الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah [2]: 275)
Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita masih dipertemukan Allah di tempat yang mulia ini, masjid Allah. Di hari yang mulia, hari Jumat. Bersama orang-orang yang mulia, orang-orang yang bertakwa. Semoga keberkahan melingkupi kita semua.
Yang pertama dan paling utama, marilah kita terus meningkatkan takwa kita kepada Allah. Takwa yang diwujudkan dengan ketaatan kepada Allah. Menjalankan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Sikap dasar seorang Muttaqin terhadap perintah dan larangan Allah adalah taat, sami’na wa atha’na. Kami mendengar dan kami taat. Tidak boleh ada keberatan sedikit pun di dalam dirinya terhadap aturan Allah dan Rasul-Nya.
َنوُدِلاَ*خاَهيِفْمُ*ه ِراَّنلاُباَحْص
أَ
َكئِ
َٰلو
أُ
َفۖ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al
Baqarah [2]: 275)
Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah,
Alhamdulillah, kita masih dipertemukan Allah di tempat yang mulia ini,
masjid Allah. Di hari yang mulia, hari Jumat. Bersama orang-orang yang
mulia, orang-orang yang bertakwa. Semoga keberkahan melingkupi kita
semua.
Yang pertama dan paling utama, marilah kita terus meningkatkan takwa
kita kepada Allah. Takwa yang diwujudkan dengan ketaatan kepada
Allah. Menjalankan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh
larangan-Nya.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Sikap dasar seorang Muttaqin terhadap perintah dan larangan Allah
adalah taat, sami’na wa atha’na. Kami mendengar dan kami taat. Tidak
boleh ada keberatan sedikit pun di dalam dirinya terhadap aturan Allah
dan Rasul-Nya.
اًميِلْسَتاوُمِّلَسُيَوَتْيَضَقاَّمِّم
Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (QS an Nisaa’ [4]: 65).
Maka sungguh aneh dan tak masuk akal, apabila ada orang yang
mengaku bertakwa tapi menolak hukum-hukum Allah, atau keberatan
terhadap aturan-aturan Allah, dengan alasan yang dicari-cari. Misalnya,
tidak sesuai dengan zaman alias kuno, aturan itu hanya diperuntukkan
bagi orang Arab, atau lainnya. Yang pada intinya, ingkar dan tak ingin
terikat dengan aturan Allah SWT.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sebuah contoh nyata ada di depan mata kita. Setahun yang lalu, 24
Januari 2019, dicanangkan sebagai Hari Indonesia Tanpa Riba.
Pencanangan ini sebagai wujud gerakan untuk mengingatkan masyarakat
agar meninggalkan riba. Mengapa? Karena riba ada di mana-mana.
Padahal, Rasulullah SAW dengan tegas, gamblang, dan jelas dampak riba
tersebut, dalam sabdanya:
ِهلل****اَباَذَعْم
ِ
هِسُفْن
أَ
ِب
Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya
mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri. (HR al-
Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani).
Lihatlah sekarang, riba tidak hanya menyebar di kampung atau desa, tapi
telah menjadi pilar-pilar ekonomi negara. Lalu, bagaimana mungkin
negeri ini akan mendapat keberkahan dari Allah SWT?
Jamaah jumah rahimakumullah
Allah SWT memberikan ancaman yang keras terhadap mereka yang
terlibat riba. Firman-Nya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al
Baqarah [2]: 275)
Ayat tersebut menjelaskan keharaman riba. Dan balasan bagi mereka
yang memakan riba tidak lain adalah neraka jahannam. Kekal di
dalamnya. Tidak heran jika riba ini termasuk salah satu dari tujuh dosa
besar.
Rasulullah SAW bersabda:
: “
،ِهللاَلْوُسَراَي اْوُلاَقِتاَقِبْوُمْلاَعْبَسلااوُبِنَتْجِا
” :
ُلْتَقَو،ُرْحِسلاَو،ُكْرِشلَاَلاَق*؟َنُ*هاَمَو
“Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan!’ Mereka (para shahabat
Nabi SAW) bertanya, ’Apa itu?’ Sabda Nabi, ’Syirik, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba,
memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, dan menuduh zina
kepada wanita Mukmin yang baik-baik.” (HR Bukhari)
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Begitu besarnya dosa riba hingga Rasulullah SAW pun melaknatnya.
Sabda beliau:
:
َلِكآَمَّلَسَوِهْيَلَعُهلل***ا
َ
ىّلَصِهلل***اُلْوُسَرَنَ*عَل
: “
َلاَقَو،ِهْيَدِ*هاَشَو،ُهَبِتاَكَو،ُهَلِكْوُمَو،اَبِرلا
”
ٌءاَوَسْمُه
“Rasulullah SAW telah melaknat pemakan riba, orang yang memberi
makan dengan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Sabda Nabi
SAW,’Mereka sama saja [dalam hal dosanya].” (HR Muslim)
Dalam sabdanya yang lain, kata Nabi SAW:
ُهَم
أُ
ُلُ*جَرلا
“Riba mempunyai 73 macam dosa, yang paling ringan seperti laki-laki
yang menikahi (berzina) dengan ibu kandungnya sendiri.” (HR Hakim).
ةَيْنَزَنْيِثَلاَثَوٍتِس
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang sedang dia mengetahuinya,
lebih berat dosanya daripada 36 kali berzina.” (HR Ahmad).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Maka kita tidak usah heran, bila banyak kesempitan melanda negeri ini.
Riba yang jelas haram malah dijadikan sumber pendapatan. Malah, riba
dipelihara oleh negara sebagai pilar ekonomi dan dijadikan sumber
keuangan negara.
Secara pribadi, banyak Muslim menjadi pelaku riba dan menikmatinya.
Dan dalam skala yang lebih besar, negara menjadi mesin riba, bahkan
menjadi pelaku riba yang terbesar karena telah mengutang kepada
lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia serta negara kaya,
yang ribanya saja mencapai ratusan triliun per tahun. Bukankah ini
pelanggaran nyata terhadap syariah Allah SWT?
Oleh karena itu, saudara-saudaraku kaum Muslim rahimakumullah,
berhentilah mengambil riba. Ingatlah peringatan Allah! Dan dalam skala
lebih besar, mari kita tegakkan syariah Allah dengan membangun sistem
ekonomi anti riba, itulah sistem Islam!
[]