Tugas renoprotective effect of acei.pptx

zulkarnaen920 2 views 24 slides Oct 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 24
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24

About This Presentation

Tugas


Slide Content

Renoprotective effect of acei and arb Andy Kurniawan Saputra (21/476018/PFA/2080)

Aktifitas renal protector terjadi dengan penghambatan Angiotensin II sehingga memblokade efek-efek negative yang merusak ginjal seperti mengurangi proteinurea , menurunkan produksi aldoseteron , menurunkan (plasminogen activator inhibitor 1) PAI-1, menurunkan TGF-B dan extracellular matrix (ECM) (Taal dan Berner, 2000) Taal, MW, Brenner, BM.2000.Renoprotective benefits of RAS inhibition: From ACEI to angiotensin II antagonists. Kidney International, Vol. 57, pp. 1803–1817

Marker Effects Glomerular capillary hydraulic pressure ( Pgc ) Jika terjadi kenaikan menyebabkan proteinurea dan focal glomerulosclerosis , selanjutnya perubahan hemodinamik dari glomerulus ini akan mempengaruhi kerusakan endothelial pada glomerulus. Kenaikan Pgc yang merusak endothelial pada glomerulus dapat meningkatkan TGF B dan ECM. Transforming growth factor B (TGF B) dan extracellular matrix (ECM) Jika mengalami kenaikan maka menyebabkan akumulasi ekstaseluler matrix yang menyebabkan fibrosis dan trombosis pada ginjal Plasminogen activator inhibitor 1 (PAI 1) Peningkatan PAI-1 distimulasi oleh angiotensin II di sel endothelial dan sel otot halus vascular yang akan meningkatkan akumulasi matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan fibrosis dan trombosis Aldosteron Peningkatan aldosterone akan menyebabkan kenaikan reabsorbsi Na, Cl, eksresi K dan retensi cairan sehingga mempengaruhi fungsi ginjal . Selain itu , dapat menyebabkan disfungsi dan remodelling vaskular dan inflamasi . Aktifasi dan infiltrasi makrofag Terjadinya aktifasi dan infiltrasi makrofag menyebabkan inflamasi yang dapat berlanjut menjadi renal injury . Selain itu , stimulasi dari produksi sitokin melalui jalur ini dapat mempercepat terjadinya renal injury .

Angiotensinogen yang dirilis oleh liver akan berubah menjadi Angiotensin I lalu di convert oleh ACE menjadi angiotensin II sehingga penyebabkan kerusakan pada renal via hemodynamic dan non-hemodynamic . Jika enzim ACE dihambat ataupun reseptor angiotensin di hambat maka tidak akan terjadi kerusakan ginjal karena hemodynamic dan non hemodynamic (Taal dan Berner, 2000).

Saat Angiotensi II berikatan dengan reseptor AT1 maka akan terjadi 2 mekanisme yang merusak ginjal , yaitu secara hemodinamik dan non- hemodinamik . Pada siklus hemodinamik akan terjadi vasokrontriksi yang dapat meningkatkan TD, penurunan renal blood flow (RBF) yang dapat menyebabkan atherosclerosis karena adanya penumpukan kolesterol serta substansi lain pembentuk plak , sampah metabolic pun akan lambat di filtrasi dari darah ke tubulus , terakhir peningkatan Pgc akan merusak endothelial pada glomerulus (Taal dan Berner, 2000).

Selanjutnya mekanisme non- hemodinamik yang terjadi karena pengikatan Angiotensin II pada reseptor AT1 adalah peningkatan reabsorbsi Na/air yang dapat diinisiasi oleh peningkatan aldosterone sehingga menyebabkan hypervolemik , selanjutnya dapat meningkatkan tekanan darah pada ginjal . Peningkatan TGF dan ECM dapat menyebabkan fibrosis pada ginjal . Sementara kenaikan marker PAI-1 dan aktifasi makrofag menyebabkan inflamasi yang dapat menurunkan fungsi ginjal . Semua proses ini akan memperngaruhi fungsinya dalam menyeimbangkan asam-basa , tekanan darah dan tekanan osmosis (Taal dan Berner, 2000).

