V1 Materi Sos Juknis PMT 2025_Pengelola Program.pptx

MeldaPangaribuan 47 views 57 slides Sep 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 57
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57

About This Presentation

Kebijakan PMT Lokal


Slide Content

Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI Tahun 2025 KEBIJAKAN PMT LOKAL BAGI IBU HAMIL DAN BALITA BERMASALAH GIZI SESUAI PETUNJUK TEKNIS Sosialisasi Petunjuk Teknis PMT Lokal Tahun 2025 Selasa, 25 Maret 2025

TOPIK BAHASAN Kegiatan PMT lokal sebagai Intervensi Spesifik Penyelenggaraan PMT lokal 1 2 3 Tata laksana Balita Bermasalah Gizi 4 Tata laksana Ibu Hamil Bermasalah Gizi

TARGET PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING 2025 - 2045 3 14,2

4 Target 2045 : 5 Tren Status Gizi Balita di Indonesia 2013- 2023 Berdasarkan SKI 2023, prevalensi stunting ada trend penurunan namun prevalensi wasting naik 0,8% di tahun 2024

Prevalensi Stunting pada Balita di Indonesia Per Provinsi Tahun 2023 Survei Kesehatan Indonesia, 2023

8,4 5,5 5,8 6,5 9,8 9,6 10,1 11,3 10,5 11,9 11,1 2,8 3,6 6,4 6 6,4 6,6 6,6 7,2 6,8 7,9 7,1 7,4 7,1 7,2 7 7,3 7,7 7,9 8,0 8,3 8,1 8,7 8,6 8,7 9 9,0 8,3 9,1 7,7 9,2 7,5 9,3 6,6 9,5 6,6 9,7 8 10,1 9,1 10,1 7,9 10,2 8,7 12,1 12,4 11,8 12,5 12,7 11,3 12,9 13,3 13,6 13,6 14,2 15,4 15,8 Bali Kepulauan Riau Jawa Barat Jambi Jawa Timur Jawa Tengah DI Yogyakarta Bengkulu Lampung Sumatera Utara Bangka Belitung Riau 7,7 INDONESIA 8,5 Nusa Tenggara Barat Kalimantan Utara Kalimantan Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Sumatera Barat Sulawesi Barat Sumatera Selatan DKI Jakarta Kalimantan Timur Banten Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Papua Barat Gorontalo Sulawesi Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Aceh Papua Maluku Maluku Utara 2022 2023 Angka Balita Wasting Nasional Meningkat dari 7,7% (2022) Menjadi 8,5% (2023) Sumber: SKI, 2023 ; SSGI 2022

7 Dashboard per tanggal 5 Juli 2024

Stunting tidak terjadi secara tiba- tiba. Balita perlu dipantau pertumbuhannya di Posyandu dan Nakes memastikan balita segera mendapat intervensi bila mengalami risiko dan masalah gizi agar terhindar dari stunting. Grafik Pertumbuhan (BBU) Grafik Pertumbuhan (TBU) Stunting harus dicegah sebelum terjadi. Mencegah stunting jauh lebih efektif untuk menyelamatkan SDM

4 Pemantauan Pertumbuhan Rutin Bulanan di Posyandu sebagai Upaya Deteksi Dini Pencegahan Stunting dalam Tatalaksana Balita Bermasalah Gizi Proses Balita Menuju Stunting 1 Lokasi Intervensi Puskesmas (mengatasi red flag) + Posyandu ( PMT lokal 2 minggu) Puskesmas (mengatasi red flag) + Posyandu ( PMT lokal 4 minggu ) Puskesmas (mengatasi red flag) + Posyandu ( PMT lokal 8 minggu) Puskesmas + Rumah Sakit Tatalaksana gizi buruk Rumah Sakit Tatalaksana stunting sesuai PNPK Berat Badan Tidak Naik 4.035.586 balita Berat Badan Kurang 281.807 balita Gizi Kurang 426.699 balita Gizi Buruk 53.409 balita Stunting ( 1.033.716 ) Sumber : Hasil pengukuran Agustus 2024

11 2 11 program intervensi spesifik sebelum dan setelah lahir untuk percepatan penurunan stunting Sasaran Program Spesifik Sebelum lahir Sebelu m hamil Remaja Putri 1 Screening anemia Pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemoglobin siswi kelas 7 & 10 2 Konsumsi tablet tambah darah (TTD) Pemberian TTD setiap minggu di sekolah Saat hamil Ibu Hamil 3 Pemeriksaan kehamilan Pelaksanaan antenatal care (ANC) 6x (2x dengan dokter), termasuk penggunaan USG 4 Konsumsi tablet tambah darah (TTD) Pemberian tablet tambah darah ibu hamil (minimal 90 selama kehamilan) 5 Pemberian makanan tambahan bagi Ibu KEK Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK Setelah lahir Balita 6 Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita Penimbangan, pengukuran panjang badan, dan pemantauan perkembangan balita di Posyandu 7 ASI eksklusif Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan 8 Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) PMBA bergizi seimbang kaya protein hewani. 9 Tatalaksana balita dengan masalah gizi Merujuk balita dengan BB Tidak Naik & bermasalah gizi dari Posyandu ke Puskesmas; memberikan makanan tambahan lokal, maupun formula 75 dan formula 100 sesuai masalah gizinya. Merujuk balita stunting & masalah gizi yang tidak tertangani di Puskesmas ke RS 10 Peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi Pelayanan rutin, kampanye bulan imunisasi dasar dan 3 imunisasi tambahan (PCV, Rotavirus, HPV). Imunisasi tambahan PCV mencegah pneumonia dan Rotavirus mencegah diare, sehingga mencegah terganggunya pertumbuhan. Sensitif Sebelum dan Setelah lahir Remaja Putri, Ibu Hamil, Balita & Masyarakat Umum 11 Edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita

12 TUJUAN PMT LOKAL Meningkatkan status gizi ibu hamil bermasalah gizi yang diukur melalui penambahan Berat Badan yang sesuai dengan usia kehamilan, sehingga meminimalkan risiko Ibu melahirkan BBLR dan PBLR. Meningkatkan Berat Badan dan memperbaiki status gizi balita sehingga mencegah Balita jatuh pada masalah gizi yang lebih berat (stunting) SASARAN PMT LOKAL BERAT BADAN TIDAK NAIK UNDERWEIGHT (berat badan kurang) GIZI KURANG GIZI BURUK STUNTING IBU HAMIL KEK dan Risiko KEK dengan atau tanpa stunting

Pelaksanaan PMT lokal sejak Tahun 2023 388 BOK Puskesmas kapasitas fiskal sedang dan rendah mendapat alokasi DAK non Fisik Total anggaran DAK Non Fisik PMT Lokal Rp 1,23 triliun Kapasitas fiskal tinggi tidak alokasi dana DAK non fisik 38 BOK Kabupaten/kota peralihan TCM Tahun 2023 506 Kabupaten/Kota Mendapatkan alokasi dana DAK non fisik 8 Kab/kota tidak mengusulkan (DKI Jakatya – 6 sudin- Pematang Albab Ilir, Ka b Bekasi Tahun 2024 508 Kabupaten/Kota Mendapatkan alokasi dana DAK non fisik Kecuali (DKI Jakarta – 6 sudin) Tahun 2025 PMT Lokal melalui BOK Puskesmas belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan untuk balita bermasalah gizi, terutama balita T dan BB Kurang

Realisasi Anggaran BOK PMT Lokal Tahun 2023- 2024 dan Alokasi Tahun 2025 14 1 Enam (6) Kab/Kota tidak mendapat alokasi: DKI Jakarta - Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu Sumber : Data tahun 2023 (e- renggar, 26 Maret 2024) – Data tahun 2024 (e- renggar, 7 Februari 2025) BOK PMT Lokal Tahun 2023 Tahun 2024 Tahun 2025 Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi Alokasi Anggaran Rp 1,29 Triliun Rp 877,07 Milyar (67,5%) Rp 1,88 Triliun Rp 1,47 Triliun (78,0%) Rp 1,89 Triliun Kab/Kota 433 Kab/Kota 426 Kab/Kota 506 Kab/Kota 506 Kab/Kota 508 Kab/Kota 1 Puskesmas 6.324 6.115 (97%) 10.060 9.986 (99%) 10.133

