Tugas 1. Teknik Komunikasi dan Family Meeting (1).pptx
ratnaernawati4
6 views
35 slides
Sep 08, 2025
Slide 1 of 35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
About This Presentation
teknik komunikasi dan family meeting
Size: 5.13 MB
Language: none
Added: Sep 08, 2025
Slides: 35 pages
Slide Content
TEKNIK KOMUNIKASI PADA PRAKTIK KLINIK DAN MERENCANAKAN FAMILY MEETING BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE dr. Ratna Ernawati
Pendahuluan Layanan paliatif berasal dari bahasa Latin ( patiare to cloak) menggambarkan setiap kondisi pelayanan medis atau pengobatan yang fokus untuk menurunkan beratnya gejala penyakit yang dialami dibandingkan menyembuhkan atau memperlambat progresifitas penyakitnya . Vera Abdullah, Hamzah Shatri , Buku ajar PAPDI edisi 7, Bab 37 Halaman 4496
Teknik Komunikasi pada Praktek Klinik dan Merencanakan Family Meeting berdasarkan Evidence Based Practice
Menurut WHO World Health Organization (WHO) mendefinisikan sebagai suatu pendekatan yang memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam nyawa , melalui pencegahan dan meringankan penderitaan dengan deteksi dini dan penilaian serta pengobatan nyeri dan masalah lain, fisik , psikososial dan spiritual dengan baik . Vera Abdullah, Hamzah Shatri , Buku ajar PAPDI edisi 7, Bab 37 Halaman 4496
Prinsip Pengobatan Paliatif
Sikap dalam Pelayanan Prinsip pengobatan paliatif disederhanakan dengan memperhatikan praktik klinis yang baik Bersikap melayani , berkomitmen , memberikan pertimbangan dengan memperhatikan individual, kultural , perhatian , menempatkan teknik layanan sesuai dengan porsinya . Komunikasi Adanya Komunikasi antara profesi kesehatan dengan pasien dan keluarga Menempatkan pelayanan sesuai dengan tingkatan penyakit , dengan menggunakan standard tinggi yang konsisten , komprehensif , multiprofesional , terkoordinasi dan berkelanjutan serta memperhatikan pencegahan krisis , adanya dukungan penjaga pendamping serta menilai kembali kondisi pasien secara berkelanjutan Pelayanan
KOMUNIKASI PADA LAYANAN PALIATIF DAN END OF LIFE
Komunikasi merupakan proses terkait penyampaian informasi , makna dan perasaan oleh seseorang melalui pertukaran pesan verbal dan nonverbal. Komunikasi terkait harapan individu dan juga keluarga serta perencanaannya , tentunya mencakup berbagai perubahan secara medis ataupun teknis yang dilakukan . Komunikasi yang efektif pada layanan paliatif sangat diperlukan terlebih pada end of life yang memerlukan keahlian khusus terkait dengan family meeting, breaking bad news dan advanced care planning pada layanan paliatif dan end of life Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memberikan suatu komunikasi yang efektif . Komponen tersebut terdiri dari keyakinan / kepercayaan yang menguntungkan , pelayanan , penghargaan , kejujuran , empati , dukungan , dan kekerabatan KOMUNIKASI PADA LAYANAN PALIATIF
Menjelaskan ketidakpastian Memberikan waktu yang realistis Memberikan harapan yang realistik, membantu pencapaian pasien apabila penting baginya Merekomendasikan hubungan keluarga dan kerabat untuk berkunjung Mempersiapkan jawaban pertanyaan mengenai proses menjelang kematian Memberikan dukungan berkelangsungan dan konseling Meyakinkan mengenai pelayanan berkelanjutan . Komunikasi efektif membutuhkan informasi yang jelas , ringkas , benar , dan menyeluruh . Prognosis dalam berkomunikasi terdiri dari
Mempertimbangkan situasi : tempat yang tepat , privasi , waktu yang adekuat , tidak ada interupsi atau distraksi . Saling berkenalan dan menyapa secara hangat Menunjukkan rasa hormat dikedua pihak Menggunakan bahasa aktif Menunjukkan empati Menyatakan apa yang dirasakan Memberikan kesempatan bagi keduanya Mempertahankan kontak mata yang saling menghargai Saran dalam berkomunikasi yang baik
