Agroforestri Kopi, Konservasi yang Bernilai Ekonomi-1.pptx

HadiAsepta 0 views 30 slides Oct 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 30
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30

About This Presentation

Agroforestry kopi


Slide Content

2025 ICCRI Indonesian coffee and cocoa research institute AGROFORESTRI KOPI Konservasi Yang Bernilai Ekonomi

Indonesia on the World Coffee Map 2 Indonesia 605 Thousand Ton Brazil 3,5 Million Ton #1 Vietnam 1,8 Million Ton #2 Columbia 846 Thousand Ton #3 #4 #4 Negara penghasil kopi terbesar dan #2 luas areal kopi # 2 Indonesia 1,500 kg/ha #4 Indonesia 604,9 kg/ha

49 dengan sertifikasi Indikasi Geografis INDONESIA DI PETA KOPI DUNIA # 1 Negara penghasil kopi specialty terbanyak di dunia

Global warming & Degradasi Lahan : Abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan . Kerusakan oksidatif dan Kematian tanaman Peningkatan serangan OPT. Increases yield loss Pergeseran tingkat kesesuaian lahan Isu Deforestation Pemanasan global dan peningkatan intensitas dan frekuensi fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO), termasuk El Niño. El Niño kuat yang terkait dengan pemanasan global dapat menyebabkan lebih seringnya terjadinya cuaca ekstrem di banyak wilayah , seperti kekeringan ekstrem di beberapa wilayah dan hujan ekstrem di wilayah lain. Teknologi Budidaya yang Adaptif dan Resiliense Tantangan Produksi Kopi Arabika di Indonesia a. Tantangan Ekologis (Global)

a. Geographical Challenges Indonesian National Coffee Production Challenges Indonesia is the largest archipelago in the world (18.000 islands) Equatorial/Tropical Climate: high temperatures and abundant rainfall year-round. Tropical Monsoon Climate: This climate experiences distinct wet and dry seasons . Local Climate : Tropical Savanna Climate Highland Climate (-) These differences cause variations in coffee cultivation methods in Indonesia L ocation-Specific Coffee Cultivation Technologies Indonesian Coffee Map (+) # 1 single origin coffee producer country in the world

c . Tantangan Ekonomis d . Tantangan Socio-Cultural Produktivitas Rendah Meningkatkan biaya produksi Persaingan dengan komoditas lain Meningkatan Upah Tenaga Kerja Kompleksitas rantai pasar Harga rendah di tingkat petani Kurangnya regenerasi Petani Kurangnya pengetahuan dan keterampilan para petani Keterbatasan Tenaga Kerja Kesetaraan gender Coffee price Profit Old technology Old farmers New Technology Young farmer Tantangan Produksi Kopi Arabika di Indonesia

COFFEE UNDER socio-Forestry Characteristic : Main crop : wood Light intencity : low (5-30%) C-stock : 300 >100 Mg/ha/years Productivity : traditional (0.15-0.25 ton green bean/hectare/year), appliying GAP (0.2-0.35 ton green bean/hectare/year). Coffee under Prod. Forest Characteristic : Main crop : Timber Light intencity : low (20-40 %) C-stock : 200 >70 Mg/ha/years Productivity : traditional ( 0.3-0,6 ton green bean/hectare/year), appliying GAP (0.6-1.0 ton green bean/hectare/year). AF- Multistrata / Mix crop/multiple crop Characteristic : Main crop : Both (coffee and others) Light intencity : low (10-60%) C-stock : 150 >30 Mg/ha/years Productivity : traditional ( 0.25-0.6 ton green bean/hectare/year), appliying GAP (0.6-1,6 ton green bean/hectare/year). simple shade agroforestri Characteristic : Main crop : Coffee Light intencity : medium ( 60-90%) C-stock : 30 > 10 Mg/ha/years Productivity : traditional ( 0.6-1.2 ton green bean/hectare/year), appliying GAP (1.0-3 ton green bean/hectare/year). Variation of Coffee Growing P ractices in Indonesia Full sun/ without shading Characteristic : Main crop : Coffee Light intencity : 100% C-stock : < 10 Mg/ha/years Productivity : traditional ( 0.9-1.6 ton green bean/hectare/year), appliying GAP ( 1.0-4.0 ton green bean/hectare/year).