Rincian Realisasi BOK Puskesmas Tahun 2024 Menu Kegiatan PMT Lokal 15 Sumber : e- renggar, 7 Februari 2025 Mengacu pada Permenkes RI Nomor 37 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Tahun Anggaran 2024 Rincian Menu Kegiatan BOK PMT Lokal Pagu Anggaran Realisasi Anggaran %Realisasi Anggaran Pelatihan tim pelaksana dalam penyiapan PMT lokal tingkat Kab/Kota dan Puskesmas Rp 172.583.440.403 Rp 148.283.460.706 85,9% Belanja bahan dan penyiapan PMT lokal untuk IBU HAMIL bermasalah gizi Rp 869.824.043.843 Rp 575.683.315.278 66,2% Belanja bahan dan penyiapan PMT lokal untuk BALITA bermasalah gizi Rp 843.849.335.579 Rp 746.468.099.345 88,5% Total Rp 1.886.256.819.825 Rp 1.470.434.875.329 78,0% Rincian menu kegiatan dengan realisasi anggaran diatas realisasi total BOK PMT lokal tahun 2024 (>78,0%)

16 Sasaran Balita/Ibu Hamil Tahun 2023 Tahun 2024 Jumlah Sasaran Jumlah Sasaran yang Mendapat PMT % Jumlah Sasaran Jumlah Sasaran yang Mendapat PMT % Balita Berat Badan Tidak Naik (a) 660.816 214.068 32,4 3.688.976 1.408.205 38,2 Balita Berat Badan Kurang (b) 97.631 37.407 38,3 556.300 273.774 49,2 Balita gizi kurang (c) 691.524 527.709 76,3 740.868 528.169 71,3 Balita bermasalah gizi (a+b+c) 1.449.971 779.184 53,7 4.986.144 2.210.148 44,3 Ibu hamil KEK dan risiko KEK 284.506 247.695 83,7 306.223 230.032 75,1 2.210.148 Balita dan 230.032 Ibu Hamil mendapat PMT Tahun 2024 Sumber : Data tahun 2023 (Sigizi Terpadu, 31 Januari 2024) – Data tahun 2024 (Sigizi Terpadu, 6 Februari 2025)

12 Provinsi (196 Kab/Kota) dengan realisasi anggaran BOK PMT lokal > 80% (1/2) Provinsi dengan realisasi BOK diatas 80% Jumlah Puskesmas Realisasi No. Provinsi Kab/Kota PKM Terima Salur BOK Buat RPD PMT Lokal Kab/Kota PKM Pagu Anggaran Realisasi % 1 Papua Tengah 8 118 115 115 8 115 Rp 24.842.850.400 Rp 24.165.088.622 97,3% 2 Papua 9 121 119 119 9 119 Rp 30.020.400.601 Rp 29.174.845.729 97,2% 3 DI Yogyakarta 5 121 121 121 5 121 Rp 22.903.692.500 Rp 21.718.697.150 94,8% 4 Jawa Tengah 35 881 880 879 35 879 Rp 162.161.978.170 Rp 151.732.046.623 93,6% 5 Papua Pegunungan 8 153 137 137 8 137 Rp 30.021.321.320 Rp 27.587.001.440 91,9% 6 Papua Barat Daya 6 95 87 87 6 87 Rp 20.214.230.600 Rp 18.133.073.074 89,7% 7 Jawa Timur 38 972 972 971 38 971 Rp 158.909.662.928 Rp 141.335.544.404 88,9% 8 Nusa Tenggara Barat 10 176 176 176 10 176 Rp 38.382.639.730 Rp 33.845.309.952 88,2% 9 Banten 8 253 251 251 8 251 Rp 41.922.219.350 Rp 36.662.970.024 87,5% 10 Maluku Utara 10 150 148 148 10 148 Rp 33.614.381.654 Rp 29.084.506.972 86,5% 11 Jawa Barat 26 1.100 1.100 1.099 26 1.099 Rp 171.414.571.250 Rp 147.243.721.485 85,9% 12 Aceh 23 365 365 365 23 365 Rp 68.061.831.704 Rp 55.273.450.396 81,2% 13 Nusa Tenggara Timur 22 435 432 432 22 432 Rp 97.358.240.087 Rp 77.676.372.283 79,8% 14 Papua Barat 7 76 76 76 7 76 Rp 13.931.195.210 Rp 11.019.372.933 79,1% 15 Kalimantan Barat 14 249 248 244 14 244 Rp 53.931.388.544 Rp 41.933.903.844 77,8% 16 Lampung 15 320 318 318 15 318 Rp 62.365.441.100 Rp 48.152.729.304 77,2% 17 Sumatera Utara 33 619 616 612 33 609 Rp 116.664.373.094 Rp 89.671.757.901 76,9% 18 Maluku 11 229 228 226 11 224 Rp 51.145.103.160 Rp 38.868.903.758 76,0% 19 Sulawesi Tengah 13 218 218 218 13 218 Rp 45.033.116.163 Rp 33.686.872.223 74,8% Nasional 506 10.136 10.060 10.004 506 9.992 Rp 1.886.256.819.825 Rp 1.470.434.875.329 78,0% 17 Sumber: e- renggar, 7 Februari 2025

29 Kalimantan Timur 10 188 188 187 10 187 Rp 31.891.904.842 Rp 19.799.940.018 62,1% 30 Kalimantan Tengah 14 204 204 203 14 203 Rp 38.935.285.028 Rp 23.317.492.995 59,9% 31 Sulawesi Barat 6 98 98 98 6 98 Rp 20.676.111.322 Rp 12.097.017.954 58,5% 32 Kepulauan Riau 7 95 93 92 7 92 Rp 15.568.677.446 Rp 9.053.152.236 58,1% 33 Kalimantan Utara 5 58 57 55 5 55 Rp 11.773.781.180 Rp 6.644.925.817 56,4% 34 Sulawesi Utara 15 199 199 190 15 190 Rp 35.430.834.540 Rp 18.115.559.750 51,1% 35 Gorontalo 6 95 93 92 6 92 Rp 19.075.006.700 Rp 9.632.734.235 50,5% 36 Bali 9 120 120 119 9 118 Rp 18.619.368.000 Rp 8.173.019.386 43,9% 37 Bengkulu 10 179 179 171 10 168 Rp 31.452.445.325 Rp 12.846.038.195 40,8% Nasional 506 10.136 10.060 10.004 506 9.992 Rp 1.886.256.819.825 Rp 1.470.434.875.329 78,0% 20 Sumatera Selatan 16 350 339 338 16 338 Rp 66.131.981.055 Rp 48.753.802.302 73,7% 21 Riau 12 239 238 227 12 227 Rp 41.762.141.925 Rp 30.411.278.233 72,8% 22 Sulawesi Selatan 24 474 473 471 24 471 Rp 95.213.223.633 Rp 67.016.566.964 70,4% 23 Sulawesi Tenggara 17 307 302 301 17 301 Rp 58.163.667.964 Rp 40.881.863.442 70,3% 24 Kalimantan Selatan 13 242 241 241 13 241 Rp 45.299.380.458 Rp 31.737.876.232 70,1% 25 Papua Selatan 4 85 78 75 4 72 Rp 17.802.955.150 Rp 12.277.113.799 69,0% 26 Kepulauan Bangka Belitung 7 64 64 64 7 64 Rp 11.946.473.000 Rp 8.229.517.972 68,9% 27 Sumatera Barat 19 280 280 280 19 280 Rp 47.263.132.042 Rp 31.207.240.167 66,0% 28 Jambi 11 208 207 206 11 206 Rp 36.351.812.650 Rp 23.273.567.515 64,0% 8 Provinsi (72 Kab/Kota) dengan realisasi anggaran BOK PMT lokal < 60% (2/2) Provinsi dengan realisasi BOK dibawah 60% Jumlah Puskesmas Realisasi No. Provinsi Kab/Kota PKM Terima Salur BOK Buat RPD PMT Lokal Kab/Kota PKM Pagu Anggaran Realisasi % Sumber: e- renggar, 7 Februari 2025 18

