Unsusr-unsur hadist_Pertemuan 2.pptxunsur hadisunsur hadisunsur hadisunsur hadisunsur hadis

198906102024031001 6 views 7 slides Oct 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 7
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7

About This Presentation

unsur hadis


Slide Content

Hadis dan Unsur-Unsurnya

Indikator pemahaman mahasiswa Mahasiswa mampu menyebutkan unsur-unsur hadis b. Mahasiswa mampu menjelaskan peran sanad dalam otentisitas c. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya matan dalam pemahaman

unsur-unsur hadis Sanad ( السند ) هُوَ طَرِيقُ الْمَتْنِ ، أَيْ سِلْسِلَةُ الرُّوَاةِ الَّذِينَ نَقَلُوا الْمَتْنَ عَنْ مَصْدَرِهِ الْأَوَّلِ . Sanad adalah jalan menuju matan , yakni rangkaian perawi yang meriwayatkan hadis dari sumber pertamanya sampai kepada Rasulullah. 📖 Ibn al-Ṣalāḥ juga mendefinisikan sanad sebagai ṭarīq al- matn ( jalan yang menyampaikan kepada matan ). Matan ( المتن ) مَا يَنْتَهِي إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَ الْكَلَامِ . Matan adalah kalimat atau redaksi yang menjadi ujung sanad , yakni isi pokok hadis . 📖 Menurut Ibn al- Jamā‘ah : “Matan ialah lafaz hadis yang tersusun dari awal hingga akhir yang menjadi tujuan periwayatan .” Rawi ( الراوي ) الرَّاوِي هُوَ مَنْ تَحَمَّلَ الْحَدِيثَ وَأَدَّاهُ . Rawi adalah orang yang menerima hadis ( tahammul ) lalu menyampaikannya kembali ( ada ’). 📖 Al- Tahānawī dalam Kashshāf al- Iṣṭilāḥāt menyebut : “Rawi ialah orang yang memelihara hadis dengan hafalan atau tulisan, kemudian menyampaikannya kepada orang lain.” Kesimpulan : Sanad → jalur periwayatan hadis . Matan → teks hadis yang diriwayatkan . Rawi → perawi yang menjadi penghubung sanad .

Peran Sanad dalam Otentisitas 1. Sanad Bersambung ( Muttasil ) Contoh Hadis (Bukhari no. 1): حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ ، يَقُولُ : سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ : « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ » Sanad : al-Humaidi → Sufyan → Yahya → Muhammad bin Ibrahim → Alqamah → Umar → Nabi ﷺ. Status : sahih , karena sanadnya bersambung dan rawinya tsiqah . Sanad Terputus ( Munqathi ‘ / Mursal / Mu‘dhal ) Contoh Mursal ( sanad terputus di sahabat ): قَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ : قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: « لَيْسَ فِي الْقَطْعِ صَدَقَةٌ » Sanad : Said bin al- Musayyib ( tabi‘in ) langsung menyandarkan kepada Nabi ﷺ, tanpa menyebut sahabat . Status : dha‘if , karena ada mata rantai yang hilang . Contoh Munqathi ‘ ( terputus di tengah sanad ): يَرْوِي الزُّهْرِيُّ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: « الْبَيِّنَةُ عَلَى مَنْ ادَّعَى ، وَالْيَمِينُ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ » Sanad : al-Zuhri ( tabi‘in kecil ) langsung meriwayatkan dari Nabi ﷺ → ada rawi yang hilang ( sahabat / tabi‘in besar ). Status : sanad terputus , tidak sahih.

U rutan sanad Unsur Nama Perawi / Teks Tingkatan Perawi Sanad (1) أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ (Abu Bakr bin Abi Syaibah ) Tabi‘ut Tabi‘in / Ulama hadis (mukhrij) Sanad (2) أَبُو كُرَيْبٍ (Abu Kuraib) Tabi‘ut Tabi‘in / Ulama hadis ( mukhrij ) Sanad (3) أَبُو مُعَاوِيَةَ (Abu Mu‘āwiyah al- Ḍarīr , wafat 195 H) Tabi‘ut Tabi‘in Sanad (4) الْأَعْمَشِ ( Sulaimān bin Mihrān al- A‘mash , wafat 148 H) Tabi‘in Sanad (5) عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ ( Umārah bin ‘Umair, wafat ±101 H) Tabi‘in Sanad (6) عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ (Abd al- Raḥmān bin Yazīd , wafat ±83 H) Tabi‘in Sanad (7) عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُودٍ (Abdullah bin Mas‘ūd r.a. ) Sahabat Nabi Matan « يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ » Sabda Rasulullah ﷺ Rawi Utama Rasulullah ﷺ Sumber hadis

