Terapi Oksigen.pptx oksigen terapi oksigen

widjayaagil 1 views 34 slides Sep 27, 2025
Slide 1
Slide 1 of 34
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34

About This Presentation

Oksigen terapeutic


Slide Content

TERAPI OKSIGEN Prabedah PPDS Bedah UNS 2025

Definisi Terapi oksigen : terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai bahan farmakologis utama, untuk individu tertentu berkaitan dengan penyakitnya, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih baik bilamana terapi tersebut diberikan.

Indikasi Indikasi utama : hipoksemia → PaO 2 arteri <60 mmHg atau SaO 2 <90% Kondisi lain misalnya: trauma berat, infark miokard akut, renjatan, sesak napas, keracunan gas CO, pasca anestesi

Tujuan mempertahankan PaO 2 > 60 mmHg atau SaO 2 > 90%. Dengan demikian, hipoksia jaringan dan beban kerja kardiorespirasi yang berlebih dapat dicegah dapat diberikan sebagai suplemen (< 30 hari) atau terapi ( short term 30-90 hari atau long term oxygen >90 hari)

Evaluasi dan monitoring Pemeriksaan fisik dan Gejala Klinis → perbaikan/resolusi gejala dan tanda hipoksemia Pemeriksaan penunjang → analisis gas darah arteri, 15-20 menit setelah terapi dilakukan menunjukkan peningkatan tekanan parsial oksigen

Hipoksemia Keadaan PaO 2 < 60 mmHg atau SaO 2 < 90% pada orang dewasa, anak, dan bayi < 50 mmHg atau < 88% pada neonatus Dapat terjadi karena: Ketidaksesuaian ventilasi - perfusi pada paru

Hipoventilasi alveolar Pirau ( shunt ) Gangguan difusi Penurunan tekanan oksigen insipirasi

Gejala hipoksemia : sianosis, kelelahan, disorientasi, kesadaran menurun, takipneu , dispneu , takikardia /bradikardia, aritmia , hipertensi/hipotensi, polisitemia vera, jari tabuh Mencari penyebab : PF, foto toraks, laboratorium, menilai alveolar- arterial oxygen gradient ( A-a DO 2 ) < 20 mmHg normal 20 – 40 mmHg V/ Q mismatch 40 – 60 mmHg pirau > 60 mmHg gangguan difusi

Efek Samping Terapi Oksigen belum diketahui ambang konsentrasi dan waktu paparan untuk menimbulkan toksisitas FiO 2 tergantung dari banyak faktor: dosis dan lama pemberian oksigen, toleransi masing-masing pasien

manifestasi klinik pada toksisitas oksigen: Toksisitas sistem saraf pusat – “Bert effect” Toksisitas sistem respirasi Trakeobronkitis, Absoprtion atelectasis, Kerusakan jaringan paru akut, Kerusakan jaringan paru kronik Toksisitas pada sistem mata Toksisitas pada sistem ginjal: kerusakan pada sel tubular Toksisitas pada sistem hematologi: morfologi sel darah merah yang abnormal dan hemolisis Kardiovaskular: kerusakan miosit

Efek samping lain : Hiperkarbia pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Retinopathy of prematurity Risiko terjadi kebakaran Pada penggunaan kanul hidung: iritasi mukosa hidung, kongesti nasal, epistaksis, dan alergi. 1 Pencegahan efek toksik : pemakaian konsentrasi oksigen serendah mungkin untuk mempertahankan PaO 2 > 60 mmHg, monitoring dengan analisis gas darah

Terapi Oksigen Jangka Panjang (LTOT) Terapi oksigen yang diberikan >90 hari terapi standar untuk pasien dengan hipoksemia kronik yang stabil saat ini banyak digunakan untuk terapi pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Indikasi LTOT: PaO2 ≤ 55 mmHg atau SpO2 ≤ 88% PaO2 55-59 mmHg atau SpO2 89% jika ada tanda-tanda hipoksia seperti hipertensi pulmoner, cor pulmonale, eritrositosis, atau edema akibat gagal jantung kanan Jika pada saat latihan/olahraga PaO2 < 55 mmHg atau SpO2 < 88% Desaturasi oksigen malam hari ≤ 88%

Kelebihan: meningkatkan kesintasan → penurunan mortalitas meningkatkan hemodinamik paru dan mengurangi beban kerja jantung Meningkatkan kapasitas latihan Efek neuropsikologis oksigen → meningkatkan kewaspadaan, motorik, dan genggaman Pada pasien PPOK : memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup

Kekurangan: Kepatuhan pasien akan berkurang karena jangka panjang menyebabkan bahaya terbakar iritasi lokal di hidung dan mata

Metode Pemberian Oksigen oksigen harus diberikan dengan cara sesederhana mungkin dan fraksi insipirasi oksigen (FiO 2 ) serendah mungkin, namun tetap dapat mempertahankan nilai PaO 2 > 60 mmHg dan SaO 2 > 90% Pilihan metode tergantung: besar FiO 2 , kenyamanan pasien, tingkat kelembaban yang dibutuhkan, dan kebutuhan terapi nebulisasi Terbagi menjadi low flow dan high-flow devices

Low-flow (variable performance) devices memberikan konsentrasi oksigen yang lebih sedikit daripada yang dihirup oleh pasien, bervariasi menurut gas yang keluar dari alat dan pola pernapasan pasien Alat : kanula hidung dan sungkup oksigen

Kanul Hidung ditujukan untuk pasien tanpa hiperkapnia yang memerlukan oksigen suplementasi hingga 40%, kecepatan 2-6 l/menit alat ini nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien

Masker Pada kecepatan > 6l/menit digunakan masker Tipe: Masker sederhana ( simple mask ) kecepatan 5-12 l/menit, juga berguna untuk pasien dengan obstruksi hidung dan bernapas lewat mulut

Masker rebreathing dan masker nonrebreathing memiliki reservoir dibawah dagu masker nonrebreathing memakai katup untuk memastikan udara yang masuk pada saat inspirasi adalah udara oksigen

High-flow (fixed perfomance) devices Konsentrasi oksigen yang masuk stabil dan sesuai dengan yang dihirup oleh pasien Alat: sungkup venturi dan continuous positive airway pressure (CPAP)

Masker venturi Oksigen mengalir dengan kecepatan tinggi lewat lubang kecil di dasar masker sehingga membentuk tekanan negatif → mendesak keluar udara atmosfir sehingga oksigen dapat diberikan dengan angka pasti

Continous Positive Airway Pressure /CPAP pemberian tekanan positif untuk seluruh siklus respirasi (inspirasi dan ekspirasi) pada saat bernapas secara spontan Penggunaannya mengurangi kerja untuk bernapas, mengeliminasi/mengurangi hipoksia dan mencegah atelektasis

Invasive ventilator intubasi

Contoh kasus Wanita 41 tahun dengan serangan asma berat datang ke unit gawat darurat, mendapatkan oksigen 6 L/menit melalui nasal kanul. Hasil analisa gas darah: pH : 7,530 PCO 2 : 41,1 PO 2 : 68,8 HCO 3 : 33,6 TCO 2 : 34,3 Base excess : 9,5 std HCO 3 : 33,7 Sat O 2 : 95,4

Menentukan kebutuhan konsentrasi oksigen: PAO 2 = {(PB – PH 2 O) x FiO 2 } – (1,25 x PaCO 2 astrup ) = (713 x x FiO 2 ) – (1,25 x PaCO 2 astrup )

Alat yang digunakan O 2 (L/menit) FiO 2 Kanula hidung 1-2 0,21-0,24 2 0,23-0,28 3 0,27-0,34 4 0,31-0,38 5-6 0,32-0,44 Venturi 4-6 0,24-0,28 8-10 0,35-0,40 8-12 0,50 Simpel 5-6 0,30-0,45 7-8 0,40-0,60 Rebreathing 7 0,35-0,75 10 0,65-1,00 Non rebreathing 4-10 0,40-1,00

PAO 2 = 713 x 0,44 – 1,25 x 41,1 = 313,72 - 51,375 = 262,345 PaO 2 astrup / PAO 2 = PaO 2 yang diinginkan / PAO 2 baru PAO 2 baru = PaO 2 yang diinginkan x PAO 2 / PaO 2 astrup = 95 x 262,345 / 68,8 = 362,25

PAO 2 = (713 x FiO 2 ) – (1,25 x PaCO 2 astrup ) 362,25= 713 x FiO 2 – 51,275 FiO 2 = (362,25 + 51,275) / 713 = 0,58 Alat yang digunakan O 2 (L/menit) FiO 2 Kanula hidung 1-2 0,21-0,24 2 0,23-0,28 3 0,27-0,34 4 0,31-0,38 5-6 0,32-0,44 Venturi 4-6 0,24-0,28 8-10 0,35-0,40 8-12 0,50 Simpel 5-6 0,30-0,45 7-8 0,40-0,60 Rebreathing 7 0,35-0,75 10 0,65-1,00 Non rebreathing 4-10 0,40-1,00

kebutuhan oksigen pasien: 8 L/menit melalui simple mask .

Daftar pustaka Rasmin M. Terapi Oksigen: Mengenal terapi oksigen. 2006. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Hal.1-9. Wagner PD, West JB. Respiratory physiology . Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine . 4­ th ed. 2005. Philadelphia : Saunders , An Imprint of Elsevier . Patel DN, Goel A , Agarwal SB, Garg P , Lakhkani KK . Oxygen toxicity . JIACM . 2003; 4(3) : 234-7. Doherty DE, Petty TL, Bailey W , Carlin B , Cassaburi R , Christopher K , et.al. Recommendations of the 6th long-term oxygen therapy consensus conference . USA: Respiratory Care . 2006;51(5):519-25. American College of Chest Physician . Basics of Long-term Oxygen Therapy (LTOT). 2012. Available on : http :// www.chestnet.org / downloads / patients / guides /LTOT-full-2012.pdf Croxton TL, Bailey WC. Long-term Oxygen Treatment in Chronic Obstructive Pulmonary Disease : Recommendations for Future Research . American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine . 2006;174:373-8. Tarpy SP, Celli BR. Long-Term Oxygen Therapy . N Engl J Med . 1995;333:710-4.

Rous MRG. Long-term oxygen therapy : Are we prescribing appropriately ? Int J Chron Obstruct Pulmon Dis . 2008;3(2):231–7. Chang TT, Lipinski CA, Sherman HF. A hazard of home oxygen therapy . J Burn Care Rehabil . 2001;22:71-74. Antariksa B , Djajalaksana S , Pradjnaparamita , Riyadi J , Yunus F , Suradi, et.al. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik): Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011;47-8. Singh CP, Singh N , Singh J , Brar GK, Singh G . Emergency Medicine : Oxygen Therapy . Journal , Indian Academy of Clinical Medicine . 2001; 2(3): 178-84. Anonim. Oxygen Delivery Devices . Available on : http :// www.virtual . yosemite.cc.ca.us / lylet /220/220/ lectures / Oxygen . Hunt J . Guidelines for the Use of Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) in Adults . Royal United Hospital Bath NHS Trust. 2007 National Heart Lung and Blood Institute . What is CPAP? Available on : http :// www.nhlbi.nih.gov / health / health-topics / topics / cpap /. Jones Medical Supply. Oxygen Therapy . Available on : http :// jonesmed . com / Oxygen.html .

Terima kasih
Tags