10 Kab/Kota dengan serapan anggaran PMT lokal tertinggi 10 Kab/Kota dengan serapan anggaran PMT lokal terendah 11,26 11,77 12,07 15,09 19,02 20,66 22,27 23,20 23,21 23,51 Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Pelalawan Kota Bengkulu Kab. Lingga Kab. Muko Muko Kota Denpasar Kab. Labuhanbatu Selatan Kab. Minahasa Tenggara Kab. Bone Bolango Kota Barito Utara Pagu 3.385.705.300 1.454.358.500 3.299.876.000 2.327.128.000 3.447.051.500 1.969.012.000 1.877.615.907 2.726.611.500 4.397.852.000 3.678.981.950 Realisasi 381.220.505 171.186.500 398.230.772 351.242.200 655.535.700 406.873.216 418.192.135 632.526.800 1.020.890.450 865.030.750 Kab. Simeulue Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Selatan Kab. Sidoarjo Kab. Supiori Kab. Yahukimo Kab. Pulau Taliabu Kab. Paniai Kab. Puncak Jaya Kab. Intan Jaya Pagu 1.829.877.000 1.419.286.000 5.208.803.000 5.487.092.000 1.426.829.000 9.031.280.000 2.046.840.000 3.313.464.000 2.144.196.000 1.724.109.400 Realisasi 1.829.877.000 1.419.286.000 5.208.803.000 5.487.092.000 1.426.829.000 9.031.280.000 2.046.840.000 3.313.464.000 2.144.196.000 1.724.109.400 Sumber : Dashboard BNI, data 7 Januari 2025 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Realisasi Anggaran BOK Puskesmas untuk PMT Lokal Tahun 2023 dan 2024 4 Provinsi dengan penurunan realisasi anggaran BOK PMT lokal di tahun 2024 Sumber : Data tahun 2023 (e- renggar, 26 Maret 2024) – Data tahun 2024 (e- renggar, 7 Februari 2025) 2023 2024 Rp 877,07 M Rp 1,470 T Rp 16,51 M Rp 24,16 M Rp 12,75 M Rp 29,17 M Rp 10,18 M Rp 21,71 M Rp 97,94 M Rp 151,73 M Rp 13,00 M Rp 27,58 M Rp 7,73 M Rp 18,13 M Rp 71,64 M Rp 141,33 M Rp 34,06 M Rp 33,84 M Rp 36,66 M Rp 0,67 M Rp 16,97 M Rp 29,08 M Rp 27,11 M Rp 147,24 M Rp 40,76 M Rp 55,27 M Rp 83,13 M Rp 77,67 M Rp 5,17 M Rp 11,01 M Rp 29,68 M Rp 41,93 M Rp 31,89 M Rp 48,15 M Rp 65,76 M Rp 89,67 M Rp 22,09 M Rp 38,86 M Rp 23,88 M Rp 33,68 M Rp 25,25 M Rp 48,75 M Rp 29,32 M Rp 30,41 M Rp 47,60 M Rp 67,01 M Rp 27,91 M Rp 40,88 M Rp 23,82 M Rp 31,73 M Rp 3,57 M Rp 12,27 M Rp 6,99 M Rp 8,22 M Rp 24,54 M Rp 31,20 M Rp 16,50 M Rp 23,27 M Rp 4,70 M Rp 19,79 M Rp 15,62 M Rp 23,31 M Rp 5,42 M Rp 9,05 M Rp 3,56 M Rp 6,64 M Rp 7,23 M Rp 18,11 M Rp 2,68 M Rp 9,63 M Rp 3,22 M Rp 8,17 M Rp 7,55 M Rp 12,84 M 20

Cakupan Balita Bermasalah Gizi Mendapat PMT Tahun 2023 dan 2024 10 Provinsi meningkat % cakupan PMT pada balita bermasalah gizi di tahun 2024 21

22 Provinsi Bengkulu dengan Cakupan % Sasaran Balita Mendapat PMT Lokal dan Realisasi BOK PMT Lokal Tahun 2024 <60% Sumber: e- renggar - 7 Februari 2025 dan Sigizi Terpadu - 6 Februari 2025 Realisasi dan cakupan > 80% Realisasi dan cakupan < 60% Realisasi BOK PMT Lokal untuk Balita Bermasalah Gizi Cakupan Balita Bermasalah Gizi Mendapat PMT 80% 80% Rp 1,470 T 2.210.148 Rp 21,71 M 21.389 Rp 151,73 M 415.989 Rp 24,16 M 2.591 Rp 29,17 M 1.715 Rp 141,33 M 497.130 Rp 0,67 M 69.090 Rp 147,24 M 271.473 Rp 33,84 M 69.330 Rp 29,08 M 10.961 Rp 55,27 M 32.746 Rp 48,15 M 44.425 Rp 18,13 M 1.613 Rp 77,67 M 69.753 Rp 30,41 M 31.632 Rp 41,93 M 34.816 Rp 31,73 M 65.582 Rp 89,67 M 42.694 Rp 8,22 M 6.076 Rp 33,68 M 54.061 Rp 31,20 M 61.047 Rp 27,58 M 287 Rp 67,01 M 68.059 Rp 11,01 M 604 Rp 38,86 M 12.458 Rp 48,75 M 73.844 Rp 40,88 M 23.418 Rp 23,27 M 44.375 Rp 9,05 M 14.286 Rp 23,31 M 25.155 Rp 12,09 M 12.236 Rp 12,27 M 325 Rp 6,64 M 2.963 Rp 9,63 M 18.947 Rp 18,11 M 4.492 Rp 8,17 M 25.585 Rp 12,84 M 10.289 Rp 19,79 M 54.022

Cakupan Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK Mendapat PMT Lokal Tahun 2023 dan 2024 2 Provinsi meningkat cakupan PMT Bumil KEK dan Risiko KEK di tahun 2024 2023 2024 Sumber: e- renggar - 7 Februari 2025 dan Sigizi Terpadu - 6 Februari 2025

24 2 Provinsi dengan Cakupan Bumil KEK dan Risiko KEK Mendapat PMT dan Realisasi BOK PMT Lokal Tahun 2024 <60% Cakupan Bumil KEK dan Risiko KEK Mendapat PMT Realisasi BOK PMT Lokal Untuk Bumil KEK dan Risiko KEK Realisasi dan Cakupan > 80% Realisasi dan Cakupan < 60% 80% 80% Sumber: e- renggar - 7 Februari 2025 dan Sigizi Terpadu - 6 Februari 2025

Efektivitas PMT Lokal Pada Anak Berisiko Stunting Diantara Balita yang Memenuhi Durasi Minimal Pemberian PMT untu k Setiap Kategori Alasan Pemberian PMT 51.1 25,0 48,9 48,4 PMT berat badan tidak naik n=27,359 PMT gizi kurang n= 12,409 PMT berat badan kurang n= 3,760 Status awal gizi Balita Wasting non- stunting Underweight non stunting, non- overweight Kenaikan BB tidak adekuat; BB tetap; BB turun non stunting, non- wasting, non- underweight, non- overweight Lama PMT 8 minggu 4 minggu 2 minggu Kriteria sukses WHZ normal (WHZ > -2) WAZ normal (WAZ > -2) WAZ naik > 0.1 Setelah 4-8 minggu, 75.0 Balita berubah menjadi gizi cukup Setelah 2-4 minggu, Balita berubah menjadi BB cukup Setelah 2 minggu, Balita berat badannya naik % % 51.6 % Analisa data program PMT Kemenkes- RI, 2024

