer maupun pada kondisi beberapa kali
laktasi (Tillman., 2006).

www.company.com
Company
LOGO
1.1 Latar Belakang Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Streptococcus uberis merupakan Streptococcus spesies yang
paling sering diisolasi dari ambing sapi perah (National Mastitis
Council, 1999).
•Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus uberis seringkali
berlanjut menjadi kasus kronis dan persisten yang di tandai
dengan mastitis berulang-ulang di puting yang sama dan tidak
responsif terhadap terapi antibiotik (Moore, 2009).
•Patogenesis kejadian mastitis oleh Streptococcus uberis belum
sepenuhnya dipahami. Bakteri ini aalah bakteri yang mampu
bereplikasi di dalam lingkungan, ketika bakteri tersebut masuk
kedalam ambing proses terjadinya mastitis belum sepenuhnya
dipahami baik pada heifer maupun pada kondisi beberapa kali
laktasi (Tillman., 2006).

www.company.com
Company
LOGO
By
Vincent
Setiawan, drh
1.1 Latar Belakang Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Kejadian mastitis kronis oleh Streptococcus uberis dihubungkan
dengan kemampuan bakteri tersebut untuk membentuk biofilm in
vitro (Moore, 2009; Varhimo et al., 2011).
•Biofilm adalah suatu komunitas sel bakteri yang terstruktur dan
saling menempel, dimana bakteri-bakteri tersebut mampu
memproduksi matriks polimer dan mampu melekat pada
permukaan biologis maupun benda mati (Oliveira et al., 2006;
Melchior et al., 2006; Varhimo et al., 2011).
•Formasi ini membuat bakteri pembuat biofilm mampu bertahan
terhadap lingkungan ekstrim yang membahayakan bakteri
tersebut. Bakteri di dalam biofilm mampu bertahan terhadap
antibiotik, desinfektan, bahkan mampu tahan terhadap sistem
immunitas hospesnya (Oliveira et al., 2006; Melchior et al., 2006).

www.company.com
Company
LOGO
By
Vincent
Setiawan, drh
1.2 Identifikasi Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Adanya persistensi pada kejadian mastitis menambah daftar
kerugian yang disebabkan oleh penyakit ini mulai dari biaya
pengobatan, menurunnya produksi susu, terbuangnya susu
karena penggunaan antibiotik sampai pengafkiran ternak karena
dianggap tidak produktif
•Persistensi dan kejadian mastitis kronis yang disebabkan oleh
Streptococcus uberis ditengarai karena terbentuknya formasi
biofilm. Dimana bakteri tersebut mampu memproduksi matriks
polimer yang membuat koloninya mampu melekat pada
permukaan biotik maupun abiotik (Moore, 2009; Varhimo et al.,
2011).
•Telah diketahui bahwa bakteri yang mampu memproduksi biofilm
berhubungan dengan penyakit infeksi yang kronis.

www.company.com
Company
LOGO
By
Vincent
Setiawan, drh
1.2 Identifikasi Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Sejak awal tahun 1990-an telah dibuktikan bahwa bakteri yang
menyebabkan penyakit pada manusia mampu membentuk biofilm
seperti pada Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
(penyebab infeksi yang berhubungan dengan fasilitas rumah
sakit), E. coli (Prostatitis bakterial, infeksi saluran empedu),
Stretococcus spp. (caries gigi, periodontitis, endocarditis,
meningitis, dan pneumonia). Bakteri-bakteri tersebut juga
merupakan bakteri penyebab mastitis pada sapi perah (Melchior
et al., 2006).
•Demikian pula telah diketahui bahwa beberapa streptococci dari
grup-mitis (Streptococcus mutan dan Streptococcus pneumonia)
mampu membentuk biofilm (Varhimo et al., 2011).
•Penelitian lain menyebutkan bahwa hampir 65% infeksi mastitis
oleh Staphylococcus aureus berhubungan dengan produksi
formasi biofilm (Ymele-Leki and Ross, 2007).

