Tafsir, Takwil tentang sejarah peradaban.pptx

MasDirga 1 views 11 slides Sep 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 11
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11

About This Presentation

tafsir


Slide Content

Tafsir, Takwil Pengantar Tafsir Kontemporer

Apakah tafsir ? Kata “ tafsir ” dari bahasa Arab “ fassara ” berarti penjelasan ( ibânah ) atau menyingkapkan sesuatu yang masih tertutup Tafsir mengikuti wazan taf’il , berasal dari kata fasr yang berarti al- idah , al- sharh , dan al- bayan ( penjelasan atau keterangan ). Ia juga berarti al- ibanah ( menerangkan ), al- kashf ( menyingkap ) dan izhar al- ma’na al- ma’qul ( menampakkan makna yang rasional ). Tafsir berasal dari kata tafsirah , yaitu nama dari alat yang digunakan oleh dokter untuk mengetahui keluhan pasien . al- Zarkasyi : tafsir adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami al- Qur ’ an, menjelaskan makna-maknanya dan menyampaikan hukum-hukum serta hikmahnya . Al- Dzahabi , tafsir adalah seni atau ilmu untuk menangkap dan menjelaskan maksud-maksud Tuhan dalam al-Qur`an sesuai dengan tingkat kemampuan manusia ( bi qadr al- tsâqah al- basyariyah )

Jenis Tafsir tafsir dapat dibagi dalam dua bagian : (a) tafsîr bi al- ma’tsûr , dan (b) tafsîr bi al- ra’y . Tafsîr bi al- ma’tsûr adalah interpretasi al-Qur‘an yang didasarkan atas penjelasan al-Qur‘an dalam sebagian ayat-ayatnya , berdasarkan atas penjelasan Rasul , para shahabat atau orang-orang yang mempunyai otoritas untuk menjelaskan maksud Tuhan . Tafsîr bi al- ma’tsûr : cara memahami dan menjelaskan teks al- Qur ’an sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang yang dalam hal ini adalah Tuhan ( bayân wa taudlîh li lurâd Allah mîn nush ûsh kitâbih alkarîm ) Kedua , model tafsîr bi al- ra’y , yaitu sebuah metode penafsiran atas teks dengan didasarkan atas ijtihad atau pemikiran si pembaca sendiri . al- Dzahabi , Al-Dzahabi, Al-T afsîr wa al-Mufassirûn: syarat-syarat sebelum melakukan penafsiran : menguasai ilmu gramatika bahasa Arab, mulai nahwu , sharaf , balaghah dan seterusnya ; menguasai ilmuilmu bantu penalaran , seperti ushûl a- fiqh , ulûm al- qur’an , ilmu qira ’ ah dan seterusnya ; memahami ajaran dan doktrin-doktrin keagamaan , seperti ushûl al- dîn ; memahami sejarah dan situasi historis turunnya ayat ( asbâb al- nuzûl ); memahami hadits-hadits yang digunakan sebagai bahan penafsiran .

ta’wil berasal dari kata artinya : kembali , akibat atau pahala . Surat An- Nisa 59: Yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya Sedangkan isim makan dan zamannya adalah atau yang berarti tempat kembali . ( lihat QS. al - Kahfi : 58) Ada juga yang mengatakan bahwa kata artinya“kembali dan bersandar kepadanya ” atau “ unggul dan memiliki pengikut ” ( seperti dalam firman QS. at-Taubah:108 dan al- An’am : 163). ta’wil diambil dari kata al- iyalah atau al- iyal = “ siasat ”, Kata ini termasuk dalam wazan qola , bentuk qala mashdarnya adalah iyalatan wa iyalan , = menyiasati dan memperbaiki pengabdian kepada mereka TA’WIL

Secara terminology: Ibnu Manzhur , ada dua ta’wil : (1) ta’wil adalah sinonim ( muradhif ) dari tafsir ; (2) ta’wil adalah memindahkan makna zhahir dari tempat aslinya kepada makna lain karena ada dalil .” al- Jurjani dalam At- Ta’rifat , “ Ta’wil secara bahasa bermakna kembali , sedangkan secara istilah bermakna mengalihkan lafazh dari maknanya yang zhahir kepada makna lain ( batin ) yang terkandung di dalamnya , apabila makna yang lain itu sesuai dengan Al-Qur’an dan As- Sunnah ” Ibnu Al- Jawzi dalam Al- Idhah li Qawanin Al- Istilah mengatakan bahwa , “ Ta’wil adalah mengalihkan lafazh ambigu ( muhtamal ) dari maknanya yang kuat ( rajih ) kepada makna yang lemah ( marjuh ) karena adanya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh pembicara adalah makna yang lemah Syekh Tajudin as- Subuki “ Takwil adalah berpindah dari makna yang masyhur menuju makna yang jarang dipakai ( al- Muhtamil al- Marjuh ), apabila takwil dilandasi alasan yang kuat maka disebut takwil yang benar ( shahih ), sedangkan apabila takwil dilandasi prasangka sebab kasuistik yang terjadi maka disebut takwil yang rusak ( fasid )” ( Syekh Tajudin as- Subuki , Jam’ul Jawami ’ , 2007, [Beirut: Darul Kutub al- Islamiyyah ], vol.2 hal . 57)

