2. Kiat-Kiat Agar Selamat di Akhirat.pptx

SMPNegeri1KamparKiri 13 views 19 slides Aug 27, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

Kiat-Kiat Agar Selamat di Akhirat


Slide Content

Kiat-Kiat Agar Selamat di Akhirat MUSTAFA ALGIBRAN, CDS

Terkadang kita merasa ingin hidup di dunia ini selama-lamanya . Apalagi bagi orang yang hidup serba berkecukupan dan penuh dengan kesenangan , rasanya dunia ini sudah menjadi miliknya . Benarkah demikian ? Marilah kita renungkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara . Waktu yang hanya sebentar ini seharusnya dijadikan kesempatan untuk mengabdi kepada Allah Swt ., Sang Pencipta . Manusia juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia sehingga hidupnya bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam sebuah hadisnya Rasulullah Saw. menjelaskan pada hakikatnya kehidupan di sunia ini bagaikan ladang untuk menanam . Kalau yang ditanam adalah kebaikan , kelak di akhirat akan panen kebaikan . Sebaiknya jika manusia suka menanam keburukan , maka kelak ia akan memanen keburukan yang ditanamnya tersebut . Mari kita renungkan , bahwa Allah Swt . memberi kebebasan kepada semua umat -Nya untuk melakukan apa saja dalam hidupnya . Namun manusia diingatkan bahwa pada hakikatnya hidup ini hanya sementara , yang kekal adalah kehidupan di akherat nanti . Kehidupan manusia di dunia ini ada batasnya . Adapun batasan antara kehidupan seseorang di dunia dan akhirat adalah kematian . Sedangkan batas antara kehidupan dunia dan akhirat secara keseluruhan adalah terjadinya Hari Akhir. Mengimani datangnya hari Akhir membuat hidup lebih mawas diri . Sikap mawas diri hidup ini akan terkendali , hati menjadi tenang , dan semakin yakin bahwa Allah Swt . Maha Kuasa atas segala sesuatu .

Pengertian dan Dalil Iman Kepada Hari Akhir Hari akhir disebut juga hari kiamat ( hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur ), al- Waqi’ah ( hari yang pasti kejadiannya ), al- Hāqqah ( hari yang nyata dan benar adanya ), at- Tammah ( bencana , kehancuran pada hari itu sangat umum ), al- Azifah ( kejadian hari itu sudah dekat ), al- Qāri’ah ( hari yang menggetarkan hati ), az-Zalzalah ( hari berguncang ), Yaumud -Din (yang menguasa hari pembalalasan ), Yaumul -" Adzim ( hari yang besar ), Yaumus-Sa’ah ( kejadian yang sangat cepat / singkat ), Yaumul - H< asrah ( hari penyesalan ), Yaumul-Hisab ( hari perhitungan ) Yaumul-Jazā ’ ( hari pembalasan amal ) Yaumul -Fail ( hari pemisahan ), Yaumut-Tagabun ( hari kerugian ditampakkan segala kesalahan ), dan Yaumul-Wa’id ( hari terlaksananya ancaman ). Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima . Banyak ayat Al-Qur'an menjelaskan tentang iman kepada hari akhir yang dihubungkan dengan iman kepada Allah Swt . Hal ini berarti bahwa apabila seseorang tidak beriman kepada hari akhir , maka tentu saja orang tersebut tidak beriman kepada Allah Swt .

Umat Islam harus percaya dan meyakini bahwa Hari Akhir itu pasti akan datang sebagaimana firman Allah Swt : و َأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ Wa anna as- sā'ata ātīyatun lā raiba fīhā wa anna Allāha yab'athu man fil- qubūr . Dan sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang , tidak ada keraguan padanya , dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur . (QS. Al-Hajj (22) : 7) Iman kepada hari akhir mengandung arti meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari akhir itu pasti terjadi atas kehendak Allah Swt . Untuk menghadapi datangnya hari akhir , dibutuhkan keimanan yang kuat . Keimanan yang benar terhadap datangnya hari akhir mencakup mengimani adanya hari kiamat ( kebangkitan ), mengimani adanya h[ isab ( perhitungan ) dan balasan , mengimani tentang surga dan neraka , serta mengimani segala peristiwa yang akan terjadi setelah kematian .

