Analisis_Laporan_Keuangan_Syariah.power point teksx

marifatulmunawaroh1 1 views 35 slides Sep 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 35
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35

About This Presentation

mata kuliah manajemen keuangan syari'ah


Slide Content

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KONVENSIONAL & SYARIAH MATA KULIAH MANAJEMEN KEUAN

LAPORAN KEUANGAN Pengertian Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 Tahun 2015: “Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut” Sofyan Syafri Harahap (2004 ): “Laporan keuangan adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak misalnya pemilik dan kreditor”

Laporan Keuangan Syariah memiliki perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan dengan laporan keuangan konvensional. Hal ini terkait penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada transaksi syariah.

Unsur-unsur Lap.Keu. Syariah Agar laporan keuangan sesuai dengan paradigma, azas, dan karakteristik laporan keuangan syariah. Komponen laporan yang mencerminkan kegiatan komersial: Laporan posisi keuangan; Laporan laba rugi; Laporan arus kas; Laporan perubahan ekuitas Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial: Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan Kegiatan d an tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut

Laporan Keuangan Syariah Pengertian Laporan keuangan syariah adalah suatu proses mengatur dengan baik laporan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berisi tentang status keuangan suatu instansi guna memenuhi kebutuhan pengguna laporan sesuai dengan kriteria syariah. Laporan keuangan harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau Standar yang berlaku, agar laporan keuangan mudah di baca atau dimengerti. Laporan keuangan berfungsi untuk mengetahui kondisi dan posisi perusahaan atau lembaga keuangan terkini. Dengan kata lain laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Tujuan Laporan Keuangan Ratih Paramita (2012)

Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002)

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan 4 karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan

Komponen Laporan Keuangan Syariah menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Paragraf 11 PSAK 101

Persamaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional Beberapa persamaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 (perbankan syariah) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 (perbankan konvensional)

Perbedaan Laporan Keuangan Syari’ah dan Konvensional Dari Segi Pelaporan Bank Konvensional Bank Syariah 1. Neraca 1. Neraca 2. Lap Laba Rugi 2. Lap Laba Rugi 3. Lap Arus Kas 3. Lap Arus Kas 4. Lap Perubahan Ekuitas 4. Lap Perubahan Ekuitas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Lap Perubahan Dana Investasi Ter i kat 6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan bagi Hasil 7. Laporan Sumber dana dan penggunaan dana Zakat 8. Laporann dan penggunaan dana kebaikan.

Acuan peyusunan laporan keuangan Bank Konvensional Bank Syariah Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan Keuangan (KDPPLK) 1. Kerangka Dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS) 2. PSAK (no 1-58) 2. PSAK Syariah (No.101-109) 3. Pedoman akutansi perbankan Indonesia (PAPI) 3. PSAK 59: Akutansi perbankan 4. Pedoman Akutansi Perbankan Syariah indonesia (PAPSI)

Dari segi akad dan legalitas Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition -nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined ). Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam Akad. Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam.

Dari segi penyelesain sengketa Pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum syariah. Penyelesaian sengketa tersebut melalui BAMUI (Badan Arbitrase Muamalah Indonesia), sekarang berubah menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) . Tugas dan Wewenangnya: 1. Menyelesaikan perselisihan dan sengketa keperdataan dengan prinsip yang mengutamakan perdamaian 2. Menyelesaiakan sengketa keperdataan antara bank syariah dengan nasabahnya yang menjadikan syariah sebagai dasarnya 3. Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa Muamalat yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa dll. 4. Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat memberikan suatu pendapat mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut.

Dari segi usaha yang di biayai

Dari segi pendapatan (laba) Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional memperoleh laba dari hasil bunga,bunga itu di dapatkan dari hasil pembiayaan antara pihak bank kepada nasabah . begitu pula dengan bank syariah hanya saja laba yang di hasilkan bank syariah adalah hasil dari pembiayaan bank kepada nasabah yang telah di sepakati di depan sebelum kegiatan itu dilaksanakan atau sering di sebut juga dengan prinsip bagi hasil. Bank konvensional tidak memperdulikan apakah usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah itu berhasil atau tidak, pihak konvesional tetap mengambil keuntungan. Sedangkan bank syariah tetap memperhatikan situai nasabah tersebut.

No Faktor Perbedaan PSAK No. 50 (Perbankan Syariah) PSAK No. 31 (Perbankan Konvensional) 1. Konsep Operasi Bank syariah beroperasi atas dasar konsep pembagian hasil keuntungan/kerugian Bank konvensional beroperasi atas dasar konsep ( system ) bunga 2. Akad (Perjanjian) Semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh syariah. Semua transaksi harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah Transaksi pembukaan rekening (Giro, Tabungan, Deposito) berdasarkan perjanjian titipan, namun titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah.

