RESUME TREN BESAR FINTECH Triloka Mahesti, S.T., M.Kom.
TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan sistem pembayaran digital dan inovasi keuangan Menjelaskan ekosistem Fintech Menjelaskan peran Fintech dalam Pengembangan Usaha Menjelaskan Fintech, StartUp dan Marketplace
SISTEM PEMBAYARAN DIGITAL PENDAHULUAN Sistem pembayaran digital merujuk pada transaksi keuangan menggunakan teknologi digital. Menggantikan transaksi uang tunai dengan metode elektronik. JENIS-JENIS SISTEM PEMBAYARAN DIGITAL E-wallet: Aplikasi yang menyimpan uang digital untuk pembayaran online (contoh: GoPay, OVO, DANA). Transfer Bank Elektronik: Pembayaran langsung melalui platform perbankan online. QR Code: Pembayaran dengan memindai kode QR untuk transaksi (contoh: QRIS di Indonesia). Kartu Debit/Kredit: Pembayaran dengan kartu yang terhubung ke rekening bank atau kartu kredit. E-money: Uang digital yang disimpan dalam bentuk elektronik untuk transaksi (contoh: e-money untuk transportasi).
INOVASI KEUANGAN (FINTECH) Jenis-jenis Inovasi Keuangan Pembayaran Digital : Pembayaran melalui platform elektronik seperti e-wallet dan QR code. Pinjaman Peer-to-Peer (P2P) : Platform yang menghubungkan peminjam dengan pemberi pinjaman tanpa perantara bank. Blockchain dan Cryptocurrency : Teknologi yang mendasari mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum. Open Banking : Sistem yang memungkinkan bank berbagi data keuangan dengan pihak ketiga melalui API untuk menciptakan layanan keuangan yang lebih inovatif.
FINTECH PAYMENT FinTech Payment adalah inovasi di sektor pembayaran yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kecepatan, keamanan, dan kemudahan transaksi keuangan. Menurut The FinTech Book , FinTech dalam pembayaran bertujuan mengurangi ketergantungan pada sistem pembayaran tradisional seperti kartu kredit, transfer bank manual, dan cash handling. Inovasi FinTech Payment meliputi: Pembayaran mobile, Dompet digital (e-wallets), Pembayaran peer-to-peer (P2P), Real-time settlement, Teknologi blockchain untuk pembayaran lintas negara.
PAYMENT GATEWAY Payment gateway menurut The FinTech Book adalah jembatan teknologi antara pengguna, merchant, dan lembaga keuangan. Fungsinya: Mengautentikasi transaksi pembayaran online. Mengamankan data konsumen ( menggunakan tokenisasi dan enkripsi ). Memfasilitasi settlement antara berbagai pihak . Contohnya : Midtrans , DOKU, Xendit , Stripe, PayPal. Payment gateway adalah komponen vital dalam ekosistem e-commerce dan dianggap sebagai "enabler" dari ekonomi digital.
PAYMENT GATEWAY Lahirnya payment gateway di Indonesia ditandai dengan peresmian oleh Bank Indonesia (BI) pada 4 Desember 2017. Melalui Peraturan Bank Indonesia No. 19/8/PBI/2017, BI mengaturnya dengan sebutan formal Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Kebijakan tersebut juga dilengkapi dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tentang Gerbang Pembayaran Nasional ( National Payment Gateway ). Pemerintah mengatur bahwa GPN terdiri dari tiga tipe, yaitu standar, switching , dan services . pihak yang memiliki keterkaitan dengan GPN adalah penerbit, acquirer , penyelenggara payment gateway , serta pihak lain yang ditetapkan oleh BI.
PAYMENT GATEWAY Cara kerja payment gateway: Pembeli melakukan transaksi setelah memilih produk yang diinginkan . Pembeli memasukkan informasi pembayaran . Misalnya , pembeli memasukkan rincian kartu kredit jika menggunakan metode pembayaran berupa kartu kredit . Pemberian enkripsi transaksi menggunakan kode khusus , sering kali berupa OTP ( one-time password ). Informasi transaksi dikirim ke penyedia metode pembayaran , baik itu kartu kredit , e-wallet , dan lain-lain. Transaksi berhasil dilakukan .
