Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial Semester V th 2022
Pendahuluan Anak dengan gangguan emosi dan perilaku umumnya mengalami konflik baik dengan orang lain maupun dengan diri mereka sendiri , mengalami kesulitan untuk berteman dan terlibat permainan bersama anak lain. Gangguan perilaku yang dialami tidak hanya terbatas pada agresivitas , impulsivitas maupun distruktivitas tetapi termasuk didalamnya anak yang suka menyendiri atau antisocial, anak berperilaku menyimpang , merusak diri sendiri (self mutilation). Istilah untuk anak-anak yang mengalami gangguan perilaku tersebut diatas beragam diantaranya emotionally disturbed, socially maladjustment, psychologically disorder, emotionally handicapped. Di Indonesia anak-anak semacam ini disebut dengan anak tunalaras ( Abdurrachman dan Sudjadi , 1996)
Ciri PDBK EBD Perilaku yang maladaptive sehingga menyebabkan distress personal atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan , maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian ( Nevid , Rathus & Greene, 2003). (1) mudah marah (2) mudah khawatir dan cemas (3) sering merasa tertekan (4) bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain atau binatang (5) ketidakmampuan menghindar dari perilaku menyimpang (6) bersikap memusuhi segala bentuk otoritas (7) kurang bertanggung jawab ( Yusuf, 2009). Tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan ; Tidak disukai teman ; Tidak menyukai teman ; Membenci sekolah ; Menentang otoritas Karakteristik kepribadian sehat tidak dimiliki oleh anak tunalaras dan sebaliknya sebagian besar karakteristik kepribadian tidak sehat dialami oleh anak tunalaras .
Kebutuhan EBD Keterampilan mengelola diri pribadi Keterampilan mengelola diri dalam social Berperilaku dan bersikap sesuai tuntutan masyarakat Pengembangan perilaku pribadi dan sosial
Program Khusus Program pelajaran Pengembangan Pribadi Sosial diarahkan pada upaya pembinaan kepada anak Tunalaras yang mempunyai penyimpangan tingkah laku , agar mereka menjadi individu yang memiliki kepribadian yang mandiri , bertanggungjawab dan dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan dimana mereka tinggal .
Tujuan Membina siswa Tunalaras agar memiliki kepribadian yang mantap dalam membentuk manusia seutuhnya Membina siswa agar dapat hidup mandiri di masyarakat Membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahn yang dihadapi dan mampu mengembangkan pribadi dan sosialnya secara utuh Mengembangkan keterampilan dasar sesuai dengan bakat dan minat sehingga siap terjun ke dalam masyarakat
Perkembangan Sosial Merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social. Proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok , moral, dan tradisi . Meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama . Perkembangan social anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan social, norma-norma kehidupan bermasyarakat serta dorongan dan contoh bagaimana menerapkan norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari .
Perkembangan perilaku social PDBK EBD Anak-anak tunalaras mengalami gangguan pada perkembangan social yang ditandai dengan perilaku agresif seperti suka berkelahi , memukul , menyerang , mengancam , merusak barang-barang dan perilaku-perilaku tersebut dinyatakan secara terbuka , Alimin (1996). Didalam kelas anak dengan gangguan perkembangan social bersikap menentang guru, GPPH, suka mengganggu , tidak menyelesaikan tugas , dan kemampuan akademiknya kurang .
Urgensi Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial Hambatan emosi dan social memiliki dampak yang serius pada kehidupan individu , berdampak pada hubungan mereka dengan anggota keluarga , orang –orang dewasa , teman sebaya , guru-guru (Smith, 2004). PDBK EBD yang mendapatkan intervensi yang sesuai , pada umumnya mengalami peningkatan dalam kemampuan akademik , meningkat dalam hubungan personal, dan lebih menikmati kepuasan berinteraksi dengan orang lain. Bina Pribadi Sosial diajarkan untuk menciptakan budaya sekolah yang memberi dukungan perilaku positif , pembelajaran ketrampilan social, dan layanan secara konsisten sebagai landasan untuk intervensi langsung . Siswa tunalaras diajarkan bagaimana berperilaku dan harapan lingkungan sekolah terhadap perilaku mereka
Urgensi pengembangan perilaku pribadi dan social adalah : Untuk memupuk dan mengembangkan pengetahuan . Agar mempunyai kemampuan untuk membina dirinya sebagai pribadi yang terpuji . Agar mempunyai kreatifitas untuk membangun lingkungan hidupnya dan mampu mengembangkan dirinya sebagai anggota masyarakat , bangsa dan negara. Menghilangkan rasa rendah diri dalam pergaulan sehari-hari , serta mengurangi penderitaan pribadi yang disebabkan karena perbuatan negatif . Memulihkan sikap jujur , sabar , menepati janji dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya . Mengangkat derajat anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik .
Pembelajaran Pengembangan perilaku pribadi dan social secara Formal Sesuai SK dan KD Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri diberikan kepada anak tunalaras sebagai keterampilan kompensatoris yang mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar program khusus bina pribadi dan social. STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1 Melakukan cara perawatan diri Mengenal cara perawatan diri yang berkaitan dengan kebersihan pribadi Mengenal dan merawat diri yang berkaitan dengan kesehatan Mengenal dan melaksanakan cara berpakaian yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi Mengenal dan melaksanakan cara berhias yang sesuai dengan kebutuhan