Identifikasi Kendala dan Hambatan Kegiatan PMT lokal Pencatatan dan Pelaporan Pemberian MT lokal Pemantauan dan Evaluasi Penyediaan PMT lokal Pencairan Anggaran PMT lokal dilaksanakan tidak sesuai dengan Juknis : Tidak disertai dengan edukasi berkualitas MT lokal menggantikan makanan utama Dikonsumsi bersama anggota keluarga lain PMT tidak sesuai dengan standar gizi yang tercantum dalam Juknis Jarak distribusi yang jauh mengakibatkan penurunan kualitas MT Kesalahan dalam penetapan sasaran PMT lokal Kurang memahami mekanisme drop out dan penggantian sasaran Masih adanya hambatan dari masyarakat sendiri (tidak mau menerima makanan yang dimasak oleh kader – sesama masyarakat, merasa tidak membutuhkan bantuan, dll) Perencanaan Anggaran dan Administrasi Alokasi usulan tidak sesuai dengan sasaran (kekurangan/kelebihan) Anggaran yang ada tidak mengcover seluruh sasaran Balita dan Ibu Hamil bermasalah Penyesuaian dengan aturan dan timeline keuangan daerah Belum semua daerah mempunyai SSH PMT lokal Jika diperlukan revisi anggaran, Waktu yang diperlukan tidak sebentar (revisi DPA) Kurangnya koordinasi antara pengelola program di Puskesmas dengan Bagian Keuangan dan Anggaran di Kab/kota Belum ada komponen pembiayaan untuk distribusi PMT lokal kepada sasaran. Mengharapkan dukungan LS. Namun di berbagai daerah bervariasi 1. Pencairan termin 1 baru dapat dilakukan di Triwulan 2 ke atas (bulan Maret ke atas) sehubungan dengan lambatnya pelaporan SPJ termin 4 di tahun sebelumnya 2. Akses pencairan melalui Bank BNI di beberapa daerah tidak mudah (jaraknya jauh) Kurangnya koordinasi antara tim pelaksana di Puskesmas dengan Bagian Keuangan dan Anggaran di Kab/kota Beberapa Kab/kota mensyaratkan SPJ rampung untuk pencairan dana (padahal sebenarnya tidak perlu ) Keterbatasan sumber daya untuk melakukan pencatatan dan pelaporan (SDM dan sarana prasarana) Kurangnya pemahaman terhadap aplikasi pencatatan dan pelaporan Akses internet yang kurang memadai Belum tersedia dashboard PMT lokal Pencegahan Stunting (Kegiatan PMT lokal ) Adanya peraturan daerah tentang PBJ yang bervariasi Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengkoordinasikan penyediaan PMT melalui swakelola tipe 1,2,3 atau 4 Kurangnya komitmen pimpinan dan dukungan lintas sektor Puskesmas belum dapat mengidentifikasi kebutuhan terhadap dukungan lintas sektor Kesulitan mendapat rekanan/supplier/pihak ke- 3 yang lokasinya dekat dengan sasaran Kesulitan menetapkan lokasi PMT lokal berkaitan dengan sebaran sasaran Kesulitan menetapkan mekanisme distribusi yang efektif dan efisien biaya Keterbatasan sumber daya untuk melakukan pemantauan dan evaluasi Kapasitas kader untuk melakukan pemantauan harian dan mingguan Lambatnya tindak lanjut terhadap hasil pemantauan mingguan karena keterbatasan sumber daya Kerusakan antropometri kit

Pelaksanaan BOK Tahun 2025 untuk Kegiatan PMT Berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita Bermasalah Gizi terdapat pada Dokumen terkait pelaksanaan PMT Berbahan Pangan Lokal lainnya dapat diakses melalui tautan berikut: https://link.kemkes.go.id/PMTLokal2025 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 18 Tahun 2024 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/2001/2024 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Tahun Anggaran 2025 Keputusan Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Nomor HK.02.02/B/XX/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita Bermasalah Gizi

28 Perubahan pada Petunjuk teknis edisi ketiga tahun 2025 Alur deteksi dan tata laksana ibu hamil dengan penambahan pemeriksaan oleh dokter pada ibu hamil bermasalah gizi. Alur deteksi dan tata laksana balita bermasalah gizi dengan pemeriksaan oleh dokter; sasaran balita dengan atau tanpa stunting ; dan rujukan ke RS bagi balita tidak membaik setelah 2 minggu (14 hari) dan bagi balita stunting setelah 1 (satu) siklus PMT lokal untuk tatalaksana lanjutan stunting. Komponen pembiayaan PMT lokal terdiri dari minimal 80% untuk belanja bahan dan maksimal 20% untuk penyelenggaraan PMT (upah memasak, biaya distribusi, dan manajemen)

TOPIK BAHASAN Kegiatan PMT lokal sebagai Intervensi Spesifik Penyelenggaraan PMT lokal 2 3 Tata laksana Balita Bermasalah Gizi 4 Tata laksana Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK 1

Berupa makanan siap santap, dalam bentuk makanan lengkap atau makanan selingan/kudapan – yang mengandung protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang, membatasi penggunaan gula, garam dan lemak tinggi (GGL). Prinsip Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil Berupa tambahan asupan dan bukan pengganti makanan utama. Pemberian makanan tambahan disertai edukasi (demontrasi/penyuluhan/konseling). Mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat. Lama waktu pemberian makanan tambahan: Makanan tambahan Ibu hamil diberikan selama minimal 120 hari. Diberikan setiap hari. Dalam 1 siklus menu dapat diberikan 1 kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi isi piringku, selain itu diberikan dalam bentuk makanan selingan/kudapan padat gizi. 17 Catatan: Pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal diutamakan menggunakan bahan makanan yang terfortifikasi , seperti garam, minyak goreng, tepung terigu, dll. Pada daerah yang sudah melaksanakan pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil , PMT berbahan pangan lokal bagi ibu hamil bermasalah gizi pada hari yang sama dengan MBG diberikan dalam bentuk makanan selingan/kudapan padat gizi .

Standar Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal untuk Ibu Hamil Komposisi Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil dalam satu hari Bahan Makanan Contoh Standar Bahan Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal bagi Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK yang disiapkan untuk 1 kali makan (Makanan Kudapan/Makanan Lengkap) Makanan Kudapan Makanan Lengkap Ukuran Rumah Tangga (URT) Berat (gram) Berat (gram) Lauk hewani 2 (ayam/ikan/ daging) ½ potong sedang 30 - 50 Lauk hewani 1 (telur) 1 butir besar 60 Ikan 75 g/ ayam 60 g/ telur 60 g/ daging 60 g 1 ekor/ 1 potong besar/ 1 butir besar/ 1 potong besar Ukuran Rumah Tangga (URT) Makanan Pokok (beras) ½ gelas 40 75 ½ gelas Lauk Nabati (kacang- kacangan/ tempe/tahu) 3 sdm/ ½ potong sedang 25 50 2 potong sedang Sayur ½ gelas ukuran 250 ml 50 100 1 gelas Buah 1 buah ukuran sedang 60 100 buah ukuran besar/ potong sedang Minyak/lemak 5 1 sdt 5 1 sdt Energi 500 – 700 kkal 510 – 530 kkal Zat Gizi Makanan Lengkap Makanan Kudapan Protein (gr) 18 – 23% 29 – 34 gram 18 – 23% 23 – 27 gram Lemak (gr) 20 – 30% 14 – 24 gram 30 – 40% 19 – 23 gram Makanan padat gizi mengandung protein hewani, yang terdiri dari sumber makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah. Bahan makanan sumber protein hewani mengacu pada lampiran (halaman 104). Standar porsi berat bahan makanan matang dapat mengacu Pedoman Konversi Berat Matang- Mentah, Berat Dapat Dimakan dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajanan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). *

32 AL U R D E T E K S I D AN T AT A L AK S ANA I B U HA M I L B E R M AS AL AH GI ZI 13 Ibu hamil mendapatkan ANC terpadu Status Gizi Normal Puskemas: ANC rutin sesuai standar Konseling gizi Anemia Ringan (Hb 10- 10,9 gr/dl) Puskemas: Pemeriksaan oleh dokter Tata laksana anemia Konseling gizi ANC rutin sesuai standar s.d. Berat Hb <10 gr/dl Rujuk RS Anemia KEK / Risiko KEK Puskemas: Pemeriksaan oleh dokter Konseling gizi ANC rutin sesuai standar KEK/Risiko KEK + Anemia Ringan Puskemas: Pemeriksaan oleh dokter Tata laksana anemia Konseling gizi ANC rutin sesuai standar KEK/Risiko KEK + Penyakit/Komplikasi Kehamilan TIDAK BISA Ditangani di Puskesmas Rujuk RS BISA Ditangani Tata laksana penyakit/komplikasi Konseling gizi ANC rutin sesuai standar PMT Berbahan Pangan Lokal minimal 120 hari BB naik adekuat lihat kriteria halaman 15 BB tidak naik adekuat/ naik berlebih lihat kriteria halaman 15 Periksa Penyakit/Komplikasi Kehamilan oleh dokter Tidak Ada Penyakit/ Komplikasi Ada Penyakit/ Komplikasi Lanjutkan PMT berbahan pangan lokal sampai kenaikan BB sesuai usia kehamilan, konseling (pantau setiap bulan**) BISA Ditangani di Puskesmas TIDAK BISA Ditangani di Puskesmas **) Pemantauan bulan ke- 1 *) disertai dengan tata laksana penyakit penyerta **) Lanjutkan pemantauan bulanan 1 1a 1b Anemia Sedang 2 3 4 5 6 Puskemas: Pemeriksaan oleh dokter