Menggunakan bahasa yang mana pasien memahami dan menghindari jargon medis atau teknis Mengulangi dapat membantu mereka memahami dan mengingat informasi yang diberikan kepada mereka Tidak memberikan informasi berlebihan pada satu waktu , kecuali dibutuhkan Pertanyaan terbuka-terfokus dapat mendorong pasien untuk berbicara Keheningan dapat membantu pasien untuk menyatukan pikirannya Berlatih dapat meningkatkan kemampuan dalam komunikasi Saran dalam berkomunikasi yang baik
Bad News didefinisikan setiap berita yang dapat mengubah pandangan pasien ke depan secara serius dan negatif . Dalam upaya untuk menyatakan berita yang sesensitif mungkin , penting untuk membantu pasien dan keluarganya memahami kondisi , dukungan pasien dan keluarga , serta meminimalkan risiko distres berlebihan atau memperlama penolakan Upaya breaking bad news (BBN) merupakan suatu tantanganyang didasari pada keseluruhan lingkup keahlian dan kemampuan professional. Jika kita melakukannya dengan buruk , pasien atau anggota keluarga tidak akan memaafkan kita , jika kita melakukan dengan baik , pasien tidak akan pernah melupakan kita . Breaking Bad News
Langkah 1: S -SETTING UP the interview Siapkan hal-hal yang privasi dan tenang : ruang interview ideal; jika tidak ada , buatlah tirai pada tempat tidur pasien . Sediakan tissue jika sewaktuwaktu diperlukan . Libatkan orang lain yang penting bagi pasien : keluarga , pilih satu atau dua sebagai perwakilan . Duduk : posisi duduk akan membuat rilaks pasien dan tidak ada batas antara keduanya . Jalinlah hubungan dengan pasien ; mempertahankan sikap kontak mata atau menyentuh / menggenggam tangan untuk menjalin hubungan . Buat batasan waktu dan interupsi ; menyampaikan kepada pasien bilamana mereka mau jeda aatau interupsi . Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
Langkah 2: P -Assessing the patient's PERCEPTION Buat pertanyaan terbuka . Dapatkan pemahaman pasien mengenai kondisi penyakitnya ; serius atau tidak , apa yang diketahui tentang penyakitnya . Hal ini dapat mengoreksi kesalahpahaman dalam informasi . Perhatikan hal-hal yang berkaitan dengan penolakan terhadap penyakitnya : harapan berlebihan , pemutusan hal penting dalam pengobatan , tetapi tetap mempertahankan hal-hal yang tidak menguntungkan dalam pengobatan untuk penyakitnya atau harapan pengobatan yang tidak realistis . Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
Langkah 3: I -Obtaining the patient's INVITATION Mintalah izin untuk mendiskusikan sesuatu (‘Ask before you tell’). Dilakukan bila sebagian besar mengharapkan suatu informasi yang lengkap mengenai diagnosis, prognosis dan detail terkait penyakitnya ( terbuka dan siap secara mental untuk menerima bad news) Dapatkan informasi melalui diskusi terkait penjelasan tentang hasil pemeriksaan penunjang dapat membantu klinisi untuk merencanakan diskusi selanjutnya dengan pasien . Jawablah setiap pertanyaan yang ditanyakan pasien atau anggota keluarga Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
Langkah 4: K -Giving KNOWLEDGE and information to the patient Mengingatkan pasien bahwa bad news akan diberikan untuk mengurangi syok yang dapat terjadi dalam proses menyampaikan bad news dan hal tersebut bisa memfasilitasi proses informasinya . Berikan fakta medis , merupakan salah satu cara dialog dokter-pasien , dapat dikembangkan dengan suatu panduan sederhana . Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
