Presentasi Referat_Muhammad Aswan Faqih.pdf

aswanfaqih1 12 views 19 slides Sep 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

Ppt tentang thalasemia


Slide Content

Penggunaan Statin Pada
Sindrom Koroner Akut
Referat

Dosen Pembimbing:
dr. Djoen Herdianto., Sp.JP(K)
Oleh:
Muhammad Aswan Faqih
2410017113

BAB 1 Obat Statin
Statin merupakan obat penurun kolesterol darah yang
menjadi lini pertama dalam terapi dislipidemia dan
pencegahan primer serta sekunder penyakit
kardiovaskular aterosklerosis (Endotext Editorial Board,
2020).
Obat ini bekerja dengan menghambat konversi
Hydroxymethylglutaryl-CoA (HMG-CoA) menjadi
prekursor kolesterol, mevalonat, melalui penghambatan
enzim HMG-CoA reduktase. Berbagai penelitian
randomised trial statin secara signifikan dapat
menurunkan tingkat kejadian penyakit koroner mayor,
revaskularisasi koroner, dan stroke sekitar 20% per
mmol/L penurunan kolesterol LDL (Cholesterol
Treatment Trialists’ Collaboration [CTT], 2020a; CTT,
2020b).

Perbedaan struktur statin bisa dilihat dari struktur cincin dan substituennya, dan perbedaan
struktur ini mempengaruhi baik farmakokinetik maupun farmakodinamiknya, yaitu (Simatupang,
Abraham. 2020) :
1.Afinitas untuk situs aktif HMGR
2.Rasio yang masuk ke jaringan hati dan non-hepatik
3.Ketersediaan dalam sirkulasi sistemik untuk penyerapan ke
4.jaringan non-hepatik
5.Rute dan mode transformasi dan eliminasi metabolik
Statin tipe 1 ; statin yang telah menggantikan struktur cincin dekalin yang menyerupai statin pertama yang
pernah ditemukan, Statin yang termasuk dalam grup ini adalah lovastatin, pravastatin, dan simvastatin.
Statin tipe 2 ; statin yang sepenuhnya sintetis dan memiliki kelompok yang lebih besar yang terkait dengan
bagian seperti HMG, Statin yang termasuk dalam grup ini adalah fluvastatin, cerivastatin, atorvastatin, dan
rosuvastatin.
BAB 1 Obat Statin

BAB 1 Obat Statin

Simvastatin ●Agen penurun lipid sintetik, berasal dari fermentasi Aspergillus terreus.
●Derivat dari lovastatin; inhibitor kompetitif kuat HMG-CoA reduktase.
●Meningkatkan reseptor LDL hati → meningkatkan uptake LDL.
●Bukti efektivitas: Scandinavian Simvastatin Survival Study (4S).
●Absorpsi oral ±85%, konsentrasi lebih tinggi di hati.
●Metabolisme lintas pertama ekstensif → bioavailabilitas rendah.
●Cmax: 1,3–2,4 jam setelah pemberian oral.
Pravastatin ●Berasal dari transformasi mikroba mevastatin.
●Memiliki cincin terbuka + gugus 6’-hidroksil → tidak perlu aktivasi in vivo.
●Potensi lebih rendah, namun hidrofilik → lebih selektif ke hati, efek samping lebih sedikit.
●Absorpsi cepat, Cmax: 1–1,5 jam.
●Absorpsi oral 34%, bioavailabilitas absolut 17%.
●Makanan menurunkan bioavailabilitas sistemik, tapi efek hipolipidemik tidak berubah.
●Metabolisme minimal via CYP450 → interaksi obat kecil.
●Eliminasi: urin (20%), feses (70%); clearance IV: 47% ginjal, 53% non-ginjal.
●t½: ±1,8 jam.

