KESIMPULAN Menurut Griadhi (2021), plagiarisme merupakan suatu bentuk pelanggaran yang terjadi ketika seseorang mengambil secara tidak sah berbagai elemen dari karya orang lain, seperti fakta , penjelasan , ungkapan , atau kalimat , dan menggunakannya seolah-olah merupakan hasil pemikiran sendiri . Menurut Pecorari , metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan plagiarisme adalah tindakan pencurian , yang mengandung unsur kesengajaan atau niat dalam melakukannya . Berdasarkan pandangan tersebut , Pecorari membedakan plagiarisme ke dalam dua kategori utama , yaitu plagiarisme prototipe (prototypical plagiarism) dan plagiarisme tekstual (textual plagiarism). Menurut Eunice (2022), terdapat beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya tindakan plagiat di lingkungan perguruan tinggi , yaitu : Dorongan Untuk Meraih Nilai Akademik yang Tinggi, Tekanan Akademik yang Berat, Minimnya Tentang Pemahaman Konsep Plagiarisme , dan Lemahnya Kesadaran Tentang Lemahnya Akademik. Berdasarkan Pasal 113 UU Hak Cipta, pelaku dapat dikenakan hukuman penjara hingga lima tahun atau denda maksimal satu miliar rupiah. Selain itu , Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 merinci sanksi administratif mulai dari teguran hingga pencabutan gelar atau ijazah. Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat dapat menerima sanksi bertingkat , mulai dari peringatan hingga pemberhentian tidak hormat . Dosen dan peneliti juga dapat dikenai sanksi seperti penundaan hak akademik , penurunan jabatan , hingga pemberhentian permanen . Self-plagiarism merupakan bentuk plagiarisme ketika penulis memakai kembali karya tulisnya sendiri yang telah dipublikasikan sebelumnya tanpa mencantumkan pengakuan yang tepat . Upaya pencegahan plagiarisme idealnya dirancang sebagai program yang terintegrasi dengan kebijakan lain yang lebih makro dan strategis . Pelaksanaannya pun perlu melibatkan berbagai pihak dalam lingkungan perguruan tinggi , termasuk jurusan , fakultas , perpustakaan , maupun unit pendukung akademik lainnya , sehingga dapat tercipta budaya akademik yang sehat , etis , dan berintegritas . Beberapa contoh aplikasi yang digunakan untuk pengecekan plagiasi Adalah seperti aplikasi Turnitin dan plagius . Keduanya dapat digunakan sebagaimana mestinya untuk mengecek seberapa besar plagiasi yang digunakan . Menurut Weber-Wullf, terdapat praktik-praktik menyimpang yang kemudian berubah menjadi jasa komersial yang lahir dari fenomena plagiarisme akademik , antara lain: Ghostwriting, Contract Cheating, Honorary Authorship, Falsifying Data.