IMPLEMENTASI PROGRAM KKN MELALUI KEGIATAN MENGAJAR DAN SEMINAR ANTI-BULLYING DI MI KUBANG ALUN-ALUN By Thifal Zain, Akbar Kamal, Anggi Siti, Inayah Nurhidayati
Latar Belakang Masalah Di sekolah dasar, bullying telah muncul sebagai masalah serius yang tidak hanya mengganggu suasana belajar tetapi juga berdampak negatif pada perkembangan emosional, sosial, dan akademik siswa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa korban bullying sering mengalami kecemasan, penurunan rasa percaya diri, hingga prestasi belajar yang menurun akibat gangguan konsentrasi dan isolasi sosial. Sementara itu, metode pembelajaran tradisional yang cenderung monoton sering kali kurang mampu menginspirasi motivasi belajar dan membina karakter positif. Siswa memerlukan pembelajaran yang kreatif dan interaktif untuk merangsang rasa ingin tahu, partisipasi aktif, dan pemahaman yang lebih mendalam, serta untuk menanamkan nilai-nilai moral seperti rasa saling menghormati, empati, dan tanggung jawab. Tanpa intervensi yang tepat, lingkungan sekolah bisa menjadi tidak kondusif, memperburuk perilaku perundungan , dan melemahkan perkembangan karakter siswa sejak usia dini.
01 Tujuan Penelitian 04 Metodologi Pelaksanaan 02 Sasaran & Fokus Program 05 Detail Pelaksanaan Kegiatan 03 Landasan Teori 06 Hasil & Dampak 7 Strategi Penanganan 8 Kesimpulan
Tujuan Penelitian Membantu pemahaman akademik siswa melalui metode pembelajaran kreatif dan interaktif Meningkatkan kesadaran siswa terkait bullying : bentuk, dampak, dan cara pencegahannya Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung karakter positif
Sasaran & FokusProgram Sasaran utama: siswa kelas 1-6 MI Kubang Alun-Alun Sasaran pendukung: guru dan pihak madrasah untuk keberlanjutan Dua program utama: Mengajar kelas dengan pendekatan kreatif & interaktif Seminar Anti- Bullying
Landasan Teori Teori pendidikan karakter ( Lickona , 1991): pentingnya internalisasi nilai moral dan sosial Teori konstruktivisme ( Piaget ): siswa belajar lebih efektif lewat aktivitas langsung dan interaksi sesuai tahap perkembangan usia
Pendekatan: edukatif- partisipatif Tahapan: observasi → perancangan program → implementasi → evaluasi Metode mengajar: media visual sederhana, permainan edukatif, diskusi kelompok, role play , variasi metode sesuai kelas rendah/tinggi Metode seminar: video pendek, tanya jawab, simulasi peran, refleksi Metodologi
Pelaksanaan Kegiatan Persiapan: koordinasi jadwal, persiapan materi & media ajar, pengelompokan per kelas Pelaksanaan: Kelas 1-3 → bercerita, bernyanyi, gambar/grafis, permainan Kelas 4-6 → diskusi, presentasi sederhana, latihan soal kelompok Seminar Anti- Bullying : dibagi 2 kelompok (kelas rendah & tinggi), termasuk role play , spanduk “Stop Bullying ”, sesi refleksi, evaluasi bersama guru
Hasil Antusiasme siswa meningkat saat metode variasi digunakan Pemahaman materi / akademik lebih baik dan siswa aktif terlibat Kesadaran sosial meningkat: siswa lebih menghargai teman, memahami dampak bullying , bertindak lebih toleran Guru melihat perubahan sikap dan menyambut baik kegiatan
Strategi Penanganan Sesi dekonstruksi, rekontruksi , kristalisasi, evaluasi dalam seminar Role play & refleksi emosional untuk membangun empati Kontinuitas dalam pembinaan karakter oleh sekolah dan guru
KESIMPULAN Program KKN yang menggabungkan kegiatan mengajar dengan seminar anti- bullying di MI Kubang Alun-Alun telah berhasil mencapai tujuannya, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan menumbuhkan kesadaran sosial siswa. Metode kreatif dan interaktif dalam mengajar membuat siswa lebih termotivasi dan aktif, sementara seminar anti- bullying berhasil membuka pemahaman lebih dalam tentang bahaya bullying , pentingnya saling menghormati, dan dampak emosionalnya terhadap korban. Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa intervensi pendidikan sosial tidak hanya berdampak pada aspek akademik tetapi juga membentuk karakter moral siswa. Namun agar hasil positif ini berkelanjutan, sangat penting bagi guru dan madrasah untuk terus melanjutkan praktik pembinaan karakter dan pencegahan bullying secara konsisten, sehingga budaya sekolah yang kondusif dan penuh rasa hormat antar siswa dapat tetap terjaga dalam jangka panjang.