Agroforestri menurut World Agroforestry Center World Agroforestry Center (ICRAF) merupakan lembaga terkemuka yang fokus pada penelitian dan pengembangan sistem agroforestri . Menurut ICRAF, agroforestri adalah sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan tanaman pertanian dengan pohon . Kombinasi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan , tetapi juga memberikan berbagai manfaat lingkungan dan sosial . “ Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem pengelolaan lahan di mana tanaman keras berkayu ( pohon , semak , palem , bambu , dll .) sengaja diintegrasikan dengan tanaman pertanian dan / atau hewan , dalam suatu bentuk tatanan ruang atau urutan waktu . Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan sosio-ekonomi antara berbagai komponen . “

Mengapa AGROFORESTRI BANYAK DIPRAKTEKKaN DI INDONESIA? 9 1. Areal berupa Pegunungan : karena sebagian besar kopi Indonesia tumbuh di daerah pegunungan (85-90% di atas 500 meter di atas permukaan laut ), sistem agroforestri sangat ideal untuk konservasi tanah dan air karena mampu mencegah erosi dan tanah longsor secara efektif . 2. Keterbatasan Infrastruktur Irigasi : Banyak daerah penghasil kopi di Indonesia tidak memiliki akses ke sistem irigasi . Dengan memasukkan pohon peneduh , agroforestri membantu mengatur iklim mikro , mengurangi penguapan air dari tanah dan tanaman kopi. Hal ini menciptakan lingkungan tanam yang lebih stabil , terutama saat musim kemarau . 3. Perkebunan Kopi dengan input Rendah : Sistem agroforestri melengkapi praktik budidaya kopi masukan rendah yang umum dilakukan dengan menyediakan naungan alami , siklus unsur hara , dan pengendalian hama . Ini juga mengurangi kebutuhan akan masukan eksternal ( dan sering kali mahal ) seperti pupuk dan pestisida . 4. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim : Sistem agroforestri lebih tangguh terhadap variabilitas iklim dan berkontribusi pada penyerapan karbon , yang membantu petani untuk beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim . 5. Diversifikasi Pendapatan : Petani dapat menanam berbagai tanaman ( pangan , kayu , tanaman obat ) bersama pohon , yang menyediakan beragam aliran pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada satu komoditas . Ini meningkatkan ketahanan ekonomi bagi masyarakat pedesaan .

Planting pattern ? Prunning system? Varieties ? Soil and L and conservation ? quality and taste of coffee ? Improvement Technology Characteristic of Coffee on Agroforestry System : environmental services tolerant to environmental stress carbon stock income diversity Productivity

Pengembangan Sistem Budidaya Kopi Yang Adaptif Dan Resiliense ICCRI R&D Baseline Study INOVASI INTRODUKSI ADAPTASI/MODIFIKASI KEARIFAN LOKAL/LOCAL WISDOM Solusi : Teknologi Rekomendasi Kebutuhan /Needs Tantangan /Challenges

#1 Perencanaan Penetapan kesesuaian lahan Arabica 900-1600 mdpl Robusta dan Liberika <1200 mdpl Klas kesesuaian lahan ditentukan berbagai faktor , antara lain : Iklim : Suhu , curah hujan , kelembaban , dan radiasi matahari . Topografi : Ketinggian , kemiringan , dan bentuk lahan . Tanah : Jenis tanah , tekstur , struktur , kedalaman , kesuburan , dan drainase . Hidrologi : Ketersediaan air, baik di permukaan maupun di bawah tanah . Klasifikasi Kesesuaian Lahan Kelas S1 ( Sangat Sesuai ) : Lahan memiliki karakteristik yang sangat mendukung penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit pembatasan . Kelas S2 ( Cukup Sesuai ) : Lahan memiliki karakteristik yang cukup mendukung penggunaan tertentu , tetapi ada beberapa pembatasan yang perlu diperhatikan . Kelas S3 ( Sesuai Marginal) : Lahan memiliki karakteristik yang kurang mendukung penggunaan tertentu , dan memerlukan upaya yang lebih besar untuk membuatnya produktif . Kelas N ( Tidak Sesuai ) : Lahan tidak memiliki karakteristik yang sesuai untuk penggunaan tertentu .

