16# Pajak dan Inflasi.pptx111111111111111111111111

mutiaranurmawatidewi 12 views 31 slides Sep 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 31
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31

About This Presentation

nnnnnnnnn


Slide Content

Ekonomi teknik PAJAK dan INFLASI

Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang . Inflasi secara umum terjadi karena jumlah uang beredar lebih banyak daripada yang diperlukan.

Berdasarkan Tingkat Keparahan; Inflasi Ringan Inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan berada < 10% per tahun. Inflasi Sedang Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi namun menurunkan kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10% - 30% per tahun. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi Berat Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Orang menjadi enggan menabung karena bunga tabungan menjadi rendah, mereka cenderung memilih untuk berinvestasi dalam bentuk barang. Inflasi berat berkisar 30% - 100% per tahun. Inflasi Sangat Berat (hyperinflation) Inflasi jenis ini sudah mengacaukan perekonomian dan sulit dihentikan. Inflasi sangat berat berada > 100% per tahun.

Berdasarkan Sumbernya; Inflasi yang bersumber dari luar negeri Inflasi ini terjadi karena ada kenaikan harga di luar negeri. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang mengalami inflasi, maka otomatis akan mempengaruhi harga-harga dalam negeri dan menimbulkan inflasi. b. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri Inflasi ini dapat terjadi karena percetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit. Dapat juga disebabkan oleh kegagalan panen. Jenis-Jenis Inflasi

Berdasarkan Penyebabnya; Inflasi karena kenaikan permintaan Kenaikan permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi produsen yang pada akhirnya menyebabkan harga-harga akan cenderung naik. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi karena kenaikan biaya produksi Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga penawaran barang naik, sehingga dapat menimbulkan inflasi. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah Teori ini dikemukakan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Jika jumlah barang tetap, sedangkan uang yang beredar bertambah 2 kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat. Jenis-Jenis Inflasi

Angka Inflasi dan Indeks Harga Angka Inflasi merupakan suatu indikator ekonomi yang dapat digunakan dalam mengambil langkah dan membuat keputusan di bidang ekonomi. Kenaikan angka inflasi disebut juga laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan harga dari beberapa indeks harga dari suatu periode ke periode lainnya. Indeks Harga adalah perbandingan antara harga rata-rata pada tahun yang dihitung dan harga rata-rata pada tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan adalah tahun yang dibuat sebagai patokan penghitungan.

Rumus: IHn = IHn = Indeks Harga tahun n (tahun yg dihitung) Σ Pn = Jumlah rata-rata harga tahun n (tahun yg dihitung) Σ Po = Jumlah rata-rata harga tahun dasar  

Indeks Harga Produsen (IHP) Dihitung berdasarkan fluktuasi harga hasil produksi. Tujuannya antara lain untuk menilai kesejahteraan produsen dilihat dari nilai tukar hasil produksinya. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Perhitungan IHPB didasarkan pada data Harga Perdagangan Besar (HPB) yang mencakup barang-barang perdagangan dalam jumlah besar, yaitu hasil pertanian, hasil pertambangan, hasil industri, impor dan ekspor. Indeks Harga Konsumen (IHK) Dihitung menggunakan data Harga Konsumen (HK) yaitu harga barang-barang yang diperdagangkan dalam eceran untuk dikonsumsi sendiri, bukan untuk dijual. IHK digunakan oleh Badan Pusat Statistik sebagai indikator inflasi di Indonesia. 3 Macam Indeks Harga;

Dampak Inflasi terhadap Pendapatan Inflasi dapat mendorong pengusaha untuk memperluas produksinya, sehingga tumbuh kesempatan kerja baru dan bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi mereka yang berpenghasilan tetap inflasi akan merugikan karena penghasilan mereka yang tetap akan semakin sedikit bila dibandingkan dengan harga barang dan jasa. Dampak Inflasi terhadap Ekspor Pada keadaan inflasi, daya saing barang ekspor berkurang. Negara akan mengalami kerugian akibat jumlah penjualan berkurang yang berarti devisa yang diperoleh juga semakin kecil. Dampak Inflasi terhadap Minat Menabung Saat inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi. Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok Keadaan inflasi menyebabkan penghitungan untuk mendapatkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Karena persentase yang tidak stabil, kita tidak dapat memastikan harga pokok dan harga jual. Keadaan ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen. Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat

Kebijakan Moneter Yaitu kebijakan yang diambil untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. a. Kebijakan penetapan persediaan kas Mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank b. Kebijakan diskonto Mengurangi uang yang beredar dengan meningkatkan nilai suku bunga. c. Kebijakan operasi pasar terbuka Mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga. Kebijakan Fiskal Yaitu langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. a. Menghemat pengeluaran pemerintah b. Menaikkan tarif pajak Cara Mengatasi Inflasi

Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih memiliki cara lain, diantaranya; a. Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar b. Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang Cara Mengatasi Inflasi

PAJAK Istilah – istilah yang perlu diketahui : Pendapatan kotor : pendaaptan penjualan & bunga (GI) Pengeluaran ; ongkos yang harus dikeluarkan (E) Pendapatan kena pajak : TI ( taxoble Income) Depresiasi ; penyusutan yang harus ditanggung secara umum .

e. CG ; (capital Gain) ; Harga jual aset  harga beli f. CL ; (capital los) ; harga jual aset  nilai buku

g. RD ; recapiured depreciation (RD ) Asset terdepresiasi dijual  dari nilai buku termasuk pendapatan kena pajak P = T x TI Perhitungan – perhitungan dasar perpajakan . a). Dirumuskan : dimana ; P = besarnya pajak TI = pendapatan terkena pajak T = tingkat pajak yang dikenakan Substitusi TI → Taxes = (G – E – D) x T

b. Pendapatan kapital pada pajak . Dirumuskan : Pc = Besarnya pajak yang dikenakan Tc = tingkat pajak CGt = pendapatan kapital dari aset yang dijual pada tahun ke-t.  

Contoh soal 1 Pada tahun 1994, sebuah perusahaan memiliki pendapatan kotor sebesar Rp.5,5milyar dengan total pengeluaran dan depresiasi untuk tahun tersebut adalah Rp.3,7milyar. Berapakah pajak pendapatan yang harus dibayar oleh perusahaan bila pada interval TI tersebut dengan tingkat pajak yang dikenakan adalah 45%? Solusi Besarnya pendapatan terkena pajak adalah: TI = Rp.5,5milyar – Rp.3,7milyar = Rp.1,8milyar Pajak yang dibayar: Taxes = Rp.1,8milyar x 0,45 = Rp.810juta

Efek pajak pada model depresiasi yang berbeda Pemilihan model depresiasi dapat mempengaruhi besarnya nilai PW pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Metode depresiasi yang berbeda, nilai PW pajak yang akan dibayar akan semakin rendah apabila metode depresiasi yang digunakan semakin cepat menurunkan nilai dari aset yang didepresiasi. TI = BTCF – D AT CF = BT CF – Taxes Dimana: BT CF = before taxes cash flow . AT CF = after taxes cash flow

Contoh soal 2 Misalkan harga awal sebuah aset adalah Rp.50juta dengan umur 5 tahun dengan nilai sisa 0. Aliran kas sebelum pajak setiap tahunnya adalah Rp.20 juta. Dengan tingkat pajak yang dikenakan adalah 30% dan ROR setelah pajak adalah 10%, bandingkan nilai present worth (PW) dari pajak yang dikenakan apabila digunakan metode: 1) Depresiasi Garis lurus 2) Depresiasi SOYD