www.company.com
Company
LOGO
By
Vincent
Setiawan, drh
1.2 Identifikasi Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
•Sejak awal tahun 1990-an telah dibuktikan bahwa bakteri yang
menyebabkan penyakit pada manusia mampu membentuk biofilm
seperti pada Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
(penyebab infeksi yang berhubungan dengan fasilitas rumah
sakit), E. coli (Prostatitis bakterial, infeksi saluran empedu),
Stretococcus spp. (caries gigi, periodontitis, endocarditis,
meningitis, dan pneumonia). Bakteri-bakteri tersebut juga
merupakan bakteri penyebab mastitis pada sapi perah (Melchior
et al., 2006).
•Demikian pula telah diketahui bahwa beberapa streptococci dari
grup-mitis (Streptococcus mutan dan Streptococcus pneumonia)
mampu membentuk biofilm (Varhimo et al., 2011).
•Penelitian lain menyebutkan bahwa hampir 65% infeksi mastitis
oleh Staphylococcus aureus berhubungan dengan produksi
formasi biofilm (Ymele-Leki and Ross, 2007).

www.company.com
Company
LOGO
Picture slide
By
Vincent
Setiawan, drh
By
Vincent
Setiawan, drh
1.3 Rumusan Masalah
By
Vincent
Setiawan, drh
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
1.Apakah Streptococcus uberis yang diisolasi dari
kasus mastitis kronis mampu membentuk
formasi biofilm secara in vitro?
2.Bagaimanakah karakteristik biofilm
Streptococcus uberis yang dibentuk secara in
vitro?

www.company.com
Company
LOGO
Picture slide
By
Vincent
Setiawan, drh
By
Vincent
Setiawan, drh
1.4 Tujuan Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor virulensi Streptococcus uberis
yang membuat bakteri tersebut mampu bertahan
dalam waktu yang cukup lama didalam ambing
sehingga mampu menimbulkan infeksi kronis
Tujuan Khusus
1.Untuk menemukan hubungan infeksi mastitis kronis
Streptococcus uberis dan kemampuannya membentuk
formasi biofilm secara in vitro
2.Untuk melihat karakteristik fenotip formasi biofilm
Streptococcus uberis yang terbentuk secara in vitro

www.company.com
Company
LOGO
Picture slide
By
Vincent
Setiawan, drh
By
Vincent
Setiawan, drh
1. 5 Manfaat Hasil Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Manfaat Praktis
Memberikan gambaran pola tentang mekanisme terjadinya
infeksi mastitis kronis oleh bakteri Streptococcus uberis
sehingga dapat dicarikan solusi untuk penanganan,
pengendalian dan pencegahannya
Manfaat Teoritis /Keilmuan
1.Memberikan informasi, khususnya informasi tentang
bakteri penyebab mastitis pada sapi perah.
2.Memperkaya khazanah pengetahuan mengenai bakteri
penyebab mastitis khususnya mengenai biofilm.