PAYMENT GATEWAY Manfaat payment gateway: Tidak perlu membuat banyak rekening Rekap pembayaran otomatis Jangkauan lebih luas Keamanan transaksi terjamin Transaksi Lebih Praktis Transaksi Lebih Fleksibel Alternatif layanan rekening bersama (rekber) Membantu proses rekonsiliasi penjualan Keamanan terjamin Meningkatkan kepercayaan pelanggan
OPEN BANKING Open Banking adalah revolusi dalam cara data keuangan digunakan dan dibagikan . The FinTech Book menjelaskan Open Banking sebagai: Prinsip transparansi data : Konsumen mengontrol siapa yang dapat mengakses datanya. API (Application Programming Interface) : Teknologi yang memungkinkan aplikasi pihak ketiga terhubung dengan sistem bank untuk menawarkan layanan tambahan seperti analisis keuangan, budgeting, atau pembandingan produk keuangan. Mendorong kompetisi : Membuka pasar bagi inovasi fintech untuk bersaing dengan bank konvensional.
OPEN BANKING Salah satu blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Cara kerja open banking: Openbanking menggunakan teknologi API untuk membagikan data Anda kepada lembaga yang disetujui dengan cara yang cepat dan aman. Manfaat : Akses layanan keuangan yang dipersonalisasi untuk kebutuhan Anda Lebih banyak kendali atas keuangan Anda Menampilkan semua akun/rekening dan data keuangan Anda di satu tempat Regulasi penuh berarti keamanan data yang lebih besar.
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) konvergensi sistem pembayaran berbasis QR Code . Meskipun QRIS adalah spesifik Indonesia (diluncurkan 2019), konsepnya sejalan dengan tren global yang disebutkan Chishti & Barberis: Standarisasi teknologi pembayaran untuk interoperabilitas nasional . Memudahkan merchant kecil dan UMKM untuk menerima pembayaran non- tunai . Membuka peluang inovasi di sektor mikrofinansial dan pembayaran contactless.
QRIS QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah sistem pembayaran digital nasional Indonesia yang diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 2019. Tujuannya adalah menyatukan berbagai metode pembayaran berbasis QR code untuk mempermudah transaksi digital di seluruh negeri.​
QRIS Kritik AS terhadap QRIS Dalam 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers , Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) menyatakan keprihatinannya terhadap QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), dengan alasan:​ Hambatan Perdagangan : AS menilai QRIS dan GPN membatasi akses perusahaan pembayaran asing ke pasar Indonesia.​ Kurangnya Transparansi : Perusahaan AS mengklaim tidak dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan QRIS, sehingga sulit untuk memastikan interoperabilitas dengan sistem pembayaran global.​ Dominasi Visa dan Mastercard Terancam : Dengan meningkatnya penggunaan QRIS, pangsa pasar perusahaan kartu kredit besar asal AS seperti Visa dan Mastercard di Indonesia berkurang.
QRIS Tanggapan Indonesia Tujuan QRIS untuk inklusi keuangan & efisiensi transaksi domestic Terbuka pada kerjasama internasional termasuk AS, dibutikan dengan Visa & Mastercard masih beroperasi di Indonesia Implikasi lebih luas: Ekspansi QRIS ke Singapura, Malaysia & Thailand serta menjalin kerjasama dengan Jepang & UAE QRIS bertujuan untuk memperkuat kedaulatan digital Indonesia & tidak tergantung pada sistem pembayaran asing
EKOSISTEM FINTECH Komposisi Ekosistem FinTech : Demand : Permintaan dari konsumen, perusahaan, dan lembaga keuangan, terutama dari generasi milenial dan Z. Talent : Ketersediaan teknologi, layanan keuangan, dan bakat kewirausahaan. Solutions : Penyediaan solusi teknologi yang relevan untuk kebutuhan keuangan. Capital : Pembiayaan untuk mendukung pengembangan teknologi dan layanan FinTech. Policy : Kebijakan yang mendukung ekosistem FinTech
EKOSISTEM FINTECH DI INDONESIA Pada tahun 2006 hanya terdapat empat perusahaan Fintech pada tahun 2007 terus berkembang menjadi 16 perusahaan. pada tahun 2015 terjadi kenaikan perkembangan Fintech, hal ini terus berlanjut hingga sekarang, jumlah fintech tahun 2020 ini sekitar 161 perusahaan terdaftar di otoritas jasa keuangan (OJK). Sedangkan menurut Satgas Waspada Investasi (SWI) terdapat 508 entitas fintech peer to peer lending berstatus ilegal selama Januari-Maret 2020 sedangkan sebanyak 2.406 entitas telah terdata sejak tahun 2018 hingga Maret 2020.
