15. Ekologi, Islam dan Kearifan Lokal.pptx

SyamsulHamzah 18 views 22 slides Sep 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 22
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22

About This Presentation

Ekologi, Islam dan Kearifan Lokal


Slide Content

Ekologi Dalam Persfektif Islam dan Kearifan Lokal Syamsul

Namun , atas dasar apa kita ingin menghilangkannya , atas dasar apa kita ingin menghancurkan keseimbangan yang diciptakan Tuhan?apa kita menganggap bahwa Tuhan menciptakan segala keindahan yang ada di bumi ini , hanya diperuntukkan bagi orang-orang muslim , Nasrani, majusi , yahudi , dan lainnya ? Kemudian kita menganggap jika seluruh binatang , tumbuhan dan bebatuan tidak berhak singgah di bumi . Memangnya kita siapa ? Seharusnya kita bersyukur bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang sehingga , Dia tidak mengangkat guunung-gunung untuk meratakan seluruh kota dan tidak mengangkat samudera untuk menenggelamkan negeri kita . Bukankah langit dan bumi , laut dan daratan , hutan dan padang pasir , sungai-sungai dan telaga , sumur dan kolam , binatang dan manusia , pepohonan dan batu, bunga dan kumbang , daun dan ranting, akar dan batang , air dan api , tanah dan udara , kegelapan dan cahaya , matahari dan bulan , siang dan malam , hidup dan mati , tawa dan air mata , kebaikan dan keburukan , sehat dan sakit , bersih dan kotor , suci dan najis , hitam dan putih , samudera dan gelombang , awan dan hujan , masjid, gereja , wihara , pura , candi , dan altar, semuanya adalah bentuk-bentuk perwujudan keindahan dan keagungan Tuhan ?

Ketidakpekaan fikih dalam menyoroti masalah krisis ekologi adalah bentuk lain dari pemberian legitimasi terhadap pengrusakan lingkungan .

Fikih Ekologi Fikih Ekologi (Fiqh bi’ah ) pemahaman yang mendalam atas hukum-hukum syariah guna menyelesaikan beragam persoalan yang terjadi di tengah-tengah proses interaksi antara makhluk hidup dengan sesamanya dan lingkungannya . Fikih Ekologi Segala sesuatu yang meliputi organisme biotik yang memiliki interpendensi dan interelasi satu dengan yang lainnya Lingkungan Seperangkat peraturan manusia yang ditetapkan oleh yang berkompeten berdasarkan wahyu Tuhan yang mengikat masyarakat muslim guna mewujudkan keadilan Hukum Islam

Seperangkat aturan tentang perilaku ekologis masyarakat muslim yang ditetapkan oleh yang berkompeten berdasarkan teks syar’I dengan tujuan untuk mencapai kemaslahan Bersama dan melestarikan lingkungan , bukan lingkungan itu sendiri Fikih Ekologi

Fikih Ekologi Maksud seperangkat aturan tentang perilaku ekologis masyarakat muslim : Ketentuan peringkat hukum perilaku yang diklasifikasikan dalam kategori perilaku wajib , sunah , mubah , makruh , dan haram (al ahkam -al- Khamsah ). 01 Ditetapkan oleh yang berkompeten : Yang berwenang menetapkan fikih lingkungan hanyalah orang yang memenuhi persyaratan sebagai perumus fikih lingkungan , mujtahid lingkungan 02 Berdasarkan teks syar’i : Ketetapan fikih lingkungan harus didasarkan pada dalil-dalil Al-Qur’an hadis dan ijtihad secara simultan sesuai dengan peluangnya masing-masing. 03 Contents Contents Contents

Alasan Terhadap Fikih Ekologi 6 Adanya kesalahpahaman Sebagian manusia pada umumnya terhadap agama yang dianutnya , terlebih hukum syariah atau fikih . 2 1 5 4 3 Studi terhadap fikih hanyalah pada wilayah shalat , zakat, puasa , haji dan ibadah-ibadah lainnya serta muamalah sesam manusia , namun ada makhluk selain manusia . Pemaknaan terhadap takdir sudah dianggap final dari Tuhan , banjir , longsor , tsunami, dan bencana lainnya adalah langsung pada Tuhan . Sistem Pendidikan yang hanya berorientasi pada Ketuhanan dan Kemanusiaan , sehingga setelah lulus hanya berpikir bagaimana bisa bekerja dan mendapatkan uang yang sifatnya hanya untuk kepentingan pribadi Stagnasi keilmuan islam , kodekteran dan ekologi jarang disentuh oleh para pakar hukum Islam Masih ada anggapan Jabariah yang setiap kali adanya musibah langsung beranggapan bahwa itu takdir Tuhan .