BAB 1 Obat Statin

Fluvastatin ●Absorpsi tinggi (98%), metabolisme lintas pertama ekstensif.
●Bioavailabilitas absolut 20–30%.
●Cmax: <1 jam.
●Ikatan protein plasma >90%.
●t½ eliminasi: rata-rata 1,2 jam (0,5–2,3 jam).
●Metabolisme utama oleh CYP2C9, ekskresi feses >90% (sebagai metabolit tidak aktif),
urin ±6%.
●Risiko interaksi obat rendah (tidak dominan via CYP3A4).
●Tidak perlu penyesuaian dosis pada gagal ginjal, tetapi hati-hati pada insufisiensi hati.
Rosuvastatin ●Statin paling poten (baru, ±1 dekade lalu).
●Efektif untuk moderate-intensity (LDL-C ↓ 30–<50%) dan high-intensity therapy (LDL-C ↓
≥50%).
●Selain LDL, juga menurunkan TG dan menaikkan HDL-C lebih baik dibandingkan statin
lain.

BAB 1 Obat Statin

Atorvastatin ●Lebih poten dibanding pravastatin & simvastatin (mg-to-mg).
●Penurunan kolesterol 5–20% lebih besar daripada pravastatin & simvastatin.
●Ekuivalensi dosis:
○10 mg atorvastatin ≈ 20 mg simvastatin (1:2).
○10 mg atorvastatin ≈ 40 mg simvastatin (1:4).
●Indikasi:
○Primary hypercholesterolemia (Type IIa).
○Combined/mixed hyperlipidemia (Type IIb).
○Dysbetalipoproteinemia (Type III).
○Hypertriglyceridemia (Type IV).
○Familial hypercholesterolemia (homozygous & heterozygous).
○Anak usia 10–17 th dengan heterozygous familial hypercholesterolemia.

BAB 2 Tatalaksana Umum Sindrom Koroner Akut
Tata laksana Sindrom Koroner Akut (SKA)
dimulai dari kontak medis pertama (KMP), pada
waktu diagnosis kerja SKA ditegakkan.
Diagnosis kerja SKA biasanya berdasarkan
gejala-gejala yang konsisten dengan iskemia
miokard dan tanda-tanda pada EKG 12
sadapan. Direkomendasikan untuk melakukan
monitoring EKG sesegera mungkin pada semua
pasein dengan dugaan SKA untuk menemukan
aritmia yang mengancam nyawa dan untuk
dilakukan defibrilasi bila diperlukan sesuai
indikasi.

BAB 2 Tatalaksana Umum Sindrom Koroner Akut


(PDPI, 2021)

Salah satu pilar penting dalam
tata laksana SKA adalah
penggunaan statin. Statin tidak
hanya menurunkan kadar
low-density lipoprotein cholesterol
(LDL-C), tetapi juga memberikan
efek pleiotropik berupa
penurunan inflamasi, stabilisasi
plak aterosklerotik, perbaikan
fungsi endotel, serta efek
antitrombotik.

BAB 3 Penggunaan Statin pada Tatalaksana SKA

1.Statin menghambat enzim HMG-CoA reductase
→ menghalangi konversi HMG-CoA menjadi
mevalonat (prekursor kolesterol).
2.Afinitas statin sangat tinggi (nanomolar)
dibanding substrat alami (mikromolar), sehingga
spesifik dan efektif.
3.Penurunan kolesterol intraseluler terjadi akibat
terhambatnya biosintesis kolesterol.
4.Sel merespons dengan mengaktifkan protease
yang memotong SREBP di retikulum endoplasma.
5.SREBP aktif masuk ke inti sel dan berikatan
dengan sterol regulatory element (SRE).
6.Hal ini meningkatkan transkripsi gen LDL-R,
menghasilkan lebih banyak mRNA dan protein
reseptor LDL.
7.Ekspresi reseptor LDL meningkat di permukaan
hepatosit.
8.Lebih banyak LDL plasma ditangkap melalui
endositosis.
9.LDL yang terinternalisasi didegradasi di
lisosom, meningkatkan kolesterol seluler dan
menurunkan kadar LDL plasma.
Diagram of inhibition of HMG-CoA
showing the steps 1–9 in

Pleiotropic Effects of Statin
Antiinflamasi
Menghambat adhesi limfosit &
stimulasi T-cell → statin berikatan
langsung dengan LFA-1 di leukosit,
terlepas dari efek pada HMG-CoA
reductase.

