KH. Ahmad Dahlan Moh. Rofiq KIP 15 Agustus 2021 BIOGRAFI DAN KETELADANAN
Riwayat Hidup Lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923. Ayahnya adalah K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, Ibunya adalah Putri H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta. PAB • 2020
Silsilah Keluarga Keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya Keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim Urutannya: Maulana Malik Ibrahim -> Maulana Ishaq -> Maulana Ainul Yaqin -> Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen) -> Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) -> Demang Djurung Djuru Sapisan -> Demang Djurung Djuru Kapindo -> Kyai Ilyas -> Kyai Murtadla -> KH Muhammad Sulaiman -> KH Abu Bakar -> dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan)
Riwayat Pendidikan Saat masih umur 15 tahun, pergi haji dan tinggal di Mekkah selama 5 tahun Mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun S empat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asyari
Riwayat Pendidikan (cont.) Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah KH Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah (janda H. Abdullah), Nyai Rum (adik Kyai Munawwir Krapyak), Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu), dan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta PAB • 2020
Pergerakan Pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo Mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330) Tanggal 7 Mei 1921, Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921
Pemikiran Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir M endirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda Beliau juga telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu Mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW
Pemikiran (cont.) Pada tahun 1918 bersama dengan istrinya membentuk organisasi Aisyiyah yang khusus untuk kaum Wanita Untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu – sekarang dikenal dengan nama Pramuka – dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W Beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren seperti halnya ulama-ulama yang lain, melainkan melalui organisasi
Akhir Hayat Tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta pada usia 54 tahun Beliau dimakamkan di kampung Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta Dianugerahkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961