Tarjamah Tarjamah menurut Ash- Shabuni : “ Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt , dengan perantaraan terjemahan .” Aada tiga corak penerjemahan , yaitu : Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah , yaitu menerangkan makna atau kalimat dan mensyarahkannya , tidak terikat oleh leterlek-nya , melainkan oleh makna dan tujuan kalimat aslinya ( sinonim dengan tafsir ) Terjamah harfiyah bi Al- mistli , yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa asli dengan kata sinonimnya ( muradif ) ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa aslinya . Terjemah harfiyah bi dzuni Al- mistl , yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa asli kedalam bahasa lain dengan memperhatikan urutan makna dan segi sastranya .

Sayyid Ahmad Khan (1817 – 1898) “ semakin banyak kemajuan duniawi [Muslim], semakin banyak kemuliaan yang diperoleh Islam.”

Setelah Pemberontakan Sapoy , 1857, Ummat Islam India terus diburu dan ditumpas Kolonial Inggris . Setiap ada keribuatn kecil , ummat Islam yang disalahkan . Penderitaan Ummat Islam India teralami di banyak tempat

“Pada waktu itu saya menganggap mustahil bahwa masyarakat kita akan bangkit kembali dan akan dihargai lagi, serta saya sudah tidak tahan melihat keadaan mereka. Beberapa lama saya tengg e lam dalam kebingungan dan penderitaan. Anda akan yakin bahwa penderitaan tersebut membuat saya bertambah tua dan memutihkan rambutku... Tetapi ketika itu saya berpikir bahwa merupakan perbuatan yang pengecut dan tidak manusiawi jika seseorang meninggalkan negerinya dalam keadaan runtuh serta mencari kenikmatan hidup sendiri. Tidak! Saya harus ikut serta menanggung kesengsaraan itu, dan merupakan kewajiban rasional saya untuk berusaha keras menyingkirkan kesengsaraan-kesengsaraan tersebut semampu saya… ” ( Sayyid Ahmad Khan)

Alam dan Ayat adalah Af’al Tuhan . Pada alam terdapat hukum alam ( qānūn -i qudrat ), sementara ayat adalah perjanjian praktis (‘ amali ‘ ahd ) dan janji dan ancaman ( wahyu ) yang lisan ( qaulī mu‘āhadah ). Dan di antara keduanya tidak boleh ada kontradiksi sama sekali .” “ …. tak mungkin terjadi pertentangan antara Vurd af Gad (firman Tuhan) dan Vurk af Gad (ciptaan Tuhan), serta keselarasan antara keduanya harus terjadi . Jika ada firman yang tidak selaras dengan ciptaan (hukum alam), maka niscaya itu bukanlah firman Tuhan. ” Tuhan menegaskan bahwa Dia telah membuat janji-janji, dan pelanggaran terhadap janji-janji sepertinya tidak akan pernah terjadi . H al yang sama berlaku untuk hukum alam kalau janji-janji Tuhan di dalam al-Quran merupakan janji-verbal Tuhan, maka hukum alam dapat disebut sebagai janji-operasional Tuhan . Keduanya, ayat dan alam, sama-sama dianggap sebagai janji, sehingga pelanggaran terhadap janji-operasional sama dengan pelanggaran terhadap jan j i-verbal, dan itu tidak mungkin terjadi. Kami menyatakan secara terbuka bahwa tidak ada bukti terjadinya sesuatu yang supranatural, yang seperti dinyatakan sebagai keajaiban …. Jika dalam al-Quran ditemukan kisah mukjizat, telitilah makna lain dari kata-kata al-Quran itu; jika ternyata ada makna lain yang dapat memalingkan makna mukjizat gunakan makna itu.

  “ Sayangnya , tidak semua hal dalam hidup itu mudah Bahkan manusia pun berjuang untuk menjadi manusia .” ( Mirza Asadullah Ghalib , Penyair India abad 19)
Tags