Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak. Tujuannya
adalah untuk mencapai kepribadian yang sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat....
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak. Tujuannya
adalah untuk mencapai kepribadian yang sesuai dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Pengasuhan orang tua pada dasarnya diciptakan oleh
adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang
berevolusi sepanjang waktu. Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 2010: 46)
menyatakan bahwa, “Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam
berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta
tanggapan terhadap anaknya”. Dengan demikian, pola asuhan orang tua
sangat penting karena mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak secara
berkesinambungan.
Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung
jawab utama kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makluk
sosial. Keluarga yang memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak,
moral, dan pendidikan bagi anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan
1
2
yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan
pembentukan kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting.
Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa, “Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya adalah
kewajiban orang tua sepenuhnya”. Orang tua berkewajiban untuk menjaga
anaknya dari perubahan iklim lingkungan dengan menanamkan nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah hal
utama yang merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Hal ini sangat
penting bagi kehidupan anak karena perkembangan anak berawal dari pola
asuh kedua orang tua. Anak yang mendapatkan pola asuh yang tepat, akan
tumbuh dengan sikap dan kepribadian yang baik. Sebaliknya, anak yang
mendapat pola asuh yang kurang tepat, akan mengalami kesulitan dalam
perkembangan sikap sosialnya.
Perkembangan sikap sosial anak ditentukan oleh pola asuh kedua
orang tua di rumah. Apakah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik
atau tidak, tergantung pada dasar penanaman nilai moral yang diberikan oleh
orang tua. Skema penanaman nilai moral dapat digambarkan sebgi berikut :
Pola Asuh Orang
Tua
Penanaman
nilai moral
Tidak baik (tidak sesuai
norma masyarakat)
Baik (sesuai norma
masyarakat)
Internalisasi
nilai moral Anak
Sikap
Positif
Sikap
Negatif
3
Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan
menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang
tua yang memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik, akan
menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang buruk. Kep
Size: 10.89 MB
Language: none
Added: Oct 09, 2025
Slides: 24 pages
Slide Content
Simulasi Perkembangan Anak dan Pola Asuh Yuliani , SKM, M.Kes
Dilakukan Oleh Ibu /Ayah/ anggota keluarga lainnya : Ajari berjalan di undakan / tangga Ajak membersihkan meja dan menyapu Ajak membereskan mainan Ajari mencoret-coret di kertas Ajari menyebut bagain tubuhnya Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun Stimulasi anak usia 1-2 tahun
Dilakukan Oleh Ibu /Ayah/ anggota keluarga lainnya : Bacakan cerita anak Ajak bernyanyi Ajak bermain dengan teman Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu Ajari anak untuk bergerak bebas dalam pengawasan Orang tua membimbing agar anak mematuhi aturan permainan Biasakan menggunakan perkataan santun Perkembangan Anak Usia 1-6 Tahun Stimulasi anak usia 1-2 tahun
Pada umur 2 tahun, anak bisa : Naik tangga dan berlari-lari Mencoret-coret pensil pada kertas Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti, seperti, bola, piring, dan sebagainya Memegang cangkir sendiri Belajar makan-minum sendiri Diisi oleh keluarga / kader kesehatan , beri tanda ( centang / rumput ) jika anak sudah bisa :
Stimulasi anak usia 2-3 tahun Dilakukan oleh Ibu, Ayah, dan anggota keluarga lainnya : Ajari berpakaian sendiri Ajak melihat buku bergambar Bacakan cerita anak Ajari makan di piring sendiri Ajari cuci tangan Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya Ajari anak untuk menghormati orang lain Ajari anak untuk beribadah Bawa anak ke PAUD
Mengayuh sepeda roda tiga Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan Bicara dengan baik menggunakan 2 kata Mengenal 2-4 warna Menyebut nama, umur, dan tempat Menggambar garis lurus Bermain dengan teman Melepas pakaian sendiri Mengenakan baju sendiri Pada umur 3 tahun , anak bisa : Diisi oleh keluarga/kader kesehatan, beritanda (centang) jika anak sudah bisa :