Menghambat jalur mevalonat →
menurunkan isoprenoid intraseluler,
mengurangi prenilasi protein Rho
→ menekan aktivasi NF-κB dan
meningkatkan ekspresi NO
synthase, sehingga produksi NO
endotel meningkat.

Menurunkan kadar LDL plasma
→ mengurangi pembentukan LDL
teroksidasi yang dapat menurunkan
aktivitas eNOS dan inaktivasi NO.

Pleiotropic Effects of Statin
Antitrombotik
Menekan ekspresi Tissue Factor (TF)
pada makrofag → mengurangi inisiasi
kaskade koagulasi.

Mengurangi pembentukan trombin
dengan cara: menurunkan aktivitas &
massa faktor VII, menghambat aktivasi
faktor V, serta meningkatkan inaktivasi
faktor Va.

Menghambat aktivasi faktor XIII →
mencegah pembentukan bekuan fibrin
yang stabil.

Menurunkan agregasi platelet →
menekan pembentukan trombus lebih
lanjut.

Pleiotropic Effects of Statin
Perbaikan Fungsi Endotel
Pada kejadian koroner
akut, mediator seperti
trombin, serotonin, ADP,
dan tekanan
intrakoroner rendah
dapat menimbulkan
vasokonstriksi paradoks
pada endotel yang rusak.

Hal ini memperparah
cedera iskemik pada
miokard.

Statin menurunkan
lipoprotein aterogenik
(LDL, VLDL, IDL) dan
meningkatkan HDL,
sehingga memperbaiki
profil lipid.
Selain itu, statin memiliki
efek non-lipid (pleiotropik)
yang langsung
meningkatkan fungsi
endotel.

Dengan fungsi endotel yang
membaik, arteri koroner
merespons dengan
vasodilatasi adaptif, bukan
vasokonstriksi.

Hasil akhir: cedera iskemik
menjadi lebih ringan dan
perfusi miokard lebih terjaga.

Penggunaan Statin pada SKA
Secara mekanistik, statin bekerja dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase, sehingga menurunkan
sintesis kolesterol di hati dan meningkatkan ekspresi reseptor LDL. Penurunan LDL-C yang signifikan
berdampak langsung pada pengurangan risiko aterotrombosis. Selain itu, statin juga terbukti memiliki efek
antiinflamasi melalui penurunan kadar C-Reactive Protein (CRP), peningkatan bioavailabilitas nitric oxide
(NO), serta pengurangan aktivasi sel endotel dan agregasi platelet (Huang et al., 2023). Efek-efek ini relevan
pada fase akut SKA karena dapat menurunkan kejadian no-reflow pasca intervensi koroner perkutan (IKP)
serta kejadian kardiovaskular mayor (Major Adverse Cardiovascular Events/MACE).
Pedoman terbaru dari European Society of Cardiology (ESC) dan Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menekankan bahwa semua pasien dengan SKA harus diberikan statin
intensitas tinggi segera setelah diagnosis ditegakkan, idealnya sebelum atau segera setelah tindakan PCI.
Pilihan obat yang dianjurkan adalah atorvastatin 40–80 mg atau rosuvastatin 20–40 mg sekali sehari. Target
LDL-C yang harus dicapai adalah <55 mg/dL dengan penurunan ≥50% dari kadar baseline. Pada pasien risiko
sangat tinggi dengan kejadian berulang, target LDL-C <40 mg/dL dapat dipertimbangkan (Byrne et al., 2023;
PERKI, 2024)