Solusi pertama Depresiasi Garis Lurus Deprisiasi garis lurus Besar depresiasi tiap tahun sama. (Dt = 50juta -0jt /5 = Rp. 10 juta) TI = BTCF – D = Rp.20juta – Rp.10juta = Rp. 10 juta Dengan tingkat pajak (T) = 30% per tahun, maka besar pajak per tahun adalah: P = T x TI = 0,3 x Rp. 10 juta = Rp 3 juta PW pajak dengan metode SL PW= A (P/A. i . n) = 3 juta (P/A, 10%, 5) = 3juta (3,791) = 11,373juta Tahun BTCF Depresiasi TI Pajak 50 juta 1 20 juta 10.000.000 10.000.000 3 juta 2 20 juta 10.000.000 10.000.000 3 juta 3 20 juta 10.000.000 10.000.000 3 juta 4 20 juta 10.000.000 10.000.000 3 juta 5 20 juta 10.000.000 10.000.000 3 juta

Solusi kedua menggunakan Depresiasi SOYD PW dengan metode SOYD PW = A (P/A. i. n) + G (P/G. i. n) = 1juta (P/A, 10%, 5) + 1juta (P/G, 10%, 5) = 1juta (3,791) + 1juta (6,862) = 10,653juta Tahun BTCF Depresiasi TI Pajak (30%) 50 juta 1 20 juta 16.666.666,667 3.333.333,333 1 juta 2 20 juta 13.333.333,333 6.666.666,667 2 juta 3 20 juta 10.000.000,000 10.000.000,000 3 juta 4 20 juta 6.666.666,667 13.333.333,333 4 juta 5 20 juta 3.333.333,333 16.666.666,667 5 juta

Contoh soal 3 Sebuah peralatan penunjang produksi direncanakan akan dibeli pada tahun ini oleh sebuah perusahaan. Harga awal adalah Rp.50juta, dengan masa pakai 5 tahun dan sisa 0. Selama 5 tahun, pendapatan yang diharapkan adalah {28juta–(1juta*n)}, dimana n adalah tahun terjadinya aliran kas. Sedangkan pengeluaran tahunan diperkirakan {9.5juta+(0,5juta*n)}. Apabila tingkat pajak efektif adalah 30% dan metode depresiasi yang digunakan adalah SL, tabulasikan aliran kas setelah pajak (ATCF) dari alat tersebut. Hitung pula present worth (PW) dari aliran kas (ATCF) tersebut bila MARR setelah pajak 8%

Solusi contoh soal 3 Tahun Revenue / pendapatan (1) Expense / pengeluaran (2) BTCF (3) = (1-2) D (4) = ( harga awal - sisa ) /n TI (5) = ( 1 - 2- 4) Pajak (6) = (TI*T) ATCF (7) = (3-6) Tabel suku bunga PW setelah pajak 50 -50 -50 -50 1 27 10 17 10 7 2,1 14,9 (P/F. 8%. 1) 13,796 2 26 10,5 15,5 10 5,5 1,65 13,95 (P/F. 8%. 2) 11,959 3 25 11 14 10 4 1,2 12,8 (P/F. 8%. 3) 10,161 4 24 11,5 12,5 10 2,5 0,75 11,75 (P/F. 8%. 4) 8,636 5 23 12 11 10 1 0,3 10,7 (P/F. 8%. 5) 7,282 Jumlah 1,834 juta PW = Pendapatan – Pengeluaran *T = 30%

Efek pendapatan kapital dan pajak Pada saat inflasi, harga jual suatu aset biasanya meningkat, namun nilai buku dari aset tersebut tidak bisa disesuaikan dengan terjadinya inflasi, s ehingga menghasilkan pendapatan kapital. CGt = SPt – BVt → Pc = Tc x CGt Dimana: BVt = nilai buku suatu aset pada akhir tahun t. SPt = harga jual aset di akhir tahun ke-t. CGt = pendapatan kapital dari aset yang dijual pada tahun ke-t. Tc = tingkat pajak yang dikenakan pada pendapatan kapital. Pc = besarnya pajak dari pendapatan kapital.

