3. abortus, ket, mola hidatidosa abortus, ket, mola hidatidosa.pptx

FadhilaAzkiya4 0 views 49 slides Oct 13, 2025
Slide 1
Slide 1 of 49
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49

About This Presentation

abortus, ket, mola hidatidosa


Slide Content

ABORTUS, KET DAN MOLA HIDATIDOSA Tim ASKEB GADAR

PENGERTIAN Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu ) sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan .

ETIOLOGI Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah . Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup . Hal- hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut : a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut : Kelainan kromosom . Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks . Lingkungan kurang sempurna . Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu .

Pengaruh dari luar . Radiasi , virus, obat-obatan , dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen . Zat teratogen yang lain misalnya tembakau , alkohol , kafein , dan lainnya .

Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu , sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin . Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun .

b. Penyakit ibu a)  penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis , pielonefritis , malaria, dan lainnya . Toksin , bakteri , virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin , sehingga menyebabkan kematian janin , kemudian terjadi abortus .

b) Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus , dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata .

Patologi abortus Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya . Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya , sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya . Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales   belum menembus desidua lebih dalam , sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan .

Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan . Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta . Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap .

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk . Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion). Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya , maka akan menjadi mola karneosa . Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah . Kapsul memiliki ketebalan bervariasi , dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya . Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal . Bentuk lainnya adalah mola tuberosa , dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion .

Klasifikasi Abortus Berdasarkan jenis tindakan , abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1)   abortus spontan abortus yang berlangsung tanpa tindakan . Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). 2)   abortus provokatus abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan

Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu : a)  Abortus provokatus terapeutik / artificialis Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup ( viabel ). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut

b)   Abortus provokatus kriminalis Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan , tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu . Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini .

Secara klinik abortus dapat diklasifikasikan menjadi : 1)   Abortus imminens Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu , dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks . Pada kondisi seperti ini , kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan . 2)   Abortus insipiens Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat , tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit .

3)   Abortus inkomplit Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. 4)    Abortus komplit Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu .

5)   Abortus tertunda (missed abortion) Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu , tetapi janin yang mati tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih . Etiologi missed abortion tidak diketahui , tetapi diduga adanya pengaruh hormone progesteron . Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

6)   Abortus habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut . 7)   Abortus infeksiosa , abortus septik Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

Abortus imminens Tanda dan gejala Perdarahan vagina: merah segar atau coklat Jumlah perdarahan sedikit / perdarahan bercak Dapat terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu Kram abdomen bagian bawah atau sakit punggung normal

Manajemen / penanganan Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring total Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual .

Bila perdarahan : -   Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi . -   Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan /USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola ). -   Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologis .

Abortus Insipiens Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan , karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi . Abortus ditandai dengan : Perdarahan lebih banyak Perut mules ( sakit ) lebih hebat Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak , kanalis servikalis terbuka dan jaringan / hasil konsepsi dapat teraba

Penanganan 1. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu , lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan : Berikan ergometrin 0,2 mg I.M ( dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu ) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus

2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu: Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

Abortus Inkomplit Ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus. Gejala klinis yang dapat terjadi : Perdarahan berlangsung terus Perdarahan mendadak Disertai infeksi dengan suhu tinggi Dapat terjadi degenerasi ganas ( korio karsinoma )

Pada pemeriksaan dijumpai gambaran : Kanalis servikalis terbuka Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah

Penanganan Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu , evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks . Jika perdarahan berhenti , beri ergometrin 0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg per oral

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu , evakuasi sisa hasil konsepsi dengan : Aspirasi Vakum Manual (AVM), kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia . Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera , beri ergometrin 0,2 mg I.M ( diulangi setelah 15 menit jika perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu )

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Abortus Komplit Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan , sehingga tidak memerlukan tindakan . Gambaran klinisnya adalah uterus mengecil , perdarahan sedikit , dan kanalis telah tertutup .

Penanganan : Tidak perlu evakuasi lagi Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan Apabila terdapat anemia sedang , berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg/ hari selama 2 minggu , jika anemia berat berikan transfusi darah Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut

Abortus tertunda (missed abortion) Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan : Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim , sehingga prosedur evakuasi ( kuretase ) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi . Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah .

Abortus habitualis Penyebab abortus habitualis sebagian besar tidak diketahui oleh karena itu penanganannya terdiri dari : memperbaiki keadaan umum , pemberian makanan yang sempurna , menganjurkan untuk istirahat yang cukup , larangan koitus dan olahraga . Terapi dengan hormone progesteron , vitamin, hormon tiroid , dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan penderita diobati .

Komplikasi Abortus Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan , perforasi , infeksi , dan syok . Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah . Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya .

Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi . Jika terjadi peristiwa ini , penderita perlu diamati dengan teliti . Jika ada tanda bahaya , perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi , penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi . Infeksi Syok Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik ) dank arena infeksi berat ( syok endoseptik ).

Kehamilan Ektopik Terganggu Perjalanan hasil konsepsi dapat terganggu dalam perjalanan sehingga tersangkut dalam lumen tuba. Tuba falopii tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang dan menampung pertumbuhan janin sehingga setiap saat kehamilan yang terjadi terancam pecah . Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik ( lebih besar dari 90%)

Tanda dan gejalanya sangatlah bervariasi bergantung pada pecah atau tidaknya kehamilan tersebut . Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum dikombinasi dengan ultrasonografi . Jika diperoleh hasil darah yang tidak membeku , segera mulai penanganan .

Kehamilan Ektopik Kehamilan Ektopik Terganggu Gejala kehamilan awal ( flek atau perdarahan yang ireguler , mual , pembesaran payudara , perubahan warna pada vagina dan serviks , perlunakan serviks , pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil yang meningkat Nyeri pada abdomen dan pelvis Kolaps dan kelelahan Denyut nadi cepat dan lemah (110x/ menit atau lebih ) Hipotensi Hipovolemia Abdomen akut dan nyeri pelvis Distensi abdomen Nyeri lepas Pucat Nyeri goyang portio Tanda dan gejala kehamilan ektopik

Penanganan awal Jika fasilitas memungkinkan , segera lakukan uji silang darah dan laparotomi . Jangan menunggu darah sebelum melakukan pembedahan Jika fasilitas tidak memungkinkan , segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dengan memperhatikan hal-hal yang diuraikan pada bagian penilaian awal

Pada laparotomi , eksplorasi kedua ovaria dan tuba falopii : Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (tuba yang berdarah dan hasil konsepsi dieksisi bersama-sama ). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus Jika kerusakan pada tuba kecil , lakukan salpingektomi ( hasil konsepsi dikeluarkan , tuba dipertahankan ). Hal ini hanya dilakukan jika konservasi kesuburan merupakan hal yang penting untuk ibu tersebut , karena risiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi .

MOLA HIDATIDOSA Adalah jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis .

Etiologi Penyebab mola belum diketahui dengan pasti , faktor-faktor yang dapat menyebabkannya antara lain: Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan . Imunoselektif dari trofoblas Keadaan sosek rendah Paritas tinggi Kekurangan protein Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Diagnosis dan gejala Anamnesa / keluhan : Terdapat gejal-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa Kadangkala ada tanda toksemia gravidarum Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak , tidak teratur , warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan seharusnya Keluar janringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pasti

Inspeksi Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan ( mola face) Bila gelembung mola keluar akan terlihat dengan jelas Palpasi Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan , teraba lembek Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen , juga gerakan janin Adanya fenomena harmonica; darah dan gelembung mola keluar , dan fundus uteri turun : lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru

Auskultasi Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Terdengar bising dan bunyi khas Reaksi Kehamilan , karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji imunologik ( Galli Mainini dan planotest ) akan positif setelah pengenceran ( titrasi ): Galli Mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan serebro-spinal dapat menjadi positif.

Pemeriksaan dalam Pastikan besarnya rahim , rahim terasa lembek , tidak ada bagian-bagian janin , terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks . Uji sonde , sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. bila tidak ada tahanan , sonde diputar setelah ditarik sedikit , bila tetap tidak ada tahanan , kemungkinan mola .

Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang-tulang janin ( pada kehamilan 3-4 bulan ) Ultrasonografi , pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin .

Penanganan awal : Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evakuasi uterus: Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat)

Penanganan selanjutnya : Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal atau tubektomi bila ingin menghentikan fertilitas Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya risiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma . Jika tes kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 1 tahun pertama , rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut .
Tags