Skrining_Keswa_Pada_ANC_sesuai_Standar.pptx

WahyuAprillia 0 views 31 slides Sep 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 31
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31

About This Presentation

Skrining kesehatan jiwa pada saat ANC


Slide Content

SKRINING KESEHATAN JIWA PADA PELAYANAN ANTENATAL SESUAI STANDAR Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Tahun 2025

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan pascamelahirkan Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan pascamelahirkan Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

4 Baby blues syndrom di beberapa negara seperti Jepang 15%- 50%, Amerika Serikat 27%, Prancis 31,3% dan Yunani 44,5%. Prevalensi depresi postpartum di negara-negara berkembang besarannya mulai dari 2%- 74% dengan prevalensi terbesar berada di Turki (Norhayati et al., 2016). Prevalensi untuk Asia antara 26- 85% (Miyansaski, 2021) Di Indonesia Prevalensi Masalah kesehatan jiwa pada : ibu hamil 12,6 % ibu pasca melahirkan 10,1 % Prevalensi depresi pada kehamilan 7,9%, post partum 5,9% Berdasar usia kehamilan 10,2% (TM- 1), 7,7% (TM- 2), 6,7% (TM- 3) Situasi Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil dan Pascamelahirkan (Nifas)

6 1.4% penduduk usia ≥ 15 tahun mengalami depresi namun hanya 12,7% yang berobat 12,70% Berobat dalam 2 minggu terakhir Tidak berobat 87,30% Sumber: SKI 2023 BALI 0,2 KALIMANTAN TENGAH 0,3 BANGKA BELITUNG 0,3 JAMBI 0,3 PAPUA SELATAN KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN BARAT KEPULAUAN RIAU LAMPUNG BENGKULU SUMATERA SELATAN PAPUA SULAWESI BARAT RIAU PAPUA BARAT MALUKU UTARA MALUKU JAWA TIMUR PAPUA PEGUNUNGAN SULAWESI TENGGARA SUMATERA BARAT ACEH PAPUA TENGAH GORONTALO JAWA TENGAH PAPUA BARAT DAYA NTT SUMATERA UTARA NTB INDONESIA SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA SULAWESI SELATAN BANTEN KALIMANTAN TIMUR JAWA BARAT 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8 1,1 1,1 1,2 1,3 1 1 1 1,4 1,4 1,5 1,5 1,5 1,7 1,7 3,3 2,2 Prevalensi bunuh diri di Indonesia tahun 2021 Sebesar 1,64 per 100.000 penduduk*, namun seluruh kasus belum tercatat & terlaporkan

Gangguan cemas dan depresi yang dialami selama masa kehamilan berisiko untuk: Prematuritas Berat Badan Lahir Rendah Stunting Gangguan perkembangan Pre eklampsi Depresi Pascapersalinan Bunuh diri Disabilitas Ibu* Anak** Sumber: *Bauer et al (2016), Ghoghre & Singh (2016), Onah et al (2017), Silva et al (2018). **Dadi et al (2020), Girma et al (2019, Korja et al (2017), Nasreen et al (2019), Sinclair et al (2018).

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan pascamelahirkan Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

8 Penilaian Kesehatan Jiwa masuk dalam pelayanan Antenatal sesuai Standar disebutkan dalam Permenkes No. 21 tahun 2021 pasal 13 ayat 7 (i)

Pelaksanaan Skrining berdasarkan pendekatan siklus hidup selaras dengan pelayanan Kesehatan sesuai pembagian kluster dalam Integrasi Layanan Primer 18 Kepala Puskesmas Klaster 1 (Manajemen) Klaster 2 (Ibu dan Anak) Klaster 3 (Usia Dewasa dan Lansia) Klaster 4 (Penanggulangan Penyakit Menular) Lintas Klaster Manajemen Sumber Daya Manajemen Puskesmas Manajemen Mutu dan Keselamatan Manajemen Jejaring dan Jaringan Puskesmas Sistem Informasi Puskesmas dan Dashboard PWS Ketatausahaan Balita dan Anak Pra- sekolah Anak Usia Sekolah dan Remaja Ibu Hamil, Bersalin, Nifas Lanjut Usia Usia Dewasa Surveilans Kesehatan Lingkungan Rawat Inap 1 Kegawatdaruratan Laboratorium Kefarmasian 1. Pada Puskesmas Rawat Inap Klaster 1 mengkoordinir manajemen dan ketatausahaan Klaster 2 dan 3 memberikan pelayanan komprehensif (prom,prev, kuratif, rehab dan/atau paliatif) serta PWS Klaster 4 menghentikan penularan penyakit dengan surveilans dan pengawasan kualitas lingkungan Dalam hal keterbatasan SDM, pelayanan dapat diberikan oleh petugas dari klaster lainnya yang memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai. Salah satu kompetensi yang dimiliki oleh PJ dan anggota Klaster 2 dan Klaster 3 adalah Perkesmas Pembagian ruang pelayanan mengikuti sistem klaster dan sasaran pelayanan, diutamakan ruangan tersebut berdekatan dalam 1 klaster.