EKOSISTEM FINTECH DI INDONESIA Dalam perkembangannya mulai berdiri beberapa fintech syariah pada tahun 2018. Seiring dengan perkembangan fintech, muncullah ide untuk menghalalkan Fintech agar umat muslim di Indonesia dapat meng gunakannya sesuai dengan Syariat Islam
EKOSISTEM FINTECH DI INDONESIA Sampai dengan pertengahan tahun 2020 sudah ada 6 (enam) perusahaan rintisan (StartUps) yang memiliki nilai lebih dari US$1 Miliar atau disebut dengan Unicorn. Adapun beberapa startup antara lain Ride-Hailing, MarketPlace, Travel Agent, dan Financial Technology (FinTech). Setidaknya separuh dari perusahaan StartUps yang berstatus unicorn di Indonesia bergerak di bidang MarketPlaces.
EKOSISTEM FINTECH DI SINGAPORE Kesuksesan fintech di Singapore dipengaruhi oleh: Pertumbuhan Start-up FinTech di Singapura Terdapat lebih dari 100 start-up FinTech di Singapura, baik yang menyasar pasar lokal maupun regional. Mereka bergerak di berbagai bidang seperti pembayaran , trading, blockchain, dan solusi back office. Banyak profesional keuangan meninggalkan pekerjaan lamanya untuk mendirikan perusahaan FinTech karena lingkungan yang mendukung .
EKOSISTEM FINTECH DI SINGAPORE Kesuksesan fintech di Singapore dipengaruhi oleh: Dukungan Investasi untuk FinTech Venture capital (VC) lokal dan global mulai aktif berinvestasi di FinTech Asia Tenggara. Fokus utama investasi adalah produk B2C FinTech. Profesional dari perbankan , hedge fund, dan private equity juga mulai berinvestasi pribadi dan membangun koneksi untuk mendukung start-up
EKOSISTEM FINTECH DI SINGAPORE Kesuksesan fintech di Singapore dipengaruhi oleh: Pertumbuhan Komunitas FinTech Komunitas mentor, pakar , dan angel investor FinTech berkembang pesat di Singapura. Banyak acara seperti Echelon, Tech in Asia, dan Hackathons mempertemukan pengusaha dan profesional keuangan . Kekuatan komunitas ini membuat Singapura menjadi pusat pengembangan FinTech di Asia, menarik start-up dari negara lain seperti India dan Indonesia.
Pelaku Utama dalam Ekosistem FinTech Singapura pemerintah, badan regulasi, investor, perusahaan FinTech, institusi keuangan, perusahaan teknologi/telekomunikasi, asosiasi bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya. Institusi keuangan mulai mengikuti strategi negara maju: mendirikan pusat inovasi, bermitra dengan inkubator/akselerator, membentuk VC, dan menjalin kerja sama dengan start-up FinTech.
EKOSISTEM FINTECH DI SINGAPORE Integrasi FinTech dengan Sektor Teknologi Lain FinTech mulai berkolaborasi dengan sektor lain seperti HealthTech, EduTech, dan Smart Cities. Pemerintah mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperluas dampak FinTech dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan Organisasi Representatif Diperlukan organisasi yang menghubungkan semua pelaku pasar: korporasi besar, start-up, dan entitas lainnya. Tujuannya untuk memperkuat kolaborasi dan mendorong pertumbuhan FinTech yang inklusif di semua lapisan ekosistem.