www.company.com
Company
LOGO
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
•Streptococcus uberis merupakan salah satu penyebab
utama mastitis lingkungan. Bakteri ini mampu
menyebabkan mastitis kronis yang sangat sulit diobati dan
cukup merugikan bagi industri sapi perah (Moore, 2010).
Infeksi bakterial yang persisten dan berulang-ulang sering
dihubungkan dengan kemampuan bakteri dalam
membentuk formasi biofilm (Davey dan O'toole, 2000;
Melchior et al., 2006).
•Biofilm adalah suatu komunitas sel bakteri yang terstruktur
dan rapat di dalam suatu matrix polimer yang diproduksi
sendiri serta menempel pada permukaan biotik maupun
abiotik (Davey dan O'toole, 2000; Melchior et al., 2006).
•Tahap pembentukan biofilm diawali dari menempelnya
bakteri planktonic pada suatu permukaan yang kemudian
terjadi perekatan antara permukaan tersebut dengan sel
bakteri. Terjadinya pembelahan biner bakteri akan lebih
menguakan perlekatan yang telah ada. Kemudian sel-sel
yang sudah melekat tadi menghasilkan exopolysaccharides
atau slime yang mengakibatkan terjadinya penggumpalan
terhadap kumpulan sel bakteri ersebut. Selanjutnya terjadi
pematangan biofilm (Melchior et al., 2006).
Bab
III
KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
•Telah diketahui kemampuan memproduksi biofilm pada
Streptococci dari grup mitis seperti Streptococcus mutan
dan Streptococcus pneumonia. Pada infeksi Streptococcus
uberis belum bisa dibuktikan, padahal sudah banyak
penelitian mengenai protein permukaan sel bakteri ini
(Plasminogen activator protein, Molekul adesi SUAM,
lipoprotein antigen MtuA dan Oligopeptida transport sistem
OppA) yang memungkinkan S. uberis untuk memproduksi
formasi biofilm (Verhimo et al., 2010).
•Selain diperantarai oleh protein permukaan bakteri
perlekatan juga dipengaruhi oleh molekul-molekul yang di
sekresikan oleh sel hospesnya (Otto, 2004; Varhimo et al.,
2011). Beberapa penelitian menunjukan bahwa susu dan
protein-protein susu seperti kasein dan lactoferin
mempengaruhi perlekatan sel bakteri S. Uberis pada
permukaan sel hospesnya (Almeida et al., 2005; Verhimo et
al., 2011).
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
3. 2 Hipotesis Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan serta
disesuaikan dengan masalah penelitian, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.Streptococcus uberis yang diisolasi dari kasus
mastitis kronis mampu menghasilkan slime yang
merupakan indikasi pertama pembentukan formasi
biofilm
2.Streptococcus uberis yang diisolasi dari kasus
mastitis kronis mampu membentuk formasi biofilm
secara in vitro
3.Formasi biofilm Streptococcus uberis yang dibentuk
secara in vitro mempunyai karakteristik yang khas
4.Penambahan lactoferin akan meningkatkan
kemampuan Streptococcus uberis dalam membentuk
biofilm secara in vitro

www.company.com
Company
LOGO
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Bab
IV
MATERI DAN
METODE
By
Vincent
Setiawan, drh
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
laboratorium dengan dengan latar belakang kasus
studi. Penelitian akan dilakukan selama empat
bulan Dilakukan mulai bulan Juli-Oktober 2011,
bertempat di dua tempat yaitu Laboratorium
Kesehatan Hewan milik salah satu perusahaan di
bidang dairy di Malang dan Tropical Desease
Center (TDC) Universitas Airlangga Surabaya.

www.company.com
Company
LOGO
4. 2 Sampel Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Asal Sampel dan Definisi Kasus
•Sampel yang dipakai untuk penelitian adalah: isolat
lapangan Streptococcus uberis. Isolat berasal dari kasus
mastitis klinis yang diisolasi dari bulan Mei-Juli 2011.
•Isolat yang dipakai sebagai sampel dipilih berdasarkan pada
bentuk kasus mastitis yang terjadi, diutamakan dari kasus
mastitis kronis.
•Mastitis klinis dan kronis didefiniskan menurut Gonzalez et
al. (1990)
Preparasi Sampel
•Untuk kultur dan subkultur semua sampel yang digunakan
Todd-Hewitt Broth (THB) dan Tryptose blood agar 5 %
dengan suplementasi darah sapi yang telah dicuci dengan
PBS tiga kali dan diambil eritositnya.
•Untuk kontrol positif biofilm digunakan kultur standard
Staphylococcus aureus ATCC25923 sedang untuk kontrol
negatif biofilm digunakan Staphylococcus epidermidis
ATCC12228. Untuk identifikasi S uberis digunakan kontrol
positif kultur standard Streptococcus uberis ATCC700407

www.company.com
Company
LOGO
4. 3 Variabel Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Klasifikasi Variabel
•Variabel Bebas : Isolat S uberis
yang diisolasi dari kasus mastitis
kronis
•Variabel Tergantung : Kemampuan
S uberis membentuk formasi biofilm
•Variabel Kendali : Metode yang
dipakai untuk pemeriksaan biofilm
•Variabel Intervering : Dosis
penambahan lactoferrin pada media
biofilm