Penggunaan Statin pada SKA
Penggunaan statin juga harus disesuaikan pada kelompok khusus :
1.Pada pasien lansia, manfaat statin tetap konsisten, meskipun pemilihan dosis harus memperhatikan
kondisi frailty dan komorbiditas.
2.Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, rosuvastatin memerlukan penyesuaian dosis pada eGFR
<30 mL/menit/1,73 m², sedangkan atorvastatin relatif lebih aman.
3.Pada pasien dengan gangguan hati aktif, statin kontraindikasi karena risiko hepatotoksisitas.
4.Pada pasien dengan diabetes melitus mempercepat progresi aterosklerosis sehingga risiko kejadian
kardiovaskular meningkat dua kali lipat. Statin terbukti menurunkan kejadian kardiovaskular secara
signifikan pada pasien diabetes dengan ACS (Byrne et al., 2023).
5.Pada pasien obesitas, selain menurunkan LDL-C, statin juga berkontribusi pada penurunan inflamasi
sistemik yang berhubungan dengan resistensi insulin dan disfungsi endotel.
6.Selain itu, statin tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan menyusui (PERKI, 2024).

Penggunaan Statin pada SKA
Statin umumnya aman dan dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping paling sering berupa
mialgia dan peningkatan enzim hati ringan, sementara kejadian miopati atau rabdomiolisis sangat
jarang (Ma et al., 2024). Pemantauan enzim hati perlu dilakukan pada baseline dan bila muncul
gejala, sedangkan pemeriksaan creatine kinase (CK) hanya diperlukan jika ada keluhan muskular.
Pada pasien intoleran, strategi dapat mencakup penggantian jenis statin, penurunan dosis, pemberian
selang sehari, atau penambahan ezetimibe/non-statin lain.
Interaksi obat juga perlu diperhatikan, terutama dengan agen antiplatelet. Laporan kasus
menunjukkan adanya interaksi ticagrelor dengan atorvastatin dan rosuvastatin yang dapat
meningkatkan risiko rabdomiolisis meskipun jarang terjadi (Rocca et al., 2024; Patel et al.,
2024). Oleh karena itu, monitoring gejala muskular dan CK penting pada pasien berisiko tinggi.

Penggunaan Statin pada SKA
Implementasi statin pada SKA di Indonesia mengacu pada pedoman PERKI (2024), yang
menekankan inisiasi statin intensitas tinggi di IGD maupun ruang kateterisasi, diikuti tindak lanjut
4–6 minggu untuk evaluasi lipid panel dan fungsi hati, serta penyesuaian terapi sesuai target.
Edukasi kepatuhan jangka panjang juga krusial agar manfaat terapi optimal.

Secara keseluruhan, statin intensitas tinggi yang diberikan sedini mungkin pada pasien SKA terbukti
menurunkan risiko kejadian kardiovaskular mayor. Pendekatan treat-to-target dengan LDL-C <55
mg/dL dan penurunan ≥50% dari baseline, serta intensifikasi terapi bila target belum tercapai,
merupakan strategi berbasis bukti sesuai pedoman terbaru, dengan manfaat signifikan dan keamanan
yang baik (PERKI, 2024).

Statin = pilar utama terapi ACS → digunakan baik sebagai terapi awal maupun jangka panjang.
Statin intensitas tinggi:
●Menurunkan LDL secara signifikan.
●Memberikan efek pleiotropic → memperbaiki fungsi endotel, menurunkan inflamasi, dan menstabilkan plak aterosklerotik.
Manfaat klinis:
●Menurunkan kejadian kardiovaskular mayor (MACE) → infark miokard berulang, kebutuhan revaskularisasi, dan stroke.
●Direkomendasikan pedoman internasional & nasional sebagai terapi lini pertama segera setelah diagnosis ACS (Byrne et
al., 2023; PERKI, 2024; Rao et al., 2025).
Efek jangka panjang:
●Menurunkan mortalitas pasien ACS.
●Meta-analisis: setiap penurunan LDL 1 mmol/L → risiko kejadian vaskular mayor turun ±20% (CTT, 2020).
Rekomendasi: statin intensitas tinggi harus diberikan segera setelah onset ACS dan dilanjutkan jangka panjang untuk
memperbaiki prognosis (Kumbhani et al., 2025).
Kesimpulan

Terima Kasih
Tags