Ruang Lingkup Kajian Fikih Ekologi Interaksi manusia dengan alam sekitarnya ; pelestarian lingkungan , penebangan dan pembakaran hutan , perburuan liar, perlindungan hewan peliharaan , limbah dan sampah , penghijauan , dsb . 3 Interaksi manusia dengan lingkungan ; pembangunan tempat ibadah dan pabrik serta bangunan-bangunan lain, etika melaksanakan ritual ibadah, penyelenggaraan hari raya , tata desa , penggusuran dan ketertiban , pembukaan lahan baru , dsb . 2 Interaksi antar sesama manusia ; penghormatan manusia terhadap sesama , perlindungan hak asasi manusia , hak dan kewajiban antar orang tua dan anak , guru dan murid, bertetangga , dsb . 1

Prinsip Dasar Fikih Ekologi 1 2 Hukum yang mengacu pada prinsip dasar penggunaan lingkungan (use oriented law on elements of environtment ) Hukum yang mengacu pada asas perlindungan lingkungan ( environtment oriented law)

Fikih lingkungan dirumuskan berdasarkan pada prinsip perlindungan terhadap lingkungan bukan pada asas penggunaan lingkungan Tujuan fikih lingkungan adalah menyediakan perangkat lunak berupa panduan perilaku yang berjiwa religious Islam dalam melestarikan lingkungan . Misi fikih lingkungan adalah menjadi perekayasa social masyarakat islam yang memiliki kearifan lingkungan memadai (ecological Islamic law as ecological wisdom of muslim society engineering), sekaligus menjadi pengawas kesadaran ekologi masyarakat islam (ecological Islamic law as ecological consciousness of muslim society control) Prinsip Dasar Fikih Ekologi

Signifikansi Munculnya Pengembangan Fikih Ekologi Umat islam memerlukan kerangka pedoman komprehensif tentang pandangan dan cara melakukan partisipasi di dalam masalah konservasi lingkungan . 2 Kondisi objektif krisis lingkungan yang makin parah baik di negara-negara muslim maupun di level global. 1 Fikih lingkungan sebab ajaran islam perlu dimasukkan ke dalam program-program pendidikan . 4 Fikih lingkungan belum dianggap sebagai disiplin yang masuk ke ranah studi Islam. 3

Dalam Rangka Menyusun Fikih Lingkungan , Landasan yang Perlu Diperhatikan Rekonstruksi makna khalifah. Menjadi khalifah di muka bumi ini tidak untuk melakukan perusakan dan pertumpahan darah . Pertama Ekologi sebagai doktrin ajaran . Artinya , menempatkan wacana lingkungan bukan pada cabang , tetapi termasuk doktrin utama ( usul ) ajaran islam . Kedua Merusak lingkungan adalah kafir ekologis . Keempat Nabu Muhammad saw. d iutus ke dunia untuk menyempurnakan etika moral manusia Kelima Tidak sempurna iman seseorang jika tidak peduli lingkungan . Ketiga

01 02 03 04 Masyarakat adat Ammatoa tumbuh dan berkembang dengan pasang sebagai aturan / ketentuan dari Tindakan mereka . Masyarakat Ammatoa meyakini bahwa merawat hutan merupakan bagian dari ajaran pasang, karena hutan memiliki kekuatan gaib yang dapat mensejahterakan sekaligus mendatangkan bencana Pasang berisi nilai-nilai , prinsip-prinsip , hukum dan aturan dalam merajut hubungan manusia dengan Tuhan , hubungan antar sesame manusia , dan hubungan manusia dengan alam semesta . Masyarakat adat Ammatoa dalam mengelola sumber daya hutan tidak terlepas dari kepercayaannya terhadap ajaran pasang Pelestarian Alam Ammatoa Kajang

Ammatoa Masyarakat adat Ammatoa mempunyai pandangan bahwa hutan merupakan bagian dari struktur kepercayaan mereka . Menurut Pasang ( pesan atau petuah yang hariis dipatuhi ), hutan keramat menyimpan nilai historis atas kehadiran To Manurung ( Ammatoa pertama ). Adanya kepercayaan bahwa To Manurung atau Ammatoa pertama turun dari langit di suatu puncak berbentuk tombolo ( tempurung ) yang dikelilingi air dengan seekor burung yang disebut Koajang . Menurut kepercayaan mereka juga, Ammatoa pertama tersebut kembali ke langit dengan cara sajang ( menghilang ) di dalam Borong Karamaka ( hutan keramat ).

Anjo boronga anre nakkulle nipanraki . Punna nipanraki boronga , nupanraki kalennu ” artinya hutan tidak boleh dirusak . Jika engkau merusaknya , maka sama halnya engkau merusak dirimu sendiri . Selain itu , Pasang lain berbunyi : “ Anjo natahang ri boronga karana pasang. Rettopi tanayya rettoi ada ” artinya hutan bisa lestari karena dijaga oleh adat . Bila bumi hancur , maka hancur pula adat .