Langkah 5: E-Addressing the patient's EMOTIONS with empathic responses Beri respons terhadap emosi pasien merupakan tantangan tersulit dalam BBN. Reaksi emosi pasien bisa bermacam-macam mulai tidak percaya , menangis , menolak atau marah . Upaya yang dapat dilakukan klinisi yaitu memberikan dukungan dan solidaritas terhadap pasien dengan memberikan respons empati . Respons empati ada empat (4) langkah , yaitu : 1. Observasi setiap emosi pada diri pasien 2. Identifikasi emosi yang dialami pasien yang tersembunyi . Jika pasien tampak sedih , tetapi diam, gunakan pertanyaan terbuka . 3. Identifikasi alasan untuk emosinya . biasanya terkait dengan bad news- nya . 4. Setelah anda meluangkan waktu untuk mengekspresikan perasaannya , biarkan pasien mengetahui bahwa anda menghubungkan emosi tersebut dengan alasan untuk emosi dengan membuat suatu pernyataan yang berhubungan . Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
Langkah 6: S -STRATEGY and SUMMARY Tanyakan terlebih dahulu rencana ke depan jika pasien telah siap . Diskusikan rencana pengobatan ; pilihan pengobatan jika memang ada . Berikan kesempatan pasien membuat keputusan sehingga dapat mengurangi rasa gagal pada diri dokter bilamana pengobatannya tidak berhasil . Nilai kesalahpahaman pasien dalam diskusi untuk mencegah kecederungan terdokumentasi oleh pasien terkait dugaan berlebihan efikasi atau kesalahpahaman tujuan pengobatan . Simpulkan pembicaraan Tawarkan pertanyaan dan persiapkan jawaban untuk pertanyaan yang mungkin menyentuh atau terburuk untuk kondisi pasien . Langkah-Langkah dalam Breaking Bad News
FAMILY MEETING
Family meeting dalam perawatan paliatif adalah komponen penting yang bertujuan untuk memastikan perawatan yang berpusat pada pasien dan keluarga . Pertemuan ini memungkinkan diskusi terbuka antara tim medis , pasien , dan anggota keluarga mengenai kondisi medis , preferensi perawatan , serta kebutuhan emosional dan spiritua Family meeting (FM) merupakan suatu bagian dari rencana pelayanan yang penting dalam rumah sakit , tetapi kondisi ini selalu terjadi terlambat pada saat admisi atau pada pengambilan keputusan kritis . FM berguna untuk mendiskusikan status dan tujuan-tujuan pelayanan pasien FAMILY MEETING
Klarifikasi Informasi : Memberikan kesempatan bagi keluarga untuk memahami kondisi pasien , prognosis, dan opsi perawatan yang tersedia . Pengambilan Keputusan Bersama: Memfasilitasi diskusi mengenai tujuan perawatan dan preferensi pasien , memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan nilai dan keinginan pasien . Dukungan Emosional : Menawarkan ruang bagi anggota keluarga untuk mengekspresikan kekhawatiran , perasaan , dan pertanyaan mereka , yang dapat mengurangi kecemasan dan stres . Manfaat Family Meeting
Persiapan Identifikasi anggota keluarga yang perlu hadir sesuai dengan keinginan pasien . Koordinasikan waktu dan tempat yang nyaman bagi semua pihak . Siapkan informasi medis yang relevan dan rencana perawatan yang akan dibahas . Pelaksanaan Mulai dengan perkenalan semua peserta dan jelaskan tujuan pertemuan . Sampaikan informasi medis dengan jelas dan hindari terminologi yang membingungkan . Dengarkan dengan empati kekhawatiran dan pertanyaan dari keluarga . Diskusikan opsi perawatan , termasuk manfaat dan risiko , serta dengarkan preferensi pasien dan keluarga . Tindak Lanjut Dokumentasikan keputusan yang diambil dan rencana perawatan yang disepakati . Jadwalkan pertemuan lanjutan jika diperlukan untuk meninjau dan menyesuaikan rencana perawatan . Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Family Meeting:
Tantangan yang Mungkin Dihadapi Perbedaan Pendapat : Anggota keluarga mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai perawatan terbaik untuk pasien . Emosi yang Intens : Topik akhir hayat dapat memunculkan emosi yang kuat , seperti kesedihan , kemarahan , atau penolakan . Komunikasi yang Tidak Efektif : Kurangnya komunikasi yang jelas dapat menyebabkan kesalahpahaman atau ketegangan . Family Meeting
