01 Mengapa Bisnis Harus Dengan Syariah.doc

agungmedsos2016 16 views 2 slides Oct 05, 2024
Slide 1
Slide 1 of 2
Slide 1
1
Slide 2
2

About This Presentation

Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah ?

Ada pertanyaan menarik setiap kali konsep bisnis syariah dilontarkan dalam berbagai kesempatan. Bahkan pertanyaan ini pernah juga menjadi dialog yang berkepanjangan di salah satu milist para peminat ekonomi syariah di Indonesia. Pertanyaan itu adalah, “Mengap...


Slide Content

Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah ?
Ada pertanyaan menarik setiap kali konsep bisnis syariah dilontarkan dalam berbagai kesempatan.
Bahkan pertanyaan ini pernah juga menjadi dialog yang berkepanjangan di salah satu milist para
peminat ekonomi syariah di Indonesia. Pertanyaan itu adalah, “Mengapa harus syariah ?”.
Ya, mengapa harus syariah ? Sebagian orang mungkin akan berkomentar. Toh tanpa syariah, ekonomi
kita dan bangsa ini bisa berjalan dengan ‘baik’. Lihatlah data yang dilansir oleh berbagai media yang
bersumber dari pemerintah. Angka pertumbuhan positif mencapai 6,3%, laju inflasi mampu ditekan
sampai pada 6,25%, suku bunga rata-rata 8,0%, nilai tukar rupiah rata-rata Rp.9.135,- per USD, cadangan
devisa sebesar 52,8 miliar USD, IHSG berhasil menembus level psikologis 2.000. Pertumbuhan itu juga
diikuti dengan turunnya tingkat pengangguran terbuka sebesar 384 ribu dibanding tahun 2006, serta
turunnya angka kemiskinan sebesar 2,13 juta dibandingkan tahun 2006. Semuanya menunjukkan, tanpa
perlu syariah, ekonomi dan bisnis di negeri ini bahkan dunia bisa ‘menghidupi’ semua umat manusia.
Tidak jarang, ada pula orang yang menganggap bahwa sistem ekonomi termasuk di dalamnya bisnis
yang sekarang (baca: kapitalis-liberal) dan banyak diadopsi orang, perusahaan dan berbagai negara ini
adalah konsep terbaik. Final ! Khususnya mereka yang banyak mendapatkan kenyamanan (comfort)
dalam sistem ini. Barangkali tidak salah, apa yang dikatakan Rhenald Kasali dalam bukunya “Change!”.
Intinya dikatakan, “Awalnya seseorang membuat sistem (mekanisme tertentu). Namun berikutnya ia
sendiri terjebak dalam sistem itu, hingga ia tidak mampu untuk berubah meski ke arah yang lebih baik”.
Sindiran ini bisa jadi, sadar atau tidak kita lakukan juga. Termasuk saat ini, saat didera oleh berbagai
krisis kehidupan.
Baiklah, saya akan coba ajukan beberapa pandangan, mengapa harus syariah. Dan benarkah ini sebuah
alternatif yang lebih baik ?
Pertama. Kenyataan saat ini, menunjukkan bahwa praktek ekonomi juga bisnis kapitalis-liberal telah
membuat kesenjangan yang begitu besar antar si kaya dan si miskin. Kesempatan berbisnis hanya
dimiliki oleh mereka yang punya modal kapital besar dan tega melakukan apapun. Dengan asas
kebebasannya (liberal), apapun bisa dibisniskan yang penting untung dan untung ! Salah satunya
contohnya adalah praktek riba. Praktek inilah yang membuat banyak investor lebih senang bisnis di
sektor non riil dibanding sektor riil. Akibatnya perputaran modal yang seharusnya akan menghasilkan
produksi barang/jasa dan akhirnya mendorong terjadinya pembukaan lapangan kerja yang luas menjadi
mandul. Belum lagi di praktek pasar saham, pasar uang dan sejenisnya.
Kenyataan data di atas (data dari pemerintah), ternyata tidak sama dengan kenyataan di lapangan. Tidak
bisa dipungkiri, masyarakat saat ini merasakan betapa mahalnya harga-harga kebutuhan pokok, minyak
dan gas (BBM). Begitu pula dengan biaya kesehatan dan pendidikan yang semakin tidak terjangkau.
Kesempatan pengembangan bisnis yang hanya bisa dirasakan oleh sekelompok elit pengusaha,
sementara sebagian besar cukup dimasukkan dalam unit usaha yang kecil-kecil. Pemberlakuan pajak
yang tidak pandang bulu.
Kedua. Secara empiris, dan dibandingkan secara fair antara sistem ekonomi dan bisnis saat ini dan saat
sistem Islam juga pernah berjaya dan diterapkan (dalam Khilafah Islamiyah), maka akan nampak bahwa
syariah terbukti telah mampu menyejahterakan umat manusia. Diterapkannya mata uang emas dan
perak (dinar dan dirham) terbukti tidak memunculkan masalah moneter (krisis moneter) seperti yang

pernah dialami belahan dunia Selatan termasuk Indonesia. Dan masalah moneter muncul manakala
sistem ini diganti-- setelah PD II, dengan mata uang kertas yang berfungsi sebagai alat tukar sekaligus
komoditas (diperjualbelikan).
Ketiga. Secara historis tercatat, diterapkannya syariah di kehidupan masyarakat membuat mereka
menjadi makmur. Salah satu contohnya yang mashur adalah saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah.
Tidak ada satupun penduduknya di jazirah Arab yang mau menerima zakat lantaran semua menolaknya,
karena mereka sudah hidup berkecukupan dan makmur. Padahal sebelumnya mereka hidup dalam
kekurangan.
Keempat, keimanan. Keyakinan bahwa manusia adalah ciptaan Allah swt dan akan kembali kepada-Nya
dengan sebuah pertanggungjawaban (yaumul hisab), secara pasti akan membuat manusia taat atas
segala yang dilarang dan diperintahkan oleh-Nya. Keimanan pula yang membuat seseorang yakin akan
janji-janji Allah sekaligus dampak buruk yang akan menimpanya akibat meninggalkan perintahnya atau
melakukan apa yang dilarang-Nya. Keimanan ini yang membuat bisnis yang dilakukan akan menjadi
berkah dunia akhirat.
Kelima. Gunakan pikiran jernih dan terbuka terhadap kebenaran, maka akan nampak bahwa realitas
mengharuskan adanya perubahan, dan syariah (jika dikaji dengan benar) insyaAllah merupakan
alternatif satu-satunya. Seringkali seseorang menolak kebenaran yang didapatnya hanya karena faktor-
faktor yang tidak esensial, meski dalam akal jernihnya hal itu benar. Hanya karena orang yang
menyampaikan tidak memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang lebih baik dirinya--
misalnya, kebenaran yang diketahuinya pun ditolak.
Sebagai penutup, mari kita renungkan firman Allah swt berikut ini :
“Maka demi Tuhan mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
[TQS. An-Nisa’: 65]
Bagaimana menurut Anda ?
Bey Laspriana
Praktisi bisnis syariah bidang komunikasi pemasaran syariah.
Pengurus Pusat Komunitas Pengusaha Rindu Syariah.
Pernah dimuat di Tabloid Media Umat di kolom Bisnis Syariah edisi 34, 1-21 Jumadil Awwal 1431 H/
16 April-6 Mei 2010.