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan pascamelahirkan Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

Skrining Kesehatan Jiwa Pada Ibu Hamil dan Nifas Skrining merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan jiwa pada ibu hamil dan ibu nifas dalam upaya pencegahan dan diagnosis dini gangguan jiwa saat kehamilan dan paska melahirkan Tujuan skrining Kesehatan jiwa dalam pelayanan antenatal : Mengidentifikasi gejala ganggunan depresi dan kecemasan pada ibu hamil dan pascamelahirkan sehingga ibu dan keluarga mendapatkan informasi mengenai peningkatan risiko atau kondisi Kesehatan ibu dan janin dan dapat membuat Keputusan yg tepat mengenai perawatan atau penanganan sesuai kondisi Kesehatan jiwa ibu hamil dan pascamelahirkan Manfaat skrining Kesehatan jiwa dalam pelayanan antenatal : mengidentifikasi potensi gangguan kesehatan jiwa khususnya depresi dan kecemasan saat kehamilan memberikan intervensi dini, memastikan dukungan dan pengobatan yang tepat memfasilitasi rujukan tepat waktu mengurangi dampak kondisi kesehatan jiwa pada individu dan masyarakat Mencegah komplikasi kehamilan dan BBLR (berat badan lahir rendah) pada bayi.

12 1. Saya dapat tertawa dan melihat segi kelucuan hal-hal tertentu: a. Seperti biasanya b. Sekarang tidak terlalu sering 1 c. Sekarang agak jarang 2 d. Tidak sama sekali 3 2. Saya menanti- nanti untuk melakukan sesuatu dengan penuh harapan: a. Sebanyak sebelumnya b. Agak sedikit kurang dibandingkan dengan sebelumnya 1 c. Kurang dibandingkan dengan sebelumnya 2 d. Tidak pernah sama sekali 3 3. *Saya menyalahkan diri jika ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik: a. Ya, hampir selalu 3 b. Ya, kadang-kadang 2 c. Tidak terlalu sering 1 d. Tidak, tidak pernah 4. Saya merasa cemas atau merasa khawatir tanpa alasan: a. Tidak pernah sama sekali b. Hampir tidak pernah 1 c. Ya, kadang-kadang 2 d. Ya, sering sekali 3 5. *Saya merasa takut atau panik tanpa alasan: a. Ya, sering sekali 3 b. Ya, kadang-kadang 2 c. Tidak terlalu sering 1 d. Tidak pernah sama sekali 6. *Banyak hal menjadi beban untuk saya: a. Ya, seringkali saya sama sekali tidak dapat mengatasinya 3 b. Ya, kadang saya tidak dapat mengatasi seperti biasanya 2 c. Tidak, biasanya saya dapat mengatasinya dengan baik 1 d. Tidak, saya dapatmengatasinya dengan baik seperti biasanya 7. *Saya merasa begitu sedih sampai sulit tidur: a. Ya, hampir selalu 3 b. Ya, kadang-kadang 2 c. Tidak, tidak sering 1 d. Tidak, tidak pernah 8. *Saya merasa sedih atau susah: a. Ya, hampir selalu 3 b. Ya, sering 2 c. Jarang 1 d. Tidak pernah 9. *Saya merasa sangat sedih sehingga saya menangis: a. Ya, hampir selalu 3 b. Ya, sering 2 c. Hanya sekali- kali 1 d. Tidak pernah 10. *Pikiran untuk menyakiti diri saya sendiri sering muncul: a. Ya, agak sering 3 b. Kadang-kadang 2 c. Hampir tidak pernah 1 d. Tidak pernah INSTRUMEN EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS) Karena Anda saat ini hamil. Kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda sekarang. Silakan memilih jawaban yang paling mirip dengan perasaan anda selama 7 hari terakhir, tidak hanya perasaan anda hari ini Instrument yang digunakan dalam Skrining Kesehatan Jiwa bagi Ibu Hamil dan Pascamelahirkan Instrument EPDS versi Bahasa Indonesia yang sudah divalidasi oleh Dewi Nirmala Sari tahun 2022