Pertama : Menauhidkan Allah dan ikhlas dalam agama Ini adalah sebab terbesar agar bisa selamat di hari akhirat . Dasarnya adalah hadits yang berbunyi : مَنْ قَبِلَ مِنِّي الْكَلِمَةَ الَّتِي عَرَضْتُ عَلَى عَمِّي، فَرَدَّهَا عَلَيَّ، فَهِيَ لَهُ نَجَاةٌ. Man qabila minnī al- kalimata allātī ' araḍtu ' alā ' ammī , faraddahā ' alayya , fahiya lahu najātun . “ Barang siapa menerima kalimat dariku yang dahulu aku sodorkan kepada pamanku agar mengucapkannya , maka kalimat ini akan membawanya selamat .” ( HR Ahmad 1/6. Lihat  al-Misykāh  no. 40 oleh al-Albani) QS. ADZZARIYAT (51) : 56

Kedua : Perhatian terhadap sunnah Nabi ( صلى الله عليه وسلم ) dan petunjuknya Sebab kedua ini sangat penting ; perkaranya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik bin Anas, “Sunnah itu ibaratnya sebagai perahu Nabi Nuh, barang siapa menaikinya maka dia akan selamat , dan barang siapa ketinggalan maka dia akan tenggelam .” Inilah sebab yang bisa menghantarkan pada keselamatan di akhirat , berpegang dengan sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengikuti manhajnya . Allah سبحانه وتعالى berfirman : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا Laqad kāna lakum fī rasūlillāhi uswatun ḥasanatun liman kāna yarjūllāha wal-yawmal-ākhira wa dhakarallāha katsīrā . Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) Hari Kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS al- Ahzāb (33): 21)

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ Man ahdatha fi amrina hatha ma laysa minhu fahuwa raddun .“ " Barang siapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami ini yang bukan darinya , maka itu tertolak .“ (HR Muslim: 1718) Maka keselamatan di hari akhirat didapat dengan berpegang teguh pada sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم, mengikuti manhajnya , dan meneladani petunjuknya .

Ketiga : Taat kepada Allah dan rasul-Nya Allah berfirman : وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ Wa man yuṭiʿi llāha wa rasūlahu wa yakhsha llāha wa yattaqhi fa- ulāika humu l- fā'izūn . Dan barang siapa taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada -Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan . (QS An- Nūr (24): 52) Dalam ayat yang mulia ini Allah menyebutkan empat perkara yang membawa kemenangan dan keselamatan , yaitu : taat kepada Allah, taat kepada Rasulullah, takut kepada Allah, dan bertakwa kepada -Nya. (QS Fāthir (35): 28)

Keempat : Menjaga lisan , tetap di rumah , dan menangis atas kesalahan Sebab keempat ini dapat membawa keselamatan terutama ketika terjadi fitnah. Tiga perkara ini terangkum dalam hadits Rasulullah : Dari Uqbah bin Amir رضي الله عنه bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, “ Wahai Rasulullah, apa kiat agar selamat ?” Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab : امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ Imlik ' alayka lisānak , wal-yasa'ka baytuka , wabki 'ala khaṭī'ataka . “ Jagalah lisanmu , tetaplah di dalam rumahmu , dan menangislah atas segala kesalahanmu .” ( HR at- Tirmidzi : 2406, Ahmad 5/259, dinyatakan shahīh oleh al- Albani dalam ash- Shahīhah no. 890.)