Dampak intervensi PMT berbahan pangan lokal dipantau melalui kenaikan berat badan yang disesuaikan dengan status gizi ibu sebelum hamil Tabel 1.1 Pertambahan BB selama kehamilan direkomendasikan sesuai IMT 1 sebelum hamil— grafik tersedia di buku KIA 1. IMT = Indeks Massa Tubuh Sumber: Modifikasi buku KIA tahun 2021 edisi 3 dan Institute of Medicine (IOM) tahun 2022 IMT 1 sebelum hamil Pertambahan BB pada Trimester 1 Pertambahan BB per minggu pada Trimester 2 dan Trimester 3 Pertambahan BB Total (Kehamilan Tunggal) Pertambahan BB Total (Kehamilan Ganda) Kurus (<18.5 kg/m²) 1 – 3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg Normal (18.5 – 24.9 kg/m²) 1 – 3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17 – 24 kg Gemuk (25.0 – 29.9 kg/m²) 1 – 3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14 – 23 kg Obesitas (>30.0 kg/m²) 0.2 – 2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg 11 – 19 kg 16

Tenaga Kesehatan melakukan pencatatan dan plotting hasil penimbangan BB ibu hamil (pemantauan bulanan) pada Grafik Peningkatan Berat Badan di Buku KIA Grafik Peningkatan Berat Badan untuk Kategori IMT Pra Hamil 17

TOPIK BAHASAN Kegiatan PMT lokal sebagai Intervensi Spesifik Penyelenggaraan PMT lokal 3 Tata laksana Balita Bermasalah Gizi 4 Tata laksana Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK 1 2

Berupa makanan siap santap, dalam bentuk makanan lengkap atau makanan selingan/kudapan - kaya protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang. Sumber protein hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 jenis bahan pangan hewani yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan daging. Tujuannya untuk mendapatkan kandungan protein tinggi dan asam amino lengkap. Menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula, mengandung pemanis buatan, pewarna, perasa, seperti susu dengan tambahan gula, berperisa dan kental manis. Prinsip Pemberian Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal bagi Balita Berupa tambahan asupan dan bukan pengganti makanan utama. Pemberian makanan tambahan disertai edukasi (demontrasi/penyuluhan/konseling). Mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat. Lama waktu pemberian makanan tambahan sesuai dengan masalah gizi balita: Balita berat badan tidak naik (T) diberikan makanan tambahan selama 14 hari. Balita berat badan kurang diberikan makanan tambahan selama 28 hari. Balita gizi kurang diberikan makanan tambahan selama 56 hari. Diberikan setiap hari. Dalam 1 siklus menu dapat diberikan 1 kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi isi piringku, selain itu diberikan dalam bentuk makanan selingan/kudapan padat gizi. PMT berbahan pangan lokal pada anak 6- 23 bulan, dilakukan sesuai prinsip Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dan tetap melanjutkan pemberian ASI ( on demand). 40 Catatan: Pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal diutamakan menggunakan bahan makanan yang terfortifikasi , seperti garam, minyak goreng, tepung terigu, dll. Pada daerah yang sudah melaksanakan pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi balita , PMT berbahan pangan lokal bagi balita bermasalah gizi pada hari yang sama dengan pemberian MBG disediakan dalam bentuk makanan selingan/kudapan padat gizi .

Standar Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal untuk Balita Komposisi Makanan Tambahan bagi Balita (6- 59 bulan) dalam satu hari Contoh Standar Bahan Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal bagi Balita (6 – 59 bulan) yang disiapkan untuk 1 kali makan (makanan lengkap/kudapan) Bahan Makanan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga (URT) Makanan Pokok (beras) 50 ½ gelas Lauk hewani 1 (telur) 30 1 butir telur ayam ukuran kecil Lauk hewani 2 (ayam/ikan/daging) 30 ½ potong sedang ayam atau daging ½ ekor ikan ukuran sedang Sayur 30 1/3 gelas ukuran 250 ml Buah 50 1 buah Minyak/lemak 5 1 sdt Makanan tambahan kaya protein hewani diutamakan terdiri dari 2 (dua) jenis lauk hewani. Bahan makanan sumber protein hewani mengacu pada lampiran (halaman 104). Standar porsi berat bahan makanan matang dapat mengacu Pedoman Konversi Berat Matang- Mentah, Berat Dapat Dimakan dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajanan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Zat Gizi 6 – 8 bln 24 – 59 bln Kalori (kkal) 175 – 200 300 – 450 Protein (gr) 3.5 – 8* 6 – 18* Lemak (gr) 4.4 – 13 4.4 – 13 5.6 – 17.9 7.5 – 29.3 Usia Balita 9 – 11 bln 12 – 23 bln 175 – 200 225 – 275 3.5 – 8* 4.5 – 11* *Protein Energy Ratio (PER) sebesar 10% - 16% Catatan: Berupa tambahan asupan (30- 50% dari kebutuhan total kalori harian) dan bukan sebagai pengganti makanan utama. Balita bermasalah gizi yang mempunyai riwayat alergi , mendapatkan tata laksana khusus dari tenaga kesehatan. Lauk nabati (kacang/tempe/tahu) 25 ½ potong sedang * 39

Sasaran PMT lokal: Balita Bermasalah Gizi 2. Balita Berat Badan Kurang BB/U - 3 SD s.d < - 2 SD 1. Balita Berat Badan Tidak Naik (T) BB Naik Tidak Cukup, BB Tetap atau BB Turun Status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB berada pada z-skor - 3 SD sampai dengan kurang dari - 2 SD; Lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 12,5 cm sampai 11,5 cm pada balita usia 6 – 59 bulan. 3. Balita Gizi Kurang Balita bermasalah gizi adalah Balita yang mengalami masalah/gangguan pertumbuhan Masalah/gangguan pertumbuhan dapat dilihat dari kecenderungan arah kurva pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan penilaian status gizi oleh tenaga kesehatan melalui Grafik Pertumbuhan Anak (GPA). 24 BB Naik Tidak Cukup BB Tetap BB Turun BB Kurang (Bawah Garis Merah)

39 Garis rujukan (oranye) untuk menentukan risiko berat badan lebih Garis rujukan (merah) untuk menentukan berat badan kurang Kader merujuk ke Nakes apabila ditemukan Balita Berat Badan Tidak Naik (T) atau dibawah garis merah atau di atas garis oranye Penemuan awal sasaran dilakukan melalui Deteksi dini pemantauan pertumbuhan dengan KMS pada Buku KIA di Posyandu oleh kader

Tata Cara Konfirmasi Status Gizi oleh Tenaga Kesehatan Hasil Konfirmasi BB/U Status Gizi Tata Laksana - 2 SD s.d +1 SD Berat Badan Normal Jika BB Tidak Naik (T): Cek Red Flag/ Penyakit Penyerta oleh dokter Ada Red Flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana Red Flag/ Penyakit Penyerta Tidak ada Red flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana PMT Lokal < - 2 SD Berat Badan Kurang Konfirmasi grafik BB/PB atau BB/TB Cek Red Flag/ Penyakit Penyerta oleh dokter Ada Red Flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana Red Flag/ Penyakit Penyerta Tidak ada Red flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana PMT Lokal Hasil Konfirmasi BB/PB atau BB/TB Status Gizi Tata Laksana - 2 SD s.d +1 SD Gizi Baik Konfirmasi grafik BB/U - 3 SD s.d < - 2 SD Gizi Kurang Cek Red Flag /Penyakit Penyerta oleh dokter Ada Red Flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana Red Flag/ Penyakit Penyerta Tidak ada Red Flag/ Penyakit Penyerta: Tata laksana PMT Lokal < - 3 SD Gizi Buruk Tata Laksana Gizi Buruk Kader merujuk kepada tenaga kesehatan jika menemukan Balita BB Tidak Naik (T), Balita Bawah Garis Merah (BGM) dan Risiko BB Lebih (diatas garis oranye). Selanjutnya tenaga kesehatan melakukan penimbangan dan pengukuran ulang serta konfirmasi status gizi dalam rangka penetapan sasaran PMT berbahan pangan lokal. 1. Periksa grafik BB/U Periksa grafik BB/PB atau BB/TB 2. 3. Hasil Konfirmasi PB/U atau TB/U Status Gizi Tata Laksana - 2 SD s.d +3 SD Normal Periksa grafik BB/PB atau BB/TB < - 2 SD Pendek/Sangat Pendek (stunting) 31 Tata Laksana Stunting dengan rujuk ke RS. Bagi balita stunting bermasalah gizi akut, rujukan dilakukan setelah selesai 1 (satu) siklus PMT lokal. Periksa grafik PB/U atau TB/U Interpretasi hasil penilaian status gizi balita untuk penetapan sasaran dapat dilihat pada lampiran 2.