Sementara aktifasi pada reseptor AT2 memiliki hasil yang positif . Reseptor AT2 banyak terdapat pada jaringan-jaringan saat fetus dan secara dramatis akan menurun dan di dominasi oleh reseptor AT1 setelah lahir . Reseptor AT2 hanya berada pada beberapa organ seperti otak , adrenal, jantung , ginjal , serta ovarium. reseptor ini bekerja dengan meng- counter aksi reseptor AT 1. reseptor AT2 akan menstimlasi produksi NO yang merupakan massanger sekunder dari cGMP sehingga terjadi vasodilatasi , tekanan darah dan natruresis . Penurunan antifibrotic efek akan mengurangi fibrosis jaringan . Penurunan proliferasi sel akan menginduksi peningkatan cell-growth dan PGE  PGF 2a akan menginsiasi vasodilatasi (Taal dan Berner, 2000; Kaschina , dkk , 2018).

THYROID Disease in ckd patients Andy Kurniawan Saputra (21/476018/PFA/2080)

Basu , G., & Mohapatra, A. (2012). Interactions between thyroid disorders and kidney disease.  Indian journal of endocrinology and metabolism ,  16 (2), 204–213. https://doi.org/10.4103/2230-8210.93737

Summary: Hormon tiroid berperan dalam pertumbuhan , perkembangan dan fisiologi renal. Pada hipotiroid menurunkan dan hipertiroid meningkatkan ratio berat kidney-to-body walaupun belum ada mekanisme yang pasti hormon tiroid juga menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada kompartemen tubuh lain sehingga dapat membantu kerja renal sehingga jika terjadi penurunan aktifitas dari hormon tiroid maka akan terjadi ketidakmampuan untuk mengeksresi overload air Selanjutnya hormon tiroid dapat mengstimulasi pengeluaran renin dari juxtaglomerular sell melalui mekanisme independent dari pompa natrium dan sintesis protein and menginisiasi aktifitas angiontenase ginjal Iglesias, P., & Diez, J. J. (2008). Thyroid dysfunction and kidney disease. European Journal of Endocrinology, 160(4), 503–515.

Iglesias, P., & Diez, J. J. (2008). Thyroid dysfunction and kidney disease. European Journal of Endocrinology, 160(4), 503–515.

Management of hypothyroid in ckd Pedoman terapi hypotiroid pada CKD menggunakan Levothyroxine ( Dipiro , 2021) DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,. Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education. Companies, Inggris

Penggunaan levitroksin tidak memerlukan adjustment dose dan tidak mengalami perubahan pada profil farmakokinetinya tetuma pada half life (unchanged). Untuk pasien dengan hemodialisis pun tidak akan terdialisis dan dosis sama seperti pada fungsi normal renal. Ashley, C. dan Aileen, C. 2018. The renal drug handbook fifth edition. New York: Radclife Publisihing

Management of hypothyroid in ckd Belum ada penelitian kuat terkait penggunaan obat anti- hipertiroid pada pasien CKD namun beberapa obat yang sering digunakan sebagai pilihan terapi adalah Methimazole atau PTU. DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,. Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education. Companies, Inggris

Penggunaan PTU dalam menangani hipertiroid memerlukan adjustment dose jika nilai GFR ( < 20 mL/min) dan mengalami perpanjangan half-life pada ESRD selama 8.5 jam Ashley, C. dan Aileen, C. 2018. The renal drug handbook fifth edition. New York: Radclife Publisihing

Hyponatermia management in ckd patients Andy Kurniawan Saputra (21/476018/PFA/2080)