Tugas tenaga kesehatan dalam pelaksanaan skrining Kesehatan jiwa pada ibu hamil dan ibu nifas : Tenaga kesehatan menjelaskan kepada ibu cara skrining kesehatan jiwa menggunakan instrument EPDS sebagai berikut : Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat dengan pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir . Semua pertanyaan kuisioner harus dijawab Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu mendiskusikan pertanyaan dengan orang lain. Ibu harus menyelesaikan kuisioner ini sendiri, kecuali ia mengalami kesulitan dalam memahami bahasa atau tidak bisa membaca. 13 Menjelaskan cara melakukan skrining dengan instrument EPDS Melakukan penilaian skoring hasil skrining Melakukan pencatatan dalam buku KIA Melaksanakan tindak lanjut hasil skrining 1 1. Menjelaskan cara melakukan skrining dengan instrument EPDS

14 Setiap pertanyaan memiliki empat pilihan yang mungkin, yang diberi nilai dari sampai 3 . Pertanyaan 1, 2, dan 4 : mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling atas mendapatkan nilai dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3 Pertanyaan 3, 5 sampai dengan 10 : merupakan penilaian terbalik , dengan kotak paling atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri . Nilai maksimal: 30 Kemungkinan depresi apabila nilai lebih dari 10 2 Melakukan penilaian skoring dan interpretasi hasil skrining *Interpretasi Hasil Skoring : Jumlah – 12 : tidak ada gejala depresi Jumlah ≥ 13 : terindikasi/menunjukkan gejala depresi Tindak Lanjut Hasil skrining : Edukasi Kesehatan jiwa untuk hasil skrining tidak ada gejala depresi Dilakukan skrining ulang pada kunjungan ANC berikutnya untuk hasil skor : 9- 12 Pemeriksaan Kesehatan jiwa dan konseling : terindikasi /menunjukkan gejala depresi Memilih jawaban “agak sering” untuk pertanyaan no. 10 *Instrument EPDS versi Bahasa Indonesia dg cut off ≥ 13 memiliki nilai sensitivitas 93% dan spesifitas 83%, Dewi Nirmala sari 2022

Pencatatan di Buku KIA bagi Ibu Hamil Pencatatan di Buku KIA bagi Ibu Nifas Melakukan pencatatan dalam buku KIA 3

Kapan Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa bagi Ibu Hamil dan Ibu Pascamelahirkan (Nifas) ANC Nakes PKM Pustu TM1 K1* Dokter √ TM2 K2 Dokter/ Bidan/ Perawat √ √ Atas rekomen dasi dokter K1 K3 Dokter/ Bidan/ Perawat √ √ TM3 K4 Dokter/ Bidan/ Perawat √ √ K5* Dokter √ K6 Dokter/ Bidan/ Perawat √ √ Ibu Hamil : 2 kali selama kehamilan, yaitu pada saat ANC: Trimester I (0 – 12 minggu) Trimester III (>28 minggu – kelahiran) Ibu Pascamelahirkan/nifas : 1 kali selama masa nifas, yaitu pada saat : KF- 3 (8 – 28 hari pasca melahirkan) 1

Siapa Pelaksana Skrining Kesehatan Jiwa bagi Ibu Hamil dan Pascamelahirkan (Nifas) Petugas Kesehatan : Bidan Perawat Dokter Psikolog Klinis Menunjukkan gejala depresi : Dokter Psikolog Klinis 2 Siapa Pelaksana Tindak Lanjut Hasil Skrining Kesehatan Jiwa bagi Ibu Hamil dan Pascamelahirkan (Nifas) 3 Bagaimana Tindak Lanjut Hasil Skrining Kesehatan Jiwa bagi Ibu Hamil dan Pascamelahirkan (Nifas) ? Edukasi Kesehatan Jiwa 4 Menunjukkan gejala depresi : Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Penegakan Diagnosis Konseling Klinis Lanjutan Diagnosis Gangguan jiwa : Penegakkan diagnosis yang dapat dilaksanakan di Puskesmas : Gangguan Somatoform (2) Demensia (3A) Gangguan tidur non organik (3A) Gangguan campuran Anxietas dan Depresi (3A) Depresi ringan - sedang (4A) Skizofrenia tanpa penyulit (4A) 1 Tidak ada gejala depresi : 2 3 Tidak ada gejala depresi : Bidan Perawat Dokter Psikolog Klinis 1 2