No Faktor Perbedaan PSAK No. 50 (Perbankan Syariah) PSAK No. 31 (Perbankan Konvensional) 3. Konsep Perhitungan Keuntungan Bank syariah menggunakan konsep profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan nasabah. Berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka Bank konvensional menggunakan konsep biaya ( cost concept) untuk menghitung keuntungan. Artinya bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu, bank haru “menjual” kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakh perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila spread nya positif, dimana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang ditawarkan kepada penabung, maka dapat dikatakan bank mendapatkan keuntungan.

No Faktor Perbedaan PSAK No. 50 (Perbankan Syariah) PSAK No. 31 (Perbankan Konvensional) 4. Pengelolaan Dana Nasabah Penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah. Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh untuk bisnis yang haram, seperti: perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi, dan bisnis yang tidak sesuai syariah. Para penabung di bank konvensional uang yang ditabung dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut.

No Faktor Perbedaan PSAK No. 50 (Perbankan Syariah) PSAK No. 31 (Perbankan Konvensional) 5. Bunga (Interest) Pelarangan bunga dalam berbagai bentuknya. Tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan biaya atas penggunaan uang dan pinjaman Bank konvensional menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan biaya atas penggunaan uang dan pinjaman. 6. Transaksi yg dilakukan Bank syariah dapat melakukan transaksi yang dilakukan oleh bank konvensional, seperti jual beli tanpa pesanan, jual beli dengan pesanan, sewa menyewa, dan gadai. Pada bank konvensional tidak melakukan transaksi jual beli tanpa pesanan, jual beli dengan pesanan, sewa menyewa dan gadai.

No Faktor Perbedaan PSAK No. 50 (Perbankan Syariah) PSAK No. 31 (Perbankan Konvensional) 7. Prinsip Bagi hasil Prinsip bagi hasil dapat dilakukan dalam 4 akad utama: Musyarakah (kerjasama modal usaha/ partnership of project financing participation Mudharabah (kerjasama mitra usaha dan investasi atau trust financing / trust investment ) Muzara’ah (kerjasama bagi hasil pengelolaan pertanian / harvest yield profit sharing ) Musaqah (kerjasama pemeliharaan pertanian / plantation management based on certain portion of yield) Tidak terdapat penyertaan mengenai prinsip bagi hasil, karena pada perbankan konvensional dihalalkan penerimaan bunga.

Contoh Kinerja Keuangan

Rasio NPL Bank Indonesia dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (PAKMEI 1993),  kredit bermasalah (NPL) adalah kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. NPL merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuidasi. Biasanya rasio NPL  merupakan target jangka pendek perbankan. Semakin tinggi rasio  Non Performing Loan  maka tingkat likuiditas bank terhadap dana pihak ketiga (DPK) akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit merupakan simpanan dana pihak ketiga (DPK). Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya  Non Performing Loan  yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu faktor intern bank, faktor debitur dan faktor ekstern bank dan debitur.

Rasio LDR Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2000). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut (Kasmir, 2003), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110 %.

Fungsi LDR

Rasio CAR CAR ( Capital Adequacy Ratio ) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan perbankan dalam menyediakan dana yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Rasio ini penting karena dengan menjaga CAR pada batas aman (minimal 8%), berarti juga melindungi nasabah dan menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Semakin besar nilai CAR mencerminkan kemampuan perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian. CAR dapat diperoleh dengan membagi total modal dengan aset tertimbang menurut risiko (ATMR), seperti rumus di bawah:

Return On Equity (ROE) Pengembalian ekuitas atau ROE ( Return On Equity ) adalah salah satu perhitungan yang masuk dalam rasio profitabilitas. ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan l aba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar-kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yang dihasilkan pun kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar. Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk persen. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan rumus

Faktor yang Memengaruhi Tingkat ROE

Rasio CASA (Current Account & Saving Account) Rasio CASA adalah rasio simpanan dalam rekening giro dan tabungan terhadap total simpanan. Rasio CASA yang lebih tinggi menunjukkan biaya dana yang lebih rendah, karena bank biasanya tidak memberikan bunga pada simpanan giro dan bunga pada rekening tabungan biasanya sangat rendah 3-4%. Jika sebagian besar deposito bank berasal dari dana ini, itu berarti bank mendapatkan dana tersebut dengan biaya yang relatif lebih rendah. Secara umum dipahami bahwa rasio CASA yang lebih tinggi mengarah ke marjin bunga bersih yang lebih tinggi. CASA Ratio CASA Deposit Total Deposits