Kesuksesan Ekosistem FinTech di Singapura Indikator sukses : Jumlah bisnis FinTech yang berhasil mendapatkan pendanaan dan menghasilkan pendapatan. Contoh nyata : Blockchain Hackathon 2015 melahirkan 16+ tim inovatif. Peran organisasi : Negara maju punya organisasi pendukung FinTech, seperti Innovate Finance (UK) dan Singapore FinTech Consortium. Dukungan akselerator : Startupbootcamp FinTech melibatkan regulator untuk mendorong inovasi inklusif. Dampak : Peningkatan jumlah start-up FinTech dan aktivitas investasi yang intensif.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 1. Regulasi dan Kebijakan Singapura: Regulator utama: Monetary Authority of Singapore (MAS) , yang menyediakan kerangka regulasi yang jelas dan mendukung inovasi melalui sandbox regulasi . Pengaturan yang jelas untuk sektor digital payments , lending , cryptocurrency , dan blockchain . API banking dan open banking diterapkan untuk mendukung interaksi antara bank dan FinTech. Indonesia: Regulator utama: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) . Indonesia masih menghadapi masalah terkait penegakan hukum , banyak entitas FinTech yang beroperasi ilegal. Regulasi seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk sistem pembayaran digital yang sedang diterapkan.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 2. Infrastruktur dan Teknologi Singapura: Investasi besar dalam blockchain , AI , dan big data untuk pengembangan FinTech. Platform pembayaran digital seperti PayNow (mirip dengan QRIS di Indonesia) dan integrasi dengan Singtel dan OCBC untuk pembayaran mobile. Indonesia: QRIS sebagai standar sistem pembayaran digital yang didorong oleh Bank Indonesia. Berfokus pada mobile payments melalui e-wallet seperti GoPay , OVO , dan DANA yang mendominasi pasar.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 3. Pemain Utama Singapura: Singapura menjadi pusat untuk startup FinTech global, dengan lebih dari 1.000 perusahaan FinTech beroperasi. Ada juga program akselerator terkenal seperti Startupbootcamp yang mendukung pertumbuhan FinTech di negara ini. Indonesia: Pemain utama di Indonesia termasuk GoPay , OVO , DANA , dan LinkAja di sektor pembayaran. Ekosistem FinTech Indonesia lebih terfragmentasi dibanding Singapura, meskipun ada lebih banyak perusahaan mikro dan kecil yang terlibat.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 4. Inklusi Keuangan Singapura: Inklusi keuangan sudah sangat tinggi , sebagian besar populasi memiliki akses ke perbankan dan layanan keuangan digital. Indonesia: Inklusi keuangan masih menjadi tantangan , dengan banyak daerah terpencil yang kurang mendapat akses ke layanan keuangan . Pemerintah Indonesia mendorong inklusi melalui program Laku Pandai dan Gerakan Nasional Non- Tunai .
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 5. Pendanaan dan Investasi Singapura: Startup FinTech Singapura mudah mendapatkan akses pendanaan dengan banyaknya venture capital dan angel investors yang berinvestasi . Indonesia: Ada peningkatan investasi dan minat dari investor asing seperti Sequoia dan SoftBank yang mendukung startup FinTech di Indonesia.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 6. Kolaborasi dan Kerja Sama Singapura: MAS mendukung kolaborasi dengan penyelenggara internasional seperti Visa dan Mastercard untuk meningkatkan interoperabilitas . Indonesia: QRIS memungkinkan kerja sama antara fintech lokal dan lembaga keuangan tradisional untuk memperkuat sistem pembayaran .
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia 7. Tantangan dan Peluang Singapura: Tantangan terbesar adalah persaingan yang ketat dan kebutuhan untuk terus berinovasi. Namun, Singapura memiliki peluang besar sebagai hub FinTech di Asia Tenggara dengan dukungan regulasi yang kuat. Indonesia: Tantangan utama adalah fragmentasi pasar , regulasi yang belum sepenuhnya matang, dan masalah keamanan siber . Peluang besar untuk FinTech di Indonesia terkait dengan pasar yang besar , adopsi mobile payments yang cepat, dan peningkatan inklusi keuangan.
Ekosistem FinTech Singapura vs Indonesia Kesimpulan: Singapura memiliki ekosistem FinTech yang lebih matang dengan regulasi yang mendukung dan infrastruktur yang lebih baik, serta lebih banyak investor global. Indonesia sedang berkembang pesat dengan potensi pasar yang besar dan banyak inisiatif untuk meningkatkan inklusi keuangan meskipun menghadapi tantangan regulasi dan infrastruktur.