13 #1 Perencanaan Klon / varietas unggul adaptif perubahan iklim 13 GAYO 2 BTU Iklim Kering : S795, Gayo 1 Moderat : Andungsari 2K Komasti Gayo 3 BTU Iklim Basah : Andungsari 1 Sigararutang Gayo 2 S795 GAYO 2 KOMASTI ANDUNGSARI2K ANDUNGSARI 1 SIGARARUTANG ARABIKA

#1 Perencanaan Perencanaan tata tanam Konvensional /Square Pagar Tunggal/Single Row Pagar Ganda /Double Row

Lahan Datar Lahan Miring Populasi ( Penaung : Kopi) Iklim kering 1:1 dapat dilakukan penjarangan 1:2 Iklim Sedang 1:2 dapat dilakukan penjarangan 1:4 Iklim basah 1:4 dapat dilakukan penjarangan 1:8 #2 PENERAPAN “BEST PRACTICES” Pembuatan teras , pengaturan Jarak Tanam , dan Penanaman Penaung

16 #2 PENERAPAN “BEST PRACTICES” Penggunaan bibit prima VS Generatif Vegetatif Distribusi

Kopi Super (Superior Rooting Coffee) Toleran nematoda Toleran kekeringan Pertumbuhan cepat Perakaran Vigorous ( konservasi / mencegah erosi dan longsor )

#2 PENERAPAN “BEST PRACTICES” Pembuatan Lubang Tanam

#2 PENERAPAN “BEST PRACTICES” PENANAMAN SESUAI STANDAR

#2 PENERAPAN “BEST PRACTICES ” Penggunaan Pohon Penaung sebagai Microclimate Regulator 20 Naungan Ideal : Tajuk penaung dipelihara saat musim kemarau Tajuk penaung di pangkas / dibuka pada saat awal musim hujan / pada saat inisiasi pembungaan kopi Tanpa Naungan Produktivitas tinggi input (air dan pupuk ) tinggi , rentan terhadap perubahan iklim Over shade Penggunaan tanaman penaung tanpa pengelolaan yang baik akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan menurunkan produktivitas kopi

Manajemen Naungan before After shade prunning 5 m 3 m

22 Pemilihan sistem pangkasan yang sesuai   Penggunaan sistem pangkas bentuk etape, payung ataupun sistem gayo menjadi alternatif yang sesuai dilakukan pada pola tanam agroforestry. Sistem lancuran akan menyebabkan tanaman kopi tumbuh tinggi akibat adanya fenomena etiolasi. Selain kompetisi antar tanaman, kompetisi dalam mendapatkan cahaya juga terjadi pada tanaman kopi itu sendiri dalam bentuk overlapping antar cabang dan ranting ( self shading ). Peremajaan cabang produksi dilakukan dengan pangkas berat cabang plagiotrop #2 PENERAPAN “BEST PRACTICES” Manajemen cabang pada sistem lancuran/ free growth menggunakan pendekatan populasi tanamam (semakin tinggi populasi semakin banyak cabang produktif). Sistem free growth lebih sesuai untuk pola intensitas cahaya tinggi. Ketersediaan air dan nutrisi faktor pembatas. Peremajaan cabang produksi dilakukan dengan rejuvinasi batang utama kopi.