Contoh soal 4 Sebuah traktor memiliki harga Rp.60juta dengan umur 7 tahun dan nilai sisa Rp.4juta. Dengan menggunakan metode depresiasi garis lurus, maka nilai buku traktor tersebut pada akhir tahun ke-3 adalah Rp.36juta. Misalkan traktor tadi dijual seharga Rp.40juta pada akhir tahun ke-3 dan pendapatan kapital dikenakan pajak dengan tingkat 28%, berapakah pajak dari pendapatan kapital tersebut? Bila traktor tadi tetap dipakai dan baru dijual di akhir tahun ke-7 dengan harga Rp.10juta, berapakah pajak pendapatan kapital yang dikenakan?

Solusi contoh 4 Pendapatan kapital yang diperoleh pada tahun ke3 adalah: CG3 = 40juta – 36juta = Rp.4juta Maka besarnya pajak pendapatan kapital yang dikenakan pada tahun ke-3 adalah: Pc = Tc x CG3 Pc = 0,28 x Rp.4juta = Rp.1,12juta Pendapatan kapital yang diperoleh pada tahun ke7 adalah: CG7 = 10juta – 4juta CG 7 = Rp.6juta Maka besarnya pajak pendapatan kapital yang dikenakan pada tahun ke-7 adalah: Pc = Tc x CG7 Pc = 0,28 x Rp.6juta = Rp.1,68juta

Contoh soal 5 Seorang pengusaha properti membeli sebidang tanah seharga Rp.100juta dan menyediakan uang Rp.1,6milyar untuk membangun apartemen di atas tanah tersebut. Pendapatan tahunan sebelum pajak dari penyewaan apartemen diperkirakan sebesar Rp.300juta selama 40 tahun dengan dasar nilai uang sekarang. Pengusaha tadi merencanakan akan menjual apartemen pada akhir tahun ke-6 pada saat nilai properti tersebut diperkirakan mengalami peningkatan. Sesuai dengan aturan pajak, harga tanah tidak terdepresiasi, tetapi diperhitungkan sebagai nilai sisa. Sedangkan ongkos konstruksi bisa didepresiasi selama 32 tahun, sebesar 10% tidak termasuk inflasi. Tingkat pajak pendapatan yang dikenakan adalah 34% dan tingkat pajak pendapatan kapitalnya adalah 28%. Apabila diasumsikan tidak ada inflasi dan harga jual properti termasuk tanahnya adalah Rp.2,1 milyar di akhir tahun ke-6, berapakah NPV dari investasi tersebut. Diketahui : P ( tanah ) = 100 jt P ( bangunan ) = 1,6 M  Depresiasi selama n = 32 th sebesar 10% BTCF = 300 jt  n = 40 th T = 34% Tc = 28% Harga jual tahun ke-6 = 2,1 M

Solusi contoh soal 5 Dt = (P–S)/N= Rp.1,6milyar/32 tahun = Rp.50juta BV 6 = P total – (t x Dt) BV 6 = 1,7milyar – (6 x Rp.50juta) = Rp.1,4milyar Pendapatan bersih setelah dikurangi pajak setiap tahun sampai tahun ke-6 adalah: ATCF 1 = BTCF - P ATCF 1 = BTCF – (TI * T) ATCF 1 = BTCF – [(BTCF – D)*T] ATCF 1 = 300juta – [ (300juta – 50juta) * 34% ] = Rp. 215 juta Pajak pendapatan kapital dari penjualan properti tersebut di akhir tahun ke-6 adalah : Pc = Tc x CG 6 = Tc x ( Harga jual pada tahun ke-6 – BV 6 ) = 2 8% x (2 , 1milyar – 1 , 4milyar) = Rp.196juta Pendapatan kapital setelah pajak (ATCF 2 ) = Harga jual pada tahun ke-6 – Pc = 2,1 M – 196 Juta = Rp . 1,904 milyar NPV = P total + ATCF 1 (P/A, 10%, 6) + (ATCF 2 )(P/F, 10%, 6) = - 1.7milyar + 215juta (P/A, 10%, 6) + 1,904 milyar (P/F, 10%, 6) NPV = Rp.353.703juta TI = BTCF – D AT CF = BT CF – Taxes P = T x TI

THANK YOU
Tags