Alur Pelaksanaan Skrining kesehatan jiwa pada Ibu Hamil dan Ibu Nifas dalam pelayanan ANC Terpadu dan Pelayanan Pasca Persalinan di Puskesmas Kunjungan Trimester I Skrining Kesehatan Jiwa (EPDS) Oleh tenaga kesehatan Kunjungan Trimester III Skrining Kesehatan Jiwa (EPDS) Oleh tenaga kesehatan Kunjungan Nifas Ketiga (KF3) Skrining Kesehatan Jiwa (EPDS) Oleh tenaga kesehatan Tidak ada gejala depresi (skoring – 12) Menunjukkan gejala depresi & memilih jawaban “agak sering” untuk pertanyaan no. 10 Edukasi Kesehatan Jiwa Tidak ada ada gangguan depresi Ada gangguan depresi Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Penegakan Diagnosis Konseling Klinis Lanjutan Pelaksana : Dokter umum dan Psikolog Klinis Terlaksana sesuai dengan standar Rujuk FKTL jika ada penyulit Tujuan Mendeteksi tanda- tanda awal atau risiko masalah atau gangguan kesehatan jiwa pada ibu hamil dan pascamelahirkan Sasaran Semua ibu hamil dan pascamelahirkan Frekuensi 2x selama kehamilan pada trimester I dan III dan jika ada indikasi dan 1 kali KF- 3 pasa melahirkan Metode Menggunakan Formulir Skrining EPDS Syarat penggunaan EPDS Menanyakan keadaan yang dirasakan ibu hamil dalam 7 hari terakhir Merupakan penilaian pribadi ( self reporting ) 🡪 bukan wawancara oleh nakes. Interpretasi dan Tindaklanjut Normal 🡪 Edukasi kesehatan jiwa Terindikasi gangguan depresi 🡪 konseling, pemeriksaan kesehatan jiwa Penegakkan diagnosis yang dapat dilaksanakan di Puskesmas : Gangguan Somatoform (2) Demensia (3A) Gangguan tidur non organik (3A) Gangguan campuran Anxietas dan Depresi (3A) Depresi ringan - sedang (4A) Skizofrenia tanpa penyulit (4A) Keterangan: Tingkat kemampuan 4A = membuat diagnosis klinik dan penatalaksanaan penyakit secara mandiri dan tuntas Tingkat kemampuan 3A = membuat diagnosis klinik dan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat Tingkat kemampuan 2 = membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat lalu melakukan rujukan yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya 6 Dilakukan skrining ulang pada kunjungan ANC berikutnya untuk hasil skor : 9- 12

GEJALA DEPRESI 1 9 GEJALA MAYOR (GEJALA UTAMA) GEJALA MINOR (GEJALA TAMBAHAN) Afek depresif Kehilangan minat Kehilangan energi yang ditandai dengan cepat lelah Konsentrasi atau perhatian berkurang Harga diri maupun kepercayaan diri yang berkurang Rasa bersalah atau rasa tidak berguna Memiliki pandangan tentang masa depan yang suram serta pesimistis Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang Langkah 1 Menyingkirkan kemungkinan penyakit organiK dan penyalahgunaan zat, bila ada dirujuk Langkah 2 Menilai 2 dari 3 gejala utama depresi Langkah 3 Menilai minimal 3 dari 7 gejala tambahan depresi Langkah 4 Berlangsung minimal 2 minggu Langkah 5 Menilai adanya gangguan fungsi Langkah 6 Bila disertai psikotik dan mania, maka dirujuk Langkah 7 Menyingkirkan adanya gejala tambahan (seperti ide bunuh diri, penyakit fisik yang menyertai/memperburuk), bila ada dirujuk Melaksanakan tindak lanjut hasil skrining 4 Tindak Lanjut Hasil skrining : Tidak ada gejala depresi : Skoring 0- 12: Edukasi Kesehatan jiwa Skoring 9- 12: krining ulang pada kunjungan ANC berikutnya Terindikasi/menunjukkan gejala depresi dan memilih jawaban “agak sering” untuk pertanyaan no. 10: Pemeriksaan Kesehatan jiwa dan konseling LANGKAH MENEGAKKAN DIAGNOSIS GANGGUAN DEPRESI

KRITERIA DIAGNOSIS DEPRESI 20 Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Episode harus berlangsung minimal 2 minggu Episode tersebut tidak dapat dihubungkan dengan gangguan penggunaan zat psikoaktif dan gangguan mental organik Gejala Utama Minimal 2. Minimal 2. Ketiganya Gejala Tambahan Minimal 2. Jumlah gejala utama dan gejala tambahan minimal 6. Jumlah gejala utama dan gejala tambahan minimal 8. Tidak boleh ada gejala yang berat Tidak boleh ada gejala yang berat Lamanya sekurang- kurangnya sekitar 2 minggu, bila gejalanya berat maka bisa kurang dari 2 minggu Fungsi Kemungkinan masih dapat melanjutkan Sebagian besar tugas/aktivitas Kemungkinan mengalami kesulitan menjalani aktivitas yang biasa dilakukan Gejala- gejala berat dan dapat menimbulkan distress, terutama kehilangan harga diri, perasaan bersalah atau tidak berharga. Pikiran dan Tindakan bunuh diri sering terjadi. Ada sejumlah gejala somatic. Dapat timbul gejala psikotik (halusinasi, waham, retardasi psikomotor dan stupor