Manusia dan alam saling menunjang dan saling menghidupi . Manusia memelihara alam , misalnya memelihara hutan dan satwa yang ada didalamnya , hasilnya dimakan , dikomersialkan hasil hutannya , kayunya dibuat rumah tinggal dan masih banyak manfaat lainnya bagi manusia , termasuk kesejukan serta mempertahankan sumber mata air . Rupa tauwa siangang bonena linoa parallui nikatutui na natallasiki . Rupa tauwa parallui nikatutui bonena linoa , contona nikatutui boronga siangang olo-oloka , wasselena nikanre , nibalukang wasselena boronga , kajunna d ip areki balla pammantangang siagang sanna inja pa’matu matuanna mange ri rupa tauwa , niami ilalanna kanyamangang siangang akkatuhoi timbusu

Masyarakat adat Ammatoa meyakini , merawat hutan merupakan bagian dari ajaran pasang, karena hutan memiliki kekuatan gaib yang dapat mensejahterakan , sekaligus mendatangkan bencana manakala tidak dijaga kelestariannya . Untuk itu mereka senantiasa memelihara hutan agar terhindar dari marabahaya yang dapat mengancam kehidupan mereka . Tau ada’a ri kajang iya mintu n ikau Ammatoa na tappa, apparakai borong natappa saba battu ripangngara pasang, nasaba ia injo borongnga riek pangissenganna nakkulle appakahaji katalassang , akkule to’I pakriek kakodiang punna anrek nijagai kelestarianna . Iya mintu parallu nipiarah boronga supaya lere-lerei balaiya nakkulea nataro katallassanna rupa taua .

Sanksi adat ketika terjadi pelanggaran di dalam kawasan hutan terbagi menjadi 3 bagian yaitu : pokok babbalak ( pangkal cambuk ), tangnga babbalak ( tengah cambuk ), dan cappa babbalak ( ujung cambuk ). Anjo atoranna adak’a punna nia palanggarang ri boronga ta’bagei tallu iamintu ; pokok babbalak , tangnga babbalak , siagang cappa babbalak

Sanksi bagi perusak hutan menurut pasang ri kajang adalah pelanggaran berat ( pokok babbala ), pelanggaran sedang ( tangga babbala ), dan pelanggaran ringan (cappa babbala ). Sanksi ini diberikan kepada pelaku perusak hutan yang sudah diketahui identitasnya dan ditangkap oleh masyarakat . Sedangkan bagi pelaku yang tidak diketahui identitasnya , ada sejenis hukuman yang sering dilakukan oleh masyarakat ammatoa yang disebut Attunu panroli ( bakar linggis ) dan attune Passau ( pembakaran kemenyang ) Atoranna adaka punna nia amparaki boronga nakana atoranna pasanga ri kajang iamintu pokok babbalak , tangnga babbalak , siagang cappa babbalak . Atorang kamma anjo punna niissengi tau ampangrakiyai anjo boronga .

Fungsi Hutan Masyarakat Ammatoa 01 Fungsi ritual, yaitu bagian dari sistem kepercayaan , yang memandang hutan ( borong karamaka ) sebagai suatu tempat upacara . Pertama 05 02 fungsi ekologis , yaitu sebagai pengatur tata air Kedua Berbagai upacara yang dilakukan dalam hutan yakni pelantikan Ammatoa , Attunu Passau ( upacara kutukan bagi pelanggar adat ), upacara pelepasan nazar , dan upacara apparuntuk paknganro ( bermohon kepada Tu Rie A’ ra’na untuk suatu hajat baik individual maupun kolektif ) Apparik e bosi dan apparik e tumbusuk artinya menyebabkan turunnya hujan dan timbulnya mata air. Hutan harus dilestarikan karena merupakan bagian utama dari agama dan ritual pada masyarakat adat Ammatoa di Kajang . Larangan yang tidak boleh dilakukan masyarakat adat Ammatoa dalam kawasan hutan yaitu Ta’bang Kaju ( menebang kayu ), Rao Doang ( mengambil udang ), Tatta ’ Uhe ( mengambil rotan), dan Tunu Bani ( membakar lebah ).

Aturan Adat dalam Pengelolaan Hutan Masyarakat Adat Ammatoa 01 Asas atau Prinsip Masyarakat adat Ammatoa menganut prinsip / asas dalam mengelola hutan , seperti : prinsip hormat terhadap alam , prinsip tanggung jawab terhadap alam , prinsip solidaritas kosmis , prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam , prinsip hidup sederhana , prinsip hidup selaras dengan alam dan prinsip keadilan . 02 Nilai Nilai yang berlaku dalam masyarakat adat Ammatoa dalam mengelola hutan adalah bersumber dari ajaran Pasang, yakni : lambusu ’ ( kejujuran ), gattang ( ketegasan ), sa’bara Nilai yang berlaku dalam masyarakat adat Ammatoa dalam mengelola hutan adalah bersumber dari ajaran Pasang, yakni : lambusu ’ ( kejujuran ), gattang ( ketegasan ), sa’bara ( kesabaran ), apiso’na ( kepasrahan ). 03 Aturan Adat Babbala ( cambuk ), Attunu Panroli ( pembakaran Lingkis ), Attunu Passau ( pembakaran kemenyang ).

THANK YOU Insert the Subtitle of Your Presentation
Tags