AL U R T AT A L AK S ANA B ALI T A B E R AT B ADAN T I DAK NAI K 32 *) Pemantauan minggu ke- 1 Di Puskesmas: konfirmasi status gizi menunjukkan hasil Balita Berat Badan Tidak Naik dengan BB/U Berat Badan Normal, BB/PB atau BB/TB Tidak Overweight dengan atau tanpa stunting Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas : Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas PMT lokal 14 hari stimulasi perkembangan, edukasi dan konseling pemberian makan dan pencegahan infeksi, pemantauan BB 1 (satu) minggu BB tidak naik lihat kriteria halaman 38 Pemeriksaan red flag/ penyakit penyerta oleh Dokter Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas: Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas Lanjutkan PMT lokal edukasi dan konseling serta stimulasi perkembangan Lanjutkan pemantauan BB minggu kedua dan pemantauan PB/TB Rujuk ke RS 3 BB naik adekuat 4 lihat kriteria halaman 38 1 2 Pemeriksaan r ed flag/ penyakit penyerta oleh Dokter 2a 2b 4a 4b Dengan stunting setelah selesai 1 (satu) siklus PMT lokal BB tidak naik dalam 2 minggu (14 hari) BB naik adekuat dalam 2 minggu (14 hari) Tidak Stunting (Selesai) 5 5b **) Pemantauan minggu ke- 2 5a Balita berat badan tidak naik dengan Risiko BB Lebih dan Overweight tidak mendapatkan PMT lokal

AL U R T AT A L AK S ANA B ALI T A B E R AT B ADAN K U R ANG 34 *) Pemantauan minggu ke- 1 Di Puskesmas: konfirmasi status gizi menunjukkan hasil Balita Berat Badan Kurang tanpa wasting dengan atau tanpa stunting Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas : Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas PMT lokal 28 hari Stimulasi perkembangan, edukasi dan konseling pemberian makan dan pencegahan infeksi, pemantauan BB 1 (satu) minggu BB tidak naik lihat kriteria halaman 38 Pemeriksaan red flag/ penyakit penyerta oleh Dokter Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas: Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas Lanjutkan PMT lokal Edukasi dan konseling serta stimulasi perkembangan, Lanjutkan pemantauan BB minggu kedua dan pemantauan PB/TB Rujuk ke RS 3 BB naik adekuat 4 lihat kriteria halaman 38 1 2 Pemeriksaan r ed flag/ penyakit penyerta oleh Dokter 2a 2b 4a 4b BB tidak naik dalam 2 minggu (14 hari) 5 5b BB naik adekuat dalam 2 minggu (14 hari) (Lanjutkan PMT Lokal sampai selesai) Lanjutkan pemantauan BB dan PB/TB minggu berikutnya **) Pemantauan minggu ke- 2 5a Dengan stunting setelah selesai 1 (satu) siklus PMT lokal Tidak Stunting (Selesai apabila mencapai kriteria keberhasilan)

AL U R T AT A L AK S ANA B ALI T A G I Z I K U R ANG 36 *) Pemantauan minggu ke- 1 Di Puskesmas: konfirmasi status gizi menunjukkan hasil Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas : Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas PMT lokal 56 hari Stimulasi perkembangan, edukasi dan konseling pemberian makan dan pencegahan infeksi, pemantauan BB 1 (satu) minggu BB tidak naik lihat kriteria halaman 38 Pemeriksaan red flag/ penyakit penyerta oleh Dokter Tidak ada red flag /penyakit penyerta Ada red flag /penyakit penyerta Dapat ditangani di Puskesmas: Lakukan Tata Laksana Tidak dapat ditangani di Puskesmas Rujuk ke RS 3 BB naik adekuat 4 lihat kriteria halaman 38 1 2 Pemeriksaan r ed flag/ penyakit penyerta oleh Dokter 2a 2b 4a 4b BB tidak naik dalam 2 minggu (14 hari) BB naik adekuat dalam 2 minggu (14 hari) (Lanjutkan PMT Lokal sampai selesai) Lanjutkan pemantauan BB dan PB/TB minggu berikutnya 5 Lanjutkan PMT lokal Edukasi dan konseling serta stimulasi perkembangan, Lanjutkan pemantauan BB minggu kedua dan pemantauan PB/TB 5b **) Pemantauan minggu ke- 2 5a Dengan stunting setelah selesai 1 (satu) siklus PMT lokal Tidak Stunting (Selesai apabila mencapai kriteria keberhasilan)

Kriteria keberhasilan yaitu jika balita sudah keluar dari definisi operasional berat badan tidak naik , berat badan kurang, dan gizi kurang (lihat kriteria di samping). Jika hasil konfirmasi pengukuran antropometri dan penilaian status gizi, Balita belum memenuhi kriteria keberhasilan (lihat kriteria di samping) , maka dilakukan evaluasi ulang penyebabnya (asupan gizi dan red flag /penyakit penyerta). Jika ada red flag /penyakit penyerta yang tidak dapat ditangani di Puskesmas, maka balita wajib rujuk ke RS. Penjelasan Berat badan naik adekuat mengikuti garis pertumbuhan normal pada KMS Dampak intervensi PMT lokal dipantau melalui kenaikan berat badan Berat badan tidak naik : Indeks BB/U sudah BB Normal (- 2 SD s.d +1 SD) pada grafik pertumbuhan Berat Badan menurut Usia Indeks BB/PB atau BB/TB sudah Gizi Baik (- 2 SD s.d +1 SD) pada grafik pertumbuhan Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan BB Kurang: Gizi Kurang: Catatan: PMT lokal dapat tetap diberikan sampai Balita mencapai kriteria keberhasilan. PMT lokal dapat tetap diberikan dengan memastikan komitmen baik dari orang tua/pengasuh. 36 Kriteria k e be r h asi l an

Kenaikan BB adekuat Lakukan plotting pada KMS , lakukan penilaian kesesuaian tren pertumbuhan, apakah sesuai/mengikuti kurva pertumbuhan, mendatar atau memotong garis dibawahnya Target kenaikan berat badan balita minimal 5 gram/kgBB/hari atau 50 gram/kgBB/minggu Misalnya Balita berat badan kurang mempuyai berat badan 8 kg, maka target kenaikan berat badannya selama 1 minggu = 50 gram x 8 kg = 400 gram 45

TOPIK BAHASAN Kegiatan PMT lokal sebagai Intervensi Spesifik Tata laksana Balita Bermasalah Gizi 4 Penyelenggaraan PMT lokal Tata laksana Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK 1 2 3