DIAGNOSIS BANDING DEPRESI 21 Psikotik Halusinasi Waham Bicara kacau, tidak dimengerti, irrelevant Menarik diri, agitasi, disorganisasi perilaku, stupor Merupakan gejala utama (pada gangguan psikotik); atau Gejala tambahan (pada gangguan depresi dengan ciri psikotik) Bipolar episode mania Peningkatan suasana perasaan (mood) yang meningkat, ekspansif (meluap- luap), atau iritabel (mudah marah/tersinggung) Peningkatan aktivitas, gelisah, sangat bersemangat Bicara sangat banyak dan aktif, ada flight of ideas Hilangnya kendali social yang normal Penurunan kebutuhan tidur Percaya diri berlebih, rasa kebesaran (grandiosity) Perhatian mudah teralih Peningkatan libido seksual

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan pascamelahirkan Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam Pengasuhan Anak Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk lingkungan yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang sehat. Untuk itu, orang tua harus memiliki kemampuan mengelola kesehatan fisik dan mentalnya. Orang tua yang sehat mental mampu mengatasi stres, memberi aturan yang jelas pada anak, paham kebutuhan anak, serta mau memperbaiki hubungan kembali setelah melepas emosi berlebihan. Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang sehat mental akan lebih mudah untuk fokus belajar dan berteman.

Hal- hal yang dapat dilakukan orang tua (1) : Bekerja Sama dalam Pengasuhan Positif Ayah dan ibu bekerja sama dalam menerapkan pengasuhan yang tegas dan penuh kasih sayang. YANG HARUS DILAKUKAN Orang tua menyepakati aturan yang diterapkan pada anak. Tidak saling menyalahkan saat menghadapi masalah dalam pengasuhan. 1

Hal- hal yang dapat dilakukan orang tua (2) : Mengenali dan Mengelola Emosi dalam Pengasuhan Mengasuh anak tentunya memunculkan banyak tantangan yang dapat mempengaruhi kondisi emosi orang tua. Oleh karena itu, orang tua perlu mengelola emosinya dengan baik. YANG HARUS DILAKUKAN Kenali diri sendiri. Apa yang membuat saya marah? Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat diri merasa lebih baik? Atur harapan dan prioritas. Misalnya, anak sedang sakit dan orang tua kelelahan. Jangan memaksakan diri untuk melakukan semua hal,, seperti mencuci atau menyetrika baju. Bekerja sama dengan pasangan untuk meringankan beban. Tetap melakukan hobi untuk menjaga rasa bahagia. 2

Hal- hal yang dapat dilakukan orang tua (3) : Memahami dan Mengelola Stres Pengasuhan Ketika orang tua merasa tidak mampu menghadapi tantangan saat mengasuh anak, seperti anak sulit makan, berat badan anak kurang, atau perilaku anak tidak sesuai, maka akan timbul stres pengasuhan. YANG HARUS DILAKUKAN Kelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan relaksasi. Cari bantuan tenaga kesehatan di Puskesmas, jika stres sudah mengganggu kehidupan sehari- hari. Orang tua yang terjaga kesehatan mentalnya mampu membentuk keluarga yang tangguh dan anak yang sehat. 3

Pendahuluan Kebijakan Skrining Kesehatan jiwa dalam ANC sesuai Standar Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil Menjaga Kesehatan Mental Orang Tua dalam pengasuhan Anak Penutup Outline

Hal yang perlu menjadi perhatian dalam Skrining Kesehatan Jiwa: Skrining Kesehatan jiwa ini BUKAN alat penegak diagnose penyakit/gangguan jiwa , namun sebagai penunjang untuk : membantu individu memahami dan mengenali masalah yang mungkin sedang dialami (bagi individu) membantu petugas kesehatan menemukan indikasi adanya masalah dan gangguan kesehatan jiwa (bagi nakes)

Contoh Praktik baik Skrining Kesehatan Jiwa pada Ibu Hamil dan Ibu Nifas Skrining dan edukasi keswa: Menurunkan risiko depresi post partum (DPP) Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu ttg DPP Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku bidan ttg DPP dan memberikan edukasi keswa pada ibu. Ariasih, RR Arum (2024)