U rutan sanad Tingkatan Nama-nama Utama Keterangan Rasulullah ﷺ Nabi Muhammad ﷺ Sumber hadis, ucapan, perbuatan, taqrir. Sahabat (الصحابة) Abu Bakr al- Ṣiddīq , Umar bin al- Khaṭṭāb , Utsman bin ‘ Affān , Ali bin Abi Ṭālib , Aisyah binti Abi Bakr, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Sa‘id al-Khudri, dll . Generasi pertama, langsung menerima dari Nabi ﷺ. Tabi‘in (التابعون) Sa‘īd bin al- Musayyib , ‘Urwah bin al-Zubayr, Alqamah bin Qays, Al-Hasan al- Baṣrī , Ibn Sirīn , ‘Ikrimah (maula Ibn ‘ Abbās ), Mujāhid , Qatādah , dll . Generasi kedua, belajar hadis dari sahabat. Tabi‘ut Tabi‘in (تابع التابعين) Mālik bin Anas, Sufyān al-Thawrī, Al-Awzā‘ī, Yaḥyā bin Sa‘īd al-Anṣārī, Al-Layth bin Sa‘d, Sufyān bin ‘Uyaynah, Abdullah bin al-Mubārak, dll. Generasi ketiga, belajar dari Tabi‘in dan meriwayatkan kepada murid-murid berikutnya. Aṭbā‘ al-Tabi‘ut Tabi‘in (أتباع تابع التابعين) Imam al-Shāfi‘ī, Ahmad bin Ḥanbal, Ishaq bin Rahuyah, Yahya bin Ma‘in, dll. Generasi setelah Tabi‘ut Tabi‘in, menjadi fondasi madrasah hadis. Muhaddithīn Besar (Pengumpul Hadis) Imam al-Bukhārī, Imam Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidhī, al-Nasā’ī, Ibn Mājah, dll. Generasi abad ke-3 H, menyusun kitab hadis kanonik .

Pentingnya Matan dalam Pemahaman Hadis Matan sebagai inti ajaran hadis Definisi : مَا يَنْتَهِي إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَ الْكَلَامِ ( mā yantahī ilayhi al- sanad min al- kalām ) → teks / isi yang menjadi tujuan periwayatan . Matan adalah sumber nilai , hukum , dan ajaran . Tanpa matan , sanad hanya menjadi rantai nama. Contoh : dalam hadis « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ », yang menjadi pedoman hukum adalah matan , bukan sekadar rangkaian perawi . Matan sebagai tolok ukur kesahihan makna Kritik matan dilakukan untuk memastikan isi hadis tidak bertentangan dengan : 1. الْقُرْآن (Al-Qur’an sebagai sumber utama syariat ). 2. الْحَدِيثُ الصَّحِيحُ (Hadis sahih lain yang lebih kuat sanadnya ). 3. الْعَقْلُ الصَّرِيحُ وَالتَّارِيخُ الثَّابِتُ (Akal sehat & fakta sejarah yang pasti ). Hal ini ditegaskan oleh ulama seperti Ibn al-Qayyim dan al-Khatib al-Baghdadi: « الْعِبْرَةُ بِمَفْهُومِ الْمَتْنِ لَا بِصِحَّةِ السَّنَدِ فَقَطْ » (yang dipegang adalah kandungan matan , bukan hanya sanad semata ). Matan sebagai dasar istinbāṭ hukum Dalam fiqh , ulama menggunakan matan hadis untuk merumuskan hukum syar‘i . Sanad berfungsi memastikan keaslian riwayat , sementara matan yang dijadikan dasar fatwa dan ijtihad. Contoh : hadis tentang puasa bagi yang tidak mampu menikah → dasar اِسْتِنْبَاطُ الْحُكْمِ ( istinbāṭ al- ḥukm ) nikah & pengendalian syahwat . Matan dalam konteks pemahaman sosial dan moral Hadis tidak hanya berbicara hukum , tapi juga nilai أَخْلَاقِيَّة ( akhlaqiyyah ), اِجْتِمَاعِيَّة ( ijtima‘iyyah ), dan رُوحِيَّة ( rūḥiyyah ). Matan hadis membantu umat memahami الحِكْمَةُ الشَّرْعِيَّة ( ḥikmah shar‘iyyah ), bukan hanya aspek formal hukum . Contoh : hadis nikah bagi pemuda → bukan sekadar perintah hukum , tetapi arahan menjaga pandangan ( غَضُّ البَصَرِ ) dan kehormatan ( حِفْظُ الْفَرْجِ ). Pentingnya menjaga keotentikan matan Ulama hadis mengajarkan : « الرِّوَايَةُ بِاللَّفْظِ أَوْلَى مِنَ الرِّوَايَةِ بِالْمَعْنَى » (al- riwāyah bi al- lafẓ awlā min al- riwāyah bi al- ma‘nā ) → meriwayatkan dengan lafaz asli lebih utama daripada dengan makna . Hal ini karena perubahan lafaz bisa mengubah makna syariat . Oleh karena itu , perhatian pada matan sama pentingnya dengan menjaga sanad
Tags