American Journal of Kidney Disease. 2014. Diagnosis and Treatment of Hyponatremia: New York Hyponatermia management: Pastikan apakah pasien mengalami gejala akut ( mual muntah , pusing , fatigue) ataupun sever hiponatermia ( confussion , kejang dan koma ). Terapi dilakukan saat ditemukan gejala severe ataupun gangguan neurologi pada pasien . 1-hour management severe-hyponatremia: rapid IV infusion 150 mL of 3% NacL dan dapat diulangi 2x jika gejala tidak membaik . Koreksi natrium yang dilakukan sekitar 10 mEq /L dalam 24 jam dan 8 mEq /L pada hari selanjutnya . Pasien dengan sindrom SIADH (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone) adalah retiksi cairan diikut dg peningkatan intake urea/NaCl/loop diuretik dosis rendah

Steps in the management of hyponatremia Arzhan Soraya, Lew Susie Q., Ing Todd S., Tzamaloukas Antonios H., Unruh Mark L. 2021. Dysnatremias in Chronic Kidney Disease: Pathophysiology, Manifestations, and Treatment. Frontiers in Medicine

Arzhan Soraya, Lew Susie Q., Ing Todd S., Tzamaloukas Antonios H., Unruh Mark L. 2021. Dysnatremias in Chronic Kidney Disease: Pathophysiology, Manifestations, and Treatment. Frontiers in Medicine Methods of treating hyponatremia in the CKD population Severe clinical manifestations of hyponatremia include seizures, coma, hypoxia secondary to noncardiogenic pulmonary edema and/or hypercapnic respiratory failure and death from cerebral herniation; moderate manifestations include lethargy, disorientation, and confusion; and mild manifestations include fatigue, nausea, and headache

TIBC, SI and IRON deficiencies Anemia Andy Kurniawan Saputra (21/476018/PFA/2080)

Explaination Source SI Serum iron concertation merupakan tes untuk melihat banyaknya besi yang bersikulasi dan berikatan dengan transferi dalam darah . Nilai referensi  Male: 80-180 mcg/dL or 14-32 μ mol/L (SI units); Female: 60-160 mcg/dL or 11-29 μ mol/L (SI units); Newborn: 100-250 mcg/dL; Child: 50-120 mcg/dL Iron: Reference Range, Interpretation, Collection and Panels (medscape.com) TIBC Total iron binding capacity atau tes transferrin merupakan pengecekan yang dilakukan untuk melihat kadar transferrin dalam darah atau untuk mengukur kapasitas darah untuk berikatan dan mentransfer besi serta menggambarkan banyakanya simpanan besi pada tubuh . Transferin merupakan protein yang diproduksi oleh liver dan berfungsi untuk meregulasi absobsi besi ke darah . Normal Results TIBC: 240 to 450 mcg/dL or 42.96 to 80.55 micromol /L Faruqi A, Mukkamalla SKR. Iron Binding Capacity. [Updated 2022 Jan 5]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559119/ Korelasi SI mengukur jumlah zat besi dalam darah , sementara Tes kapasitas pengikatan besi total (TIBC) melihat seberapa baik besi bergerak dalam tubuh . Zat besi adalah mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk membuat hemoglobin. Jika, tidak memiliki cukup zat besi , disebut anemia defisiensi besi . Besi dalam tubuh dibawa , atau diikat oleh protein yang dibuat oleh hati yaitu transferin . Tes TIBC didasarkan pada protein tertentu , termasuk transferin , yang ditemukan dalam darah . ( Dipiro , 2021)

DiPiro , Joseph T. 2021. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. New York: McGraw-Hill Medical.

Management terapi anemia difesiensi besi Johnston, S. (2018).  An algorithm for the diagnosis and management of iron deficiency anaemia in chronic kidney disease. Journal of Kidney Care, 3(Sup6), S14–S14.

Management terapi anemia difesiensi besi Rumus perhitungan kebutuhan zat besi pada terapi Parenteral besi ( Dipiro , 2021). Indications for parenteral iron therapy include intolerance to oral, malabsorption, and nonadherence. Patients with significant blood loss who refuse transfusions and cannot take oral iron therapy also may require parenteral iron therapy. Parenteral iron therapy is also used for patients with chronic kidney disease especially those undergoing hemodialysis, and for some cancer patients receiving chemotherapy on erythropoiesis-stimulating agents.