www.company.com
Company
LOGO
4. 3 Variabel Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Definisi Variabel
1.Kasus mastitis kronis dalam penelitiian ini adalah kejadian
mastitis pada satu kuarter lebih dari satu kali dan disolasi
bakteri yang sama atau tidak terdapat pertumbuhan bakteri
pada sampel kasus mastitis pada kejadian berikutnya
(Gonzalez et al., 1990).
2.Karakteristik biofilm pada penelitian ini adalah peran protein
ekstraseluler dan lactoferin binding protein dalam
pembentukan formasi biofilm.
3.Lactoferin yang dimaksud dalam penelitian ini lactoferin
yang diisolasi asal kolostrum sapi buatan Sigma ( L4765).
4.Uji Congo Red Agar (CRA) yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah uji kemampuan bakteri dalam menghasilkan
slime dengan cara melakukan penanaman pada media
CRA (Mariana et al., 2009).
5. Uji Mikrotiter Plate yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah uji pembentukan biofilm dengan melekatkan pada
dasar permukaan well plate mikrotiter 96 well (Merritt et al.,
2005).

www.company.com
Company
LOGO
4. 4 Prosedur Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Identifikasi Bakteri dan Uji Sensitifitas
•Identifikasi dilakukan menurut standart NMC (1999)
yaitu dengan melihat karakteristik koloni di dalam blood
agar dan dilanjutkan melihat karakteristik sel dengan
pewaranaan gram kemudian diteruskan dengan uji
biokimia.
•Uji biokimia yang akan dilkukan meliputi uji katalase,
hidrolisis esculin, sodium hipurat, CAMP test, dan
fermentasi inulin ditambah dengan pertumbuhan di
dalam bile esculine azide agar (BEA-agar).
•Uji sensitifitas dilakukan untuk menentukan kejadian
kronis bukan karena terjadi resistensi terhadap antibiotik
yang digunakan untuk terapi. Oleh karena itu uji
sensitifitas antibiotik dilakukan terhadap antibiotik yang
beredar di pasaran seabagai obat intramammary. Uji
sensitifitas dilakukan dengan metode modified Kirbie-
Bauer menurut Wu (1995).

www.company.com
Company
LOGO
4. 3 Prosedur Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Metode Congo Red Agar (CRA)
•Komposisi media disiapkan menurut Mariana et al.
(2009) dimana digunakan Blood Agar Based no 2
(oxoid) sebanyak 40 gram, Congo Red Dye 0,4 gram,
glukosa 10 gram dan aquabidest 1000 mL.
•Semua sampel kemudian di tanam didalam media dan
diinkubasi selama 24 sampai 72 jam pada temperatur
37
o
C. Hasil positif akan terlihat berwarna hitam pada
koloni disertai garis kristal yang kering. Koloni yang
berwarna hitam tanpa garis kristal dianggap negatif .

www.company.com
Company
LOGO
4. 4 Prosedur Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Metode Mikrotiter Plate Biofilm
•Setiap sampel termasuk positif dan negatif kontrol diambil satu koloni
dan diinokulasikan kedalam 5 mL THB.
•Kemudian diinkubasi di dalam shaker inkubator pada suhu 37
o
C selama
satu malam. Pada hari berikutnya kultur tersebut diencerkan 1:100 di
dalam media THB.
•Plat mikrotiter steril dengan flat bottom 96-well dinokulasi dengan kultur
yang telah diencerkan sebanyak 100 µL dan diinkubasi selama 48 jam.
•Setelah 48 jam dilakukan pencucian dengan phosphate buffer saline
(PBS) sebanyak 4 kali untuk menghilangkan bakteri planctonic.
Kemudian dilakukan fiksasi panas selama satu jam pada temperatur 60
o
C.
•Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan kristal violet 0,5%
sebanyak 100 µL dan diinkubasi di dalam temperatur ruangan selama
15 menit.
•Cairan sisa pewaranaan dicuci dengan air, kemudian dikeringkan dan
ditambahkan cairan campuran 10 % metanol dan 7,5 % acetic acid
sebanyak 100 µL.
•selanjutnya diletakan dalam mikroplate reader untuk dibaca absorbant-
nya pada panjang gelombang 563 nm
•Setiap prosedur dan kontrol dilakukan satu sampel pada 4 well dan
dilakukan pada 2 plate.