Lubang tanam untuk menjaga kelembaban tanah di sekitar perakaran tanaman belum menghasilkan , volume bahan organik minimal 10 kg/ lubang . #2 PENERAPAN “BEST PRACTICES ” Konservasi tanah dan air ( aplikasi bahan organik ) 0,75 m Coffee tree Rorak /ventilator Mulcing Planting Hole 1 m Biopore Square : 40x40x40 cm Manual: dengan cangkul Tabung : r30x50 cm Mesin : Laborta

24 2. Rorak Biasanya diterapkan pada lahan miring Diaplikasikan pada tanaman kopi yang sudah tua ( peremajaan akar ). 3. Biopori Dibuat untuk aplikasi bahan organik dan biochar dengan sistem briket ( untuk mengurangi volume dan berat bahan organik ). 4. Mulsa Konservasi air dan tanah pada area perakaran kopi (dengan mengurangi penguapan air). Mengurangi pertumbuhan gulma di sekitar tanaman

#3 BENTUK AGROFORESTRI DI LAHAN NON-HUTAN AF-Kopi dengan tanaman kayu

26 Meningkatkan produktivitas lahan Mengurangi resiko gagal panen Deferensiasi pendapatan petani Kata Kunci : Penataan pola tanam #3 BENTUK AGROFORESTRI DI LAHAN NON-HUTAN AF-Kopi dengan tanaman perkebunan lain/ buah-buahan / tanaman semusim

Biogas Integrasi Kopi- Ternak ( Domba , Kambing , Sapi ) Rumput pakan ternak Manure Pupuk Organik Peningkatan produktivitas #3 BENTUK AGROFORESTRI DI LAHAN NON-HUTAN Kopi+Penaung dan diintegrasikan dengan Integrasi Ternak

#4. Pengaruh Naungan Terhadap Citarasa Perkembangan Biji Kopi Naungan memperlambat proses pematangan buah ceri kopi. Pematangan yang lebih lama ini memungkinkan perkembangan gula , asam , dan senyawa aromatik yang lebih kompleks di dalam biji kopi, sehingga menghasilkan profil rasa yang lebih kaya dan unik . Kompleksitas Rasa Kopi yang ditanam di bawah naungan sering kali menunjukkan karakteristik sensorik yang lebih baik , termasuk tingkat keasaman yang lebih seimbang , rasa manis yang lebih tinggi , dan ragam rasa yang lebih luas ( seperti aroma buah , bunga , atau cokelat ). Kopi ini cenderung memiliki kadar senyawa bermanfaat yang lebih tinggi , seperti antioksidan dan asam klorogenat . Ukuran dan Kepadatan Biji Kopi Kondisi yang teduh dapat menghasilkan biji kopi dengan ukuran yang lebih besar dan seragam , yang merupakan karakteristik yang diinginkan dalam penilaian kopi spesial . Mengurangi Stres pada Tanaman Naungan membantu melindungi tanaman kopi dari panas ekstrem dan sinar matahari langsung . Hal ini mengurangi stres yang dapat berdampak negatif pada perkembangan biji dan menyebabkan kecacatan . Warna buah dibawah naungan Warna buah tanpa naungan

#5. Pengaruh Naungan terhadap Pasar “Branding” Daya Tarik Pasar Khusus : Label “ Agroforestri Kopi" adalah nilai jual yang kuat di pasar kopi khusus . Konsumen sering bersedia membayar harga lebih mahal untuk kopi yang dianggap lebih ramah lingkungan , diproduksi secara berkelanjutan , dan memiliki kualitas lebih tinggi . Sertifikasi Lingkungan : Kopi yang ditanam di bawah naungan sering kali memenuhi syarat untuk berbagai sertifikasi lingkungan ( misalnya , Bird Friendly, Rainforest Alliance, Organik ). Sertifikasi ini meningkatkan daya jual kopi kepada konsumen yang sadar lingkungan dan saluran distribusi tertentu . Narasi Keberlanjutan : Kopi tanam-naungan sejalan dengan meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang berkelanjutan dan bersumber dari etika . Sistem Agroforestri Kopi mendorong keanekaragaman hayati , kesehatan tanah , dan penyerapan karbon , yang memberikan cerita pemasaran yang menarik . Diferensiasi : Di pasar yang kompetitif , mempromosikan kopi “ Agroforestri Kopi” membantu membedakan produk dari kopi konvensional yang ditanam di bawah sinar matahari penuh . Motto” Every flavor will find its own market

Terimakasih [email protected] [email protected] INDONESIAN COFFEE AND COCOA RESEARCH INSTITUTE
Tags