Strategi Mengatasi Tantangan : Fasilitasi oleh Profesional : Melibatkan profesional , seperti pekerja sosial atau konselor , dapat membantu menavigasi dinamika keluarga dan memastikan komunikasi yang efektif . Pendekatan Empatik : Menunjukkan empati dan kesabaran selama diskusi dapat membantu meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan . Penyediaan Informasi yang Jelas : Memberikan informasi yang akurat dan mudah dipahami membantu keluarga membuat keputusan yang berdasarkan pemahaman yang benar . Family Meeting
5 Stages of Grief Theori dari Elisabeth Kübler-Ross
Teori DABDA yang diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross menggambarkan lima tahap emosional yang sering dialami individu saat menghadapi kematian atau kehilangan : Denial ( Penyangkalan ) Anger ( Kemarahan ) Bargaining ( Tawar-menawar ) Depression ( Depresi ) Acceptance ( Penerimaan ). Dalam konteks komunikasi dengan pasien perawatan paliatif , pemahaman terhadap tahapan ini sangat penting untuk memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kondisi emosional pasien . 5 Stages of Grief
Penyangkalan (Denial) Pada tahap ini , pasien mungkin menolak kenyataan tentang kondisi kesehatannya . Mereka bisa menunjukkan sikap tidak percaya atau menghindari diskusi mengenai penyakitnya . Dalam situasi ini , tenaga kesehatan sebaiknya : Memberikan informasi secara perlahan dan sesuai kebutuhan pasien . Menghormati ruang dan waktu yang dibutuhkan pasien untuk memproses informasi . Menawarkan dukungan tanpa memaksa pasien menerima kenyataan secara langsung . 5 Stages of Grief
Kemarahan (Anger) Pasien mungkin merasa marah terhadap diri sendiri , keluarga , tenaga medis , atau situasi yang dihadapinya . Kemarahan ini adalah respons alami terhadap rasa ketidakadilan atau kehilangan . Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi : Mendengarkan dengan empati tanpa menghakimi . Mengakui perasaan marah pasien sebagai bagian dari proses yang normal. Menghindari perdebatan atau respons defensif ; fokus pada kebutuhan emosional pasien . 5 Stages of Grief
Tawar-menawar (Bargaining) Pada tahap ini , pasien mungkin mencoba membuat kesepakatan dengan Tuhan atau kekuatan lain untuk memperpanjang hidup atau mengurangi penderitaan . Mereka bisa mengungkapkan penyesalan atau harapan untuk melakukan sesuatu secara berbeda . Pendekatan yang dapat dilakukan : Mendukung ekspresi perasaan dan harapan pasien . Membantu pasien menemukan makna atau tujuan dalam pengalaman mereka . Mendorong pasien untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa memberikan harapan palsu 5 Stages of Grief
Depresi (Depression) Pasien mungkin mengalami kesedihan mendalam , penarikan diri , atau keputusasaan . Ini adalah respons wajar terhadap realitas kondisi mereka . Pendekatan yang dapat dilakukan : Menawarkan kehadiran yang tenang dan mendukung ; kadang-kadang kehadiran tanpa kata sudah cukup . Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan mereka . Memastikan pasien bahwa perasaan mereka adalah normal dan dimengerti . 5 Stages of Grief
Penerimaan (Acceptance) Pada tahap ini , pasien mulai menerima kenyataan kondisi mereka dan mungkin menunjukkan ketenangan atau kesiapan menghadapi akhir hidup . Pendekatan yang dapat dilakukan : Mendukung keputusan dan keinginan pasien terkait perawatan akhir hidup . Membantu dalam perencanaan perawatan sesuai dengan keinginan pasien . Menjaga komunikasi terbuka dan jujur , serta menghormati otonomi pasien . 5 Stages of Grief