www.company.com
Company
LOGO
4. 4 Prosedur Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Penambahan Lactoferrin
Prosedur perlaksaan prinsipnya sama dengan mikrotiter
plate biofilm penambahan lactoferin sebanyak 0,5 % dan
5% dari media pengencer untuk pertumbuhan biofilm.
Setiap prosedur dan kontrol dilakukan satu sampel pada
4 well dan dilakukan pada 2 plate.
Penambahan Proteinase K
Kultur biofilm dalam plate mikrotiter yang telah matang
(diinkubasi + 3 hari) dicuci dua kali dengan PBS dan
ditambahkan proteinase K 1 μg/mL didalam 100 mM
Tris-HCl (pH 8.0) selama 24 jam pada suhu 37
oC.
Selanjutnya diwarnai dengan kristal violet seperti
metode mikrotiter plate. prosedur dan kontrol dilakukan
satu sampel pada 4 well dan dilakukan pada 2 plate.

www.company.com
Company
LOGO
4. 4 Prosedur Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh
Penambahan Lactoferrin
Prosedur perlaksaan prinsipnya sama dengan mikrotiter
plate biofilm penambahan lactoferin sebanyak 0,5 % dan
5% dari media pengencer untuk pertumbuhan biofilm.
Setiap prosedur dan kontrol dilakukan satu sampel pada
4 well dan dilakukan pada 2 plate.
Penambahan Proteinase K
Kultur biofilm dalam plate mikrotiter yang telah matang
(diinkubasi + 3 hari) dicuci dua kali dengan PBS dan
ditambahkan proteinase K 1 μg/mL didalam 100 mM
Tris-HCl (pH 8.0) selama 24 jam pada suhu 37
oC.
Selanjutnya diwarnai dengan kristal violet seperti
metode mikrotiter plate. prosedur dan kontrol dilakukan
satu sampel pada 4 well dan dilakukan pada 2 plate.

www.company.com
Company
LOGO
4. 5 Analisis Data
By
Vincent
Setiawan, drh
•Untuk kemampuan pembentukan biofilm, hasil
dinyatakan dalam persentase positif dan negatif untuk
CRA dan positif, positif lemah dan negatif untuk
Mikrotiter plate. Pada metode mikrotiter plate digunakan
nilai cut off sebagai penentuannya. Nilai cut off seperti
pada penentuan cut off ELISA

•Strain dinyatakan negatif jika nilai optical density (OD) di
bawah nilai cut off-nya, positif lemah jika nilai OD
diantara nilai cut off dan dua kali nilai cut off, dan positif
jika nilai OD nya sama dengan atau lebih dari dua kali
nilai cut off.
•Untuk perlakuan Lactoferin maupun Protenkinase K
dilakukan uji ANOVA satu arah terhadap nilai OD-nya.
Cut Off = Kontrol (+) - Kontrol (-)
Sampel – Kontrol (-)

www.company.com
Company
LOGO
4. 6 Kerangka Operasional Penelitian
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
Hasil Sementara
By
Vincent
Setiawan, drh
•Sejauh ini telah ditemukan 5 isolat S uberis
(penamaan isolat sesuai dengan ID sapi )
Isolat Tanggal Mastitis
12002 14 Juni 2011
8526 7 Juni 2011
11625 31 Mei 2011
10190 8 Juni 2011
11406 28 Mei 2011

www.company.com
Company
LOGO
•Pengecekan histori mastitis dilakukan lewat program Dairy Comp 305
Hasil Sementara

www.company.com
Company
LOGO

www.company.com
Company
LOGO

www.company.com
Company
LOGO

www.company.com
Company
LOGO
Hasil Sementara
By
Vincent
Setiawan, drh
•5 isolat S uberis pada akhir Mei hingga Juni
2011 hanya 2 yang berhubungan dengan
mastitis kronis
•Yaitu Isolat 10190 dan 8526

www.company.com
Company
LOGO
•Uji Biokimia
Hasil Sementara
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
•Uji CRA
Hasil Sementara
By
Vincent
Setiawan, drh

www.company.com
Company
LOGO
Atas Perhatiannya Saya Ucapkan Terimakasih
Saran dan Kritik tentang tulisan ini sangat saya
harapkan
By
Vincent
Setiawan, drh
Tags