PUSAT PROVINSI/KAB/KOTA PUSKESMAS Menyusun Landasan Hukum dan Petunjuk Teknis Sosialisasi dan orientasi Advokasi lintas sektor Asistensi dan monitoring Evaluasi, pemberian umpan balik ( feedback ), dan diseminasi Berkoordinasi dengan Puskesmas, lintas program dan lintas sektor serta pemangku kebijakan terkait Sosialisasi dan orientasi Advokasi lintas sektor Asistensi dan monitoring Evaluasi dan pemberian umpan balik ( feedback ) DESA/KELURAHAN Keluarga melakukan praktik di rumah: Pemberian makan yang tepat dan aneka ragam makan, kebersihan diri dan lingkungan, memantau pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan balita, memanfaatkan Buku KIA Berkoordinasi dengan Dinkes, Puskesmas lainnya, Desa/Kelurahan, dan Posyandu setempat Koordinasi Internal (dokter, tenaga gizi) Perencanaan, persiapan, pelaksanaan , termasuk pembekalan tim pelaksana Pendampingan kepada tim pelaksana dan kader Pencatatan dan pelaporan Monitoring dan evaluas i Berkoordinasi dengan Puskesmas, PKK, kader, tokoh masyarakat, dll Menyelenggarakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)/ Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK) Dukungan keberhasilan penyelenggaraan kegiatan PMT berbahan pangan lokal Melakukan pemantauan bersama Puskesmas Pemberian MT Berbahan Pangan Lokal Kunjungan Rumah/ Konseling Gizi POSYANDU Menyediakan data kegiatan posyandu per bulan (deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan) Verifikasi data sasaran bersama pihak Puskesmas dan Desa/Kelurahan Aktif dalam penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal melalui koordinasi dengan Puskesmas dan Desa/Kelurahan Edukasi gizi dan kesehatan Melakukan pencatatan Pemantauan serta evaluasi bersama Puskesmas Pembagian Peran pada Penyelenggaraan PMT Berbahan Pangan Lokal 44

Tahapan Penyelenggaraan PMT Berbahan Pangan Lokal Persiapan dan Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pembekalan Tim Pelaksana Advokasi dan Koordinasi dengan Desa/Kelurahan, PKK, Pihak Potensial Lainnya Koordinasi Pembelian Bahan Makanan Berbahan Pangan Lokal sesuai Siklus Menu Koordinasi Pengolahan Bahan Makanan sesuai dengan Siklus Menu Koordinasi Distribusi PMT Berbahan Pangan Lokal disertai Edukasi Integrasi dengan Lintas Program dan Lintas Sektor Terkait Penerapan Protokol Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit Dalam penyediaan dan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal, puskesmas dapat bekerjasama dengan satuan pelayanan pemenuhan makanan bergizi di wilayah setempat, jika telah beroperasi (dengan catatan SPPG di wilayah masih mampu untuk mendukung penyediaan PMT berbahan pangan lokal) Melakukan Pencatatan Berkesinambungan terhadap Data Sasaran dan Keluaran antara lain Input, Proses, Output dan Outcome Melakukan Pelaporan Berjenjang terhadap Data Sasaran dan Keluaran antara lain Input, Proses, Output dan Outcome Pencatatan dan Pelaporan Dilakukan dari Tahap Penentuan Sasaran sampai dengan Berakhirnya Intervensi PMT Berbahan Pangan Lokal Monitoring Evaluasi Koordinasi Pelaksanaan Pemantauan Harian oleh Kader Bersama Kader Melakukan Pemantauan Mingguan Koordinasi Pelaksanaan Pemantauan Bulanan untuk Perbaikan Penyelenggaraan PMT Berbahan Pangan Lokal Penyediaan Formulir Pemantauan Melakukan Evaluasi termasuk Menganalisis Hasil Intervensi 1 Perencanaan Penyusunan Kerangka Acuan Pelaksanaan Kegiatan Penetapan Tim Pelaksana Puskesmas Verifikasi dan Penetapan Data Sasaran Penerima PMT Berbahan Pangan Lokal Penetapan Lokasi Kegiatan Penyusunan Siklus Menu sesuai Standar Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan Penetapan Metode Penyelenggaraan PMT Berbahan Pangan Lokal 45 2 3 4 Catatan: Daerah yang melaksanakan pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil dan balita tetap melaksanakan PMT lokal bagi ibu hamil dan balita bermasalah gizi. MBG menggantikan satu porsi makanan utama untuk pemenuhan gizi. PMT lokal diberikan sebagai tambahan asupan harian tidak menggantikan makanan utama). Pada hari yang sama dengan pemberian MBG, PMT lokal berupa makanan selingan/kudapan padat gizi.

Penyediaan PMT Berbahan Pangan Lokal Penyediaan PMT berbahan pangan lokal mengacu pada kebijakan pengadaan barang dan jasa yang berlaku secara nasional dan peraturan yang berlaku di daerah. Kebijakan nasional dalam penyediaan barang dan jasa antara lain: Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Peraturan LKPP Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pedoman Swakelola Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia Mekanisme penyediaan PMT berbahan pangan lokal melalui DAK NF/BOK Puskesmas mengikuti kebijakan yang berlaku di daerah karena pada hakikatnya pengelolaan DAK NF/BOK Puskesmas mengikuti mekanisme APBD. Jika di suatu Kabupaten/Kota mempunyai kebijakan tentang pengadaan barang/jasa di daerahnya dilakukan melalui mekanisme tertentu (misalnya e- katalog), maka penyediaan PMT berbahan pangan lokal di wilayahnya dapat dilaksanakan mengikuti mekanisme tertentu tersebut. Dalam penyelenggaraannya agar memperhatikan prinsip pemberdayaan masyarakat. Catatan: Jika penyediaan PMT melibatkan pihak ke- 3, maka : Pihak ke- 3 mengikuti pembekalan bersama tim pelaksana lainnya. Puskesmas melakukan pengawasan dalam rangka memastikan PMT berbahan pangan lokal sesuai standar. Kesepakatan dapat dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS). Sektor kesehatan melibatkan sektor terkait yaitu bagian keuangan, perencanaan, inspektorat, kantor pajak, dll. 48

Pembiayaan Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal dapat berasal dari berbagai sumber antara lain APBN, Dana Transfer Daerah (DAK Non Fisik/BOK Puskesmas), APBD, Dana Desa, dan sumber pendanaan lainnya. Dari pembiayaan berbagai sumber yang tersedia, pastikan semua sasaran Ibu hamil KEK dan risiko KEK serta Balita bermasalah gizi 100% mendapat PMT berbahan pangan lokal sesuai standar. Darimana pun sumber pembiayaannya berasal, kegiatan PMT berbahan pangan lokal dilaksanakan dengan mengacu Petunjuk Teknis dari Kementerian Kesehatan . Pada prinsipnya kegiatan PMT berbahan pangan lokal tidak diperkenankan adanya duplikasi anggaran pada satu sasaran dengan waktu yang bersamaan. Misalnya: seorang sasaran tidak diperkenankan mendapatkan PMT berbahan pangan lokal dari DAK NF/BOK Puskesmas dan Dana Desa pada satu waktu. Besaran dan komponen biaya PMT berbahan pangan lokal disesuaikan dengan aturan yang berlaku yang menjadi dasar masing- masing sumber pembiayaan. PMT berbahan pangan lokal melalui DAK NF/BOK Puskesmas Rincian kegiatan dari menu PMT berbahan pangan lokal terdiri dari: Pembekalan Tim Pelaksana PMT berbahan pangan lokal Belanja Bahan PMT berbahan pangan lokal bagi Ibu Hamil KEK dan Risiko KEK Belanja Bahan PMT berbahan pangan lokal bagi Balita Bermasalah Gizi Komponen pembiayaan terdiri dari: Biaya bahan makanan dan bahan habis pakai lainnya (minimal 80%) Biaya penyelenggaraan yaitu upah memasak, biaya distribusi, serta biaya manajemen (maksimal 20%) Daerah dapat mengusulkan besaran unit cost PMT berbahan pangan lokal berdasarkan Standar Satuan Harga (SSH) yang berlaku di daerah masing- masing.

Ketentuan terkait pengelolaan DAK NF/BOK Puskesmas diatur tersendiri dalam Petunjuk Teknis yang ditetapkan melalui Peraturan atau Keputusan Menteri Kesehatan . Ketentuan administrasi dan pertanggungjawaban kegiatan PMT berbahan pangan lokal mengacu pada peraturan yang dikeluarkan sehubungan dengan sumber pembiayaan yang digunakan . Misalnya: ketentuan administrasi dan pertanggungjawaban kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui DAK NF/BOK Puskesmas mengikuti ketentuan APBD. Jadi termasuk mekanisme penyediaan, dapat dilakukan sesuai ketentuan daerah yang berlaku. Ketentuan administrasi dan pertanggungjawaban kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui DAK NF/BOK Puskesmas mengikuti mekanisme APBD sehingga penting berkoordinasi dengan lintas sektor dan pemangku kebijakan di daerah seperti Bappeda, Inspektorat, Bagian Pengadaan Barang dan Jasa, Bagian Keuangan dan Anggaran, dll. Administrasi Sebagai pertanggungjawaban dan kelengkapan administrasi kegiatan, harus disusun laporan yang dilengkapi dengan dokumentasi pelaksanaan kegiatan (foto, video, dll). Ketentuan lebih lanjut terkait hal ini mengikuti peraturan yang berlaku yang dikeluarkan sehubungan dengan sumber pembiayaan yang digunakan. Ketentuan perpajakan secara umum dapat mengacu pada peraturan terkait perpajakan yang berlaku secara nasional dan peraturan pajak daerah. Namun, karena perpajakan sifatnya kasuistik, maka dianjurkan dapat berkonsultasi dengan kantor pajak wilayah setempat . Ketentuan terkait mekanisme penyaluran anggaran perlu dipahami oleh personalia pemegang program/penanggung jawab kegiatan PMT berbahan pangan lokal di Puskesmas maupun oleh bagian perencanaan dan keuangan. Catatan: Daerah dapat melengkapi dengan petunjuk teknis turunan khususnya untuk aspek administrasi sebagai acuan detail pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal di masing- masing daerah dengan tetap mengacu standar dan prinsip PMT lokal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dan regulasi/peraturan yang berlaku.

Pelaksanaan Pemantauan Kegiatan PMT Berbahan Pangan Lokal Waktu Pemantauan Aspek yang Dipantau Pelaksana Pemantauan Pemantauan harian 1. Keterangan konsumsi PMT berbahan pangan lokal (dihabiskan atau tidak dihabiskan) Kader 2. Kondisi kesehatan Balita (sehat atau tidak sehat) Kader Pemantauan mingguan 1. Hasil penimbangan Berat Badan (BB) mingguan untuk sasaran Balita Kader didampingi Tenaga Kesehatan 2. Hasil pengukuran Panjang Badan/Tinggi Badan (PB/TB) mingguan untuk sasaran Balita Kader didampingi Tenaga Kesehatan Pemantauan bulanan 1. Hasil penimbangan Berat Badan (BB) bulanan dan penambahan BB untuk sasaran Ibu hamil Kader didampingi Tenaga Kesehatan 2. Aspek proses dan penyelenggaraan PMT lokal untuk perbaikan penyelenggaraan berikutnya Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Pusat Catatan: Dokumentasi pemantauan kegiatan PMT berbahan pangan lokal harus dilakukan oleh Puskesmas. Pemantauan mingguan diutamakan dilakukan dengan pendampingan tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan memastikan kader dapat melakukan pengukuran antropometri sesuai standar. Pemantauan bulanan dilakukan untuk mengevaluasi proses kegiatan PMT lokal sehingga apabila ditemukan hambatan/kendala dapat segera dievaluasi

Catatan: Anggaran sisa sasaran yang drop out dapat dimanfaatkan untuk penambahan sasaran atau melanjutkan intervensi PMT berbahan pangan lokal pada sasaran lainnya Anggaran sisa sasaran yang drop out dianjurkan untuk dimanfaatkan Kriteria Drop Out Sasaran kegiatan PMT berbahan pangan lokal dapat gagal/ drop out jika sasaran penerima PMT berbahan pangan lokal tidak secara penuh mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PMT berbahan pangan lokal, yaitu apabila: Orang tua/keluarga menolak/mengundurkan diri Sasaran tidak mendapatkan PMT berbahan pangan lokal selama kurun waktu 7 (tujuh) hari berturut- turut (misalnya pergi ke luar daerah, pindah domisili, dll) Sasaran sakit dan dirawat di RS (perlu mendapatkan tata laksana lain) Sasaran meninggal Pada sasaran Ibu hamil KEK dan risiko KEK, telah melahirkan atau keguguran Mencegah Sasaran Drop Out Lakukan kegiatan sosialisasi secara luas kepada masyarakat sebelum mulai kegiatan PMT berbahan pangan lokal Pastikan sebelum pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal, periksa ulang status gizi dan kesehatan sasaran Pastikan keluarga sasaran bersedia untuk menjadi sasaran kegiatan dan mengikuti secara penuh (dapat ditanyakan secara lisan) Tenaga Kesehatan dan Kader responsif terhadap semua keluhan sasaran (rasa makanan, menu disukai atau tidak, penampilan makanan, dll) Tenaga Kesehatan dan Kader bersama lintas sektor terkait segera menindaklanjuti sasaran yang susah ditemui Jika tersedia anggaran, berikan apresiasi kepada sasaran yang mempunyai praktik baik (ucapan, sertifikat, dll) Apabila sasaran berpindah domisili, Puskesmas dapat berkoordinasi dengan Puskesmas wilayah kerja domisili baru

Hal- hal yang dicatat dan dilaporkan Aspek/Keterangan Hasil pemeriksaan awal Ada atau tidaknya penyakit penyerta Berat Badan (BB) awal Panjang Badan atau Tinggi Badan (PB/TB) awal Hasil pemantauan harian Keterangan konsumsi PMT berbahan pangan lokal (dihabiskan atau tidak dihabiskan) Kondisi kesehatan Balita (sehat atau tidak sehat) Hasil pemantauan mingguan Hasil penimbangan Berat Badan (BB) mingguan untuk sasaran balita Hasil pengukuran Panjang Badan/Tinggi Badan (PB/TB) mingguan untuk sasaran balita Hasil pemantauan bulanan Hasil penimbangan Berat Badan (BB) bulanan dan penambahan BB untuk sasaran Ibu hamil Aspek proses dan penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal untuk perbaikan penyelenggaraan berikutnya Pencatatan dan pelaporan dilakukan pada data awal dan aspek yang dipantau harian, mingguan, bulanan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan , dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat. Pencatatan pelaporan juga dapat dipantau real time secara otomatis melalui aplikasi Sistem Informasi yang berlaku . Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan

Pemberian PMT perlu disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan bagi Ibu dan Balita bermasalah gizi Konseling gizi Memastikan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku pada ibu hamil dan ibu balita serta pengasuh agar dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang sesuai kondisi dan kebutuhannya Konseling gizi dilakukan secara individual melalui komunikasi interpersonal Demonstrasi masak Bertujuan agar Ibu hamil dan orang tua/pengasuh Balita sasaran memperoleh keterampilan dalam memilih, menyiapkan, dan mengolah makanan untuk dikonsumsi setiap hari Demo masak dapat dilaksanakan agar sasaran memperoleh pengetahuan tentang aspek gizi dan kesehatan pada Balita dan Ibu hamil Peralatan memasak dan bahan makanan berbasis pangan lokal untuk demo masak disiapkan oleh tim pelaksana tingkat Desa/Kelurahan Penyuluhan gizi Dilakukan di kelompok kecil , bersamaan dengan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal dan dapat dilakukan bersamaan dengan jadwal posyandu atau kegiatan masyarakat lainnya Penyuluhan dilakukan antara 15 – 30 menit di Posyandu atau tempat lain yang disepakati Penyuluhan dapat di integrasikan dengan forum yang tersedia seperti Kelas Ibu Balita, Kelas Ibu Hamil, dll) Materi penyuluhan terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan pangan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, stimulasi perkembangan dan kesehatan balita

HARAPAN DINKES PROVINSI DAN KAB/KOTA Mendampingi Puskesmas untuk memastikan semua Ibu Hamil dan Balita bermasalah gizi mendapatkan tatalaksana PMT Lokal Melakukan sosialisasi Juknis Pelaksanaan PMT Berbahan Pangan Lokal bagi Ibu hamil dan balita bermasalah gizi tahun 2025 Menfasilitasi dan pendampingan Puskesmas dalam melakukan PMT berbahan pangan lokal bagi Bumil dan Balita Menfasilitasi dukungan regulasi dan kebijakan untuk mendukung pelaksanaan PMT berbahan pangan local Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan kegiatan: cakupan/capaian, tepat sasaran, realisasi anggaran termasuk administrasi

57
Tags