8. Antropologi yang berkaitan dengan gizi masyarakat.pptx
wyndamykenolamanik
0 views
18 slides
Sep 05, 2025
Slide 1 of 18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
About This Presentation
ILMU GIZI
Size: 711.7 KB
Language: none
Added: Sep 05, 2025
Slides: 18 pages
Slide Content
ANTROPOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN GIZI MASYARAKAT Dr. Wynda Myke Nola Manik, M.K.M FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEZTRON INDONESIA
PERBEDAAN ANTARA ILMU GIZI, ANTROPOLOGI GIZI DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN TENTANG GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN Ilmu gizi 1. Ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup . (WHO ) 2. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. ( Almatsier ) Antropologi gizi Merupakan cabang atau spesialisasi dari antropologi kesehatan , yang mengkhususkan perhatiannya pada sistem budaya makanan serta kepentingan praktis dari kajian mengenai masalah gizi . Lingkup perhatiannya mencakup evolusi manusia , sejarah , kebudayaan , dan adaptasi manusia berkaitan dengan masalah makanan dan gizi dalam berbagai keadaan lingkungan hidup Antropologi gizi Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi keduanya sepanjang kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
KAITAN ANTROPOLOGI DENGAN GIZI MASYARAKAT Hubungan antropologi dengan gizi ini sangat erat . Seseorang atau suatu kelompok masyarakat mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi bukan hanya karena masalah ekonomi , akan tetapi bisa juga diakibatkan oleh kepercayaan atau budaya seseorang . Banyak sekali terdapat suatu kelompok masyarakat yang mengalami gizi buruk dikarenakan mereka percaya kepada kepercayaan atau kebudayaan mereka . Terkadang mereka mengalami gizi buruk padahal ekonomi mereka mencukupi . Ini karena mereka tidak mau memakan makanan yang seharusnya mereka makan karena mereka percaya tersebut mengandung banyak zat gizi yang dibutuhkan tubuh
Makanan tradisional → makanan , termasuk jajanan serta bahan campuran atau ingredients yang digunakan secara tradisionaI , dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki cita rasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat . SUMBER GIZI YANG TERKANDUNG DALAM MAKANAN TRADISIONAL
Pandangan atau image negatif yang timbul di masyarakat terhadap makanan tradisional saat ini antara lain: Komposisi bahan dan kandungan gizi tidak standar , Waktu pengolahan lama, Cara pengolahan tidak bersih / tidak higienis , d. Penyajian dan pengemasan kurang menarik , e. Lokasi penyajian kurang nyaman , Umur simpan pendek , Cita rasa kurang sesuai dengan selera generasi muda
Nilai positif yang masih melekat pada produk makanan tradisional antara lain: Harga murah ( terjangkau oleh lapisan ekonomi kecil ), Pengerjaannya bersifat padat karya ( sehingga banyak menyerap tenaga kerja ), Pembuatannya dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan keluarga ( jadi satu dengan dapur rumah tangga ), Pelaksanaan ( produsen ) tidak ditutut pendidikan tinggi .
PERBEDAAN GIZI ANTARA MASYARAKAT KOTA DAN DESA Pengaruh determinan masyarakat perkotaan dan pedesaan bisa menjadikan tolak ukur masyarakat terhadap kebutuhan gizi yang mereka konsumsi . Budaya masyarakat perkotaan dan pedesaan sangatlah berbeda dalam masalah kebutuhan pangan dan status sosial yang mereka miliki . Pengaruh budaya antara masyarakat perkotaan dan pedesaan selalu dijadikan pembanding . Membedakan tingkat pengetahuan masalah tentang gizi dan pola hidup yang mereka jalani masyarakat perkotaan lebih cenderung terhadap kemajuan ekonomi , pengetahuan tentang gizi , menu seimbang , dan kesehatan . Sedangkan masyarakat pedesaan pada umumnya disebabkan kemiskinan , kurangnya persediaan pangan , kurang baiknya kualitas lingkungan ( sanitasis ), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi .
Faktor- fakor yang mempengaruhi terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan sebagaimana dikemukakan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat HL. Blum , yaitu : PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN HEREDITER (KETURUNAN). PERILAKU
BUDAYA FOOD TABOO, PANTANGAN MAKANAN PADA MASYARAKAT DITINJAU DARI ASPEK GIZI KESEHATAN Menurut Suhardjo, pantangan makanan adalah suatu sikap negatif yang lebih kuat terhadap penggunaan makanan atau makanan yang tidak dapat diterima . Dari sudut ilmu gizi , pantangan dikategorikan dalam tiga kelompok , yaitu : Kelompok pertama , termasuk haram menurut agama (Islam), pantangan jenis ini jangan dipersoalkan lagi dan harus diterima tanpa perdebatan . Kelompok kedua , pantangan pangan yang tidak berdasarkan agama ( kepercayaan ), jenis pantangan ini sebaiknya dihapuskan karena jelas merugikan kesehatan . Kelompok ketiga , pantangan yang tidak jelas akibatnya terhadap kesehatan dan kondisi gizi , sebaiknya diteliti ( observasi ) terus melihat akibatnya dalam jangka panjang . Sebagai bahan memutuskan apakah benar tidak merugikan .
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu , karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya . Garine (1970) yang dikutip oleh Fieldhouse (1995) menyatakan bahwa tabu adalah kebijaksanaan pembatasan / larangan untuk menghindari makanan tertentu . Beberapa alasan tabu diantaranya adalah : khawatir terjadi keracunan , tidak biasa , takut mandul , kebiasaan yang bersifat pribadi , khawatir menimbulkan penykit , kebersihan – kesehatan , larangan agama, pembatasan makanan hewani . Hewan yang disucikan , adat / budaya .
Tidak semua tabu itu merugikan atau jelek bagi kondisi gizi dan kesehatan . Untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap suatu tabu, sebaiknya kita telusuri terjadinya tabu tersebut , untuk dapat mengambil kesimpulan , apakah mudah ditanggulangi atau tidak .
ADA YANG TAHU CONTOH FOOD TABOO ????
masyarakat pedesaan India menganggap sapi merupakan binatang yang suci , sehingga tidak diperkenankan dagingnya untuk dimakan . Di dalam wilayah Indonesia ada keyakinan bahwa wanita yang masih hamil tidak boleh makan lele , ikan sembilan , udang , telur , dan nanas. Sayuran tertentu tak boleh dikonsumsi , seperti daun lembayung , pare, dan makanan yang digoreng dengan minyak . Setelah melahirkan atau operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam/ nganyep , dilarang banyak makan dan minum , makanan harus disangan / dibakar , bahkan setelah maghrib sama sekali ibu tidak diperbolehkan makan .
Menurut Madanijah , bahwa faktor social budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi diberbagai masyarakat dan Negara. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi . Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan ( Madanijah , 2004).
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kondisi pangan dimasyarakat secara prinsip dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ), yaitu : faktor-faktor sosial ( ukuran keluarga , pendidikan kepala keluarga dan pengetahuan gizi ibu ), factor- faktor budaya ( kebiasaan makan yang terdiri atas elemen pola konsumsi pangan dan preferensi bahan pangan dan pantangan makan dengan elemen-elemen kepercayaan pada tradisi , status dalam keluarga , kepercayaan sehat-sakit dan asosiasi emosional ). Faktor- faktor ekonomi dominan yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan , pengeluaran terhadap bahan pangan