Dilakukan oleh Ibu, Ayah, dan anggota keluarga lainnya : Minta anak menceritakan apa yang dilakukan Dengarkan anak ketika bicara Jika anak gagap, ajari bicara pelan-pelan Awasi anak ketika bermain Ajak anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama Ajarkan anak tentang perbedaan jenis kelamin Stimulasi anak usia 3-5 tahun
Dilakukan oleh Ibu, Ayah, dan anggota keluarga lainnya : Ajarkan anak menjaga alat kelaminnya Latih anak tidur terpisah dari orang tua dan anak yang berbeda jenis kelamin Biasakan anak untuk berkata jujur, berterima kasih, dan meminta maaf Figur ayah sebagai contoh bagi anak laki-laki, dan figur ibu sebagai contoh bagi anak perempuan Kembangkan kreativitas anak dan kemampuan bergaul Stimulasi anak usia 3-5 tahun
Pada umur 5 tahun , anak bisa : Diisi oleh keluarga/kader kesehatan, beritanda (centang) jika anak sudah bisa : Melompat-lompat 1 kaki, menari, dan berjalan lurus Menggambar orang 3 bagian (kepala, badan, tangan/kaki) Menggambar tanda silang dan lingkaran Menangkap bola kecil dengan kedua tangan Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar Menyebut angka, menghitung jari Bicaranya mudah dimengerti Berpakaian sendiri tanpa dibantu Mengancing baju atau pakaian boneka Menggosok gigi tanpa bantuan
Stimulasi anak usia 5-6 tahun Dilakukan oleh Ibu , Ayah, dan anggota keluarga lainnya : Ajari anak bermain sepeda Bantu anak mengerti urutan kegiatan , contoh mencuci tangan Minta anak menceritakan apa yang dilakukannya Ajari anak melempar dan menangkap bola dengan dua tangan Ajari anak mengenal warna , huruf , angka , dan benda-benda yang ada di sekitar Ajak anak untuk membantu dalam melakukan pekerjaan rumah seperti menyiapkan bahan makanan Ajari anak konsep waktu seperti tahun , bulan , hari , dan jam
Pada umur 6 tahun , anak bisa : Diisi oleh keluarga/kader kesehatan, beritanda (centang) jika anak sudah bisa : Berjalan lurus Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik Menggambar 6 bagian ( contoh : menggambar orang lengkap : kepala , badan , 2 tangan , dan 2 kaki) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan Menggambar segi empat Mengerti arti lawan kata Mengenal angka , bisa meghitung angka 5-10 Mengenal warna Mengikuti aturan permainan Berpakaian sendiri tanpa dibantu
Sesungguhnya baju yang kotor bisa dicuci dan dihilangkan kotorannya , namun siapa yang bisa menghilangkan kekeruhan jiwa seorang anak atas bentakan dan renggutan kasar yang telah dilakukan kepadanya . Nabi Muhammad SAW (H.R Muslim )
“ Usia 0-7 tahun , LAYANILAH Anak Ibarat Raja Usia 8-14 tahun , jadikan anak seperti TAWANAN PERANG, dimana anak punya kewajiban sekaligus punya HAK Usia 15-21 tahun , perlakukan ia seperti sahabat . Menjadi teman ngobrol , curhat , diskusi , bahkan mencari solusi dari masalahnya (Ali bin Abi Thalib )
“ Menjadi Ibu adalah tentang belajar . Belajar dari anak kecil yang tidak mengenal dendam . Kesabarannya tak terbatas , “ tetap cinta dan mencari ” meskipun sudah dimarahi ( Retno Hening )
“ Kemampuan orangtua mendidik anak ada batasnya . Sedangkan pintu pertolongan Allah tiada terbatas . Maka iringi proses mendidik anak dengan doa . (Abdullah Gymnastiar )
“
“
“ Yang paling susah itu bukanlah mendidik anak tapi mendidik diri kita , yaitu mendidik diri agar mampu menjadi orang tua yang baik , menjadi orang tua yang sabar , menjadi orang tua yang mampu menerima kekurangan anak dan fokus pada kelebihan yang anak miliki , dan mendidik diri kita menjadi pribadi yang lebih baik untuk jadi teladan bagi anak-anak kita Bunda Aulia ( Psikolog Anak)
“
Permintaan Anak yang tidak pernah terucap dan tidak diketahui oleh Orang Tua : Jangan memarahi anak di depan orang Jangan membandingkan dengan orang lain Memilih sesuatu minatnya / jangan memaksa Jangan diungkit masa lalu / kesalahannya Ingin ditemani saat lagi sendiri Anak butuh didengarkan oleh orang tua ( misal . tentang pubertas dll ) Sifat terbuka dan jujur orang tua ( memberi teladan pada anak ) Bertanya tentang keadaan anak Ajarkan anak berbuat baik
5 Perkara yang harus dilakukan agar anak dekat dan mau bercerita / terbuka kepada orang tua t anpa harus dipaksa : Jadilah orang tua yang tidak memaksa kepada anak , bersahabat dengan anak , senantiasa menanyakan keadaan / kabar anak , mendengarkan kegiatan anak , bergabung dalam kegiatan-kegiatan anak , luangkanlah waktu untuk mendukung anak Jangan menyerah ( selalu menjadi teladan / memberi contoh , memberi nasehat , dan mendoakan anak ) Jangan mengkritik tapi lebih memberi apresiasi kepada anak dan gunakan bahasa yang baik Dengarkan keluhan anak Selalu senantiasa memberikan kesukaan anak atau membicarakan hal-hal kesukaan anak