Tidak mungkin seorang hamba dapat menjaga lisannya kecuali dia telah menimbang masak-masak sebelum berbicara . Jika yang akan diucapkan baik maka dia berbicara , jika buruk maka diam. Bahayanya lisan bagi seseorang sangat besar ; Rasulullah bersabda : «أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ»؟ قُلْتُ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا»، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ». "Ala ukhbiruka bimālāki dhālika kullihi ?" Qultu : " Balā yā Nabiyya Allāh ," fa- akhdha bilisānihi qāla : " Kuffa ' alayka hādhā ," faqultu : " Yā Nabiyya Allāh , wa innā lamua'ākhadhūna bimā natakallamu bihi ?" Faqāla : " Thakilatka ummuka yā Mu'ādh , wa hal yakubbu an- nāsa fī an- nāri ' alā wujūhihim aw ' alā manākhirihim illā haṣā'idu alsinatihim .“ “ Maukah engkau kuberi tahu tentang inti semua itu ?” Aku ( Mu‘adz bin Jabal رضي الله عنه) ) menjawab , “ Tentu , wahai Rasulullah.” Lantas beliau memegang lisannya seraya bersabda , “ Jagalah ini .” Aku bertanya , “ Wahai Nabiyullah , apakah kami akan dihukum ( disiksa ) karena apa yang kami ucapkan ?” Beliau menjawab , “ Semoga ibumu kehilanganmu ! Tidakkah yang menyungkurkan manusia ke dalam Neraka atas wajah-wajah mereka — atau beliau bersabda : atas batang hidung mereka — melainkan karena lisan mereka (yang buruk )?” ( HR. at- Tirmidzi (no. 2616); Ibnu Majah (no. 3973); Ahmad (5/231, 273); ‘Abd bin Humaid (no. 112); Ibnu Abi ‘ Ashim dalam az-Zuhd (no. 7); Hannad dalam az-Zuhd (no. 1090, 1091); dinyatakan shahīh oleh al-Hakim (2/412), dan disepakati oleh adz-Dzahabi , serta dinyatakan shahīh oleh Syaikh al- Albani ( Lihat ash- Shahīhah no. 1122!).

Kelima : Melaksanakan perintah -Nya dan menjauhi larangan -Nya عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلَالَ، وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: «نَعَمْ». 'An Jabir ibn ' Abdillah al- Ansariyyi radhiyallahu ' anhumaa , 'anna rajulan sa'ala Rasulallah sallallahu ' alayhi wa sallama , faqala : " Ara'ayta idha sallaytu al- salawaat al- maktuubaat , wa sumtu Ramadan, wa ahlaltu al- halaal , wa harramtu al- haraam , wa lam azid 'ala dhaalika shay'an , a'adkhulu al- jannata ?" Qaala : " Na'am ". Dari Jabir bin Abdillah al- Anshari ra. bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW. Bagaimana pendapat engkau jika saya melaksanakan shalat-shalat fardhu , berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan saya tidak menambah sedikit pun atas hal itu ; apakah saya akan masuk Surga ?” Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab , “Ya.” (HR Muslim: 15)

Keenam : Mengingat akhirat , bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah, dihisab , dan diberi balasan Allah berfirman : {وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ 17ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ 18 يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ19} Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu ? Sekali lagi , tahukah kamu apakah hari pembalasan itu ? ( Yaitu ) hari ( ketika ) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (QS Al- Infithar (82): 17–19) Dengan mengingat dahsyatnya hari akhirat , kita akan menyadari bahwa pada saat itu hanya ada dua jalan : golongan yang di Surga dan golongan di Neraka . Hal ini akan membuat kita takut dan bersiap untuk menghadapi hari itu .

Ketujuh : Berdoa kepada Allah Karena segala urusan berada di Tangan -Nya, keselamatan ada di Tangan -Nya; tidak ada yang bisa selamat kecuali yang diselamatkan oleh Allah سبحانه وتعالى. . Maka dari itu , mintalah keselamatanmu kepada Allah سبحانه وتعالى. Doa sangatlah dahsyat perkaranya ; doa merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat . Allah سبحانه وتعالى berfirman : {وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ 186} Wa izā sa'alaaka ' ibādī ' annī fa- innī qarīb (un). Ujibu da'watad-da’i izā da'ān . Falyastajībū lī wal-yu'minū bī la'allahum yarshudūn . Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ( jawablah ), bahwasanya Aku dekat . Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada -Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah -Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada -Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran . (QS Al-Baqarah (2): 186)

Maka dari itu , orang yang ingin selamat di akhirat , hendaknya dia memperbanyak doa kepada Allah سبحانه وتعالى. Hendaknya dia memanjatkan doa agar tetap istiqamah dalam agama, doa agar diberi hidayah , doa agar tidak menyimpang setelah jelas petunjuk . Dan yang lebih besar dari itu adalah berdoa di setiap shalat dengan ucapan : اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ Tunjukilah kami jalan yang lurus . (QS Al- Fātihah (1): 6) Karena keselamatan di Tangan Allah, maka mintalah keselamatan itu dari -Nya. Allah berfirman : وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Walawla fadlu Allahi ' alaikum wa rahmatuhu ma zaka min kum min ahadin abadan wa lakinna Allah yuzakki man yasha '. Wallahu Sami'un 'Alim. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat -Nya kepada kamu sekalian , niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih ( dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu ) selama-lamanya , tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki -Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . ( bagian pertengahan sampe akhir - QS an- Nūr (24): 21)

Kedelapan : Memperbanyak istighfār Allah سبحانه وتعالى berfirman : وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ Wa mā kānallāhu liyu‘aẓẓibahum wa anta fīhim , wa mā kānallāhu mu‘aẓẓibahum wa hum yastaghfirūn . Dan Allah sekali -kali tidak akan mengazab mereka , sedang kamu berada di antara mereka . Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka , sedang mereka meminta ampun . (QS Al- Anfāl (8): 33)

Ketahuilah , bahwa konteks kalimat apabila tersusun dari isim maka memberi faedah tetap dan terus-menerus . Sementara itu , apabila konteks kalimat dari sebuah kata kerja ( fi‘il ) maka memberi faedah perubahan baru dan terus-menerus . Renungilah ayat ini , Allah سبحانه وتعالى menggunakan kalimat ليعذبهم / liyu‘adzdzibahum / ( fi‘il ) karena selama Rasul صلى الله عليه وسلم masih hidup dan hadir di tengah kalian maka hal itu dapat mencegah azab . Akan tetapi , renungilah kalimat setelahnya datang dengan konteks isim معذبهم / mu‘adzdzibahum / karena istighfar adalah pencegah yang tetap dan ‘paten’ dari azab di setiap zaman dan waktu . Dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الاسْتِغْفَارَ فَإِنِّيْ رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ “ Wahai sekalian wanita , bersedekah dan perbanyaklah istighfar , sungguh aku melihat kalian penghuni Neraka yang paling banyak .” ( HR Muslim: 79)

Kesembilan : Jangan bangga dengan amalan yang dikerjakan dan jangan tertipu dengannya ! Waspadalah , wahai saudaraku ! Jangan anda merasa bangga dengan amal saleh yang sudah dikerjakan ! Sebab , rasa ujub tidak akan membawa kebaikan ; ia hanya akan membawamu tertipu dan menghancurkanmu . Ketahuilah , masuk Surga dan selamat dari Neraka bukan semata-mata karena amal saleh . Akan tetapi , semua itu dapat diraih sebab amalan dan atas karunia serta ampunan Allah سبحانه وتعالى.

Kesepuluh : Istiqamah dalam beramal saleh مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ عَلىَ كِتَابِنَا وَنَدَعُ اْلعَمَلَ؟ قَالَ: اِعْمَلُوْا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ. " Mā minkum min aḥadin illā waqad kutiba maq‘aduhu mina-n- nāri wa maq‘aduhu mina-l- jannati ." Qālū : " Yā Rasūla-llāhi afalā natakilu ‘ alā kitābinā wa nad‘u -l-‘ amal ?" Qāla : " I‘malū fakullun muyassarun limā khuliqa lahū , ammā man kāna min ahlis-sa‘ādati fayuyassaru li‘amali ahlis-sa‘ādati wa ammā man kāna min ahlis-shaqā’i fayuyassaru li‘amali ahlis-shaqāwati .“ “ Tidak seorang pun di antara kalian melainkan telah ditulis tempat duduknya di Neraka atau di Surga .” Para sahabat bertanya , “ Wahai Rasulullah, kalau begitu kita bersandar dengan takdir yang telah dituliskan dan kita tidak usah beramal !!?” Nabi menjawab , “ Beramallah kalian semua , karena setiap orang akan dimudahkan terhadap takdir yang ditentukan padanya . Apabila dia termasuk orang yang berbahagia maka dia akan diberi kemudahan untuk mengerjakan amalan orang yang berbahagia . Adapun apabila dia termasuk golongan yang celaka maka dia akan diberi kemudahan untuk mengerjakan amalan orang-orang yang celaka .” ( HR al-Bukhari: 4666, Muslim: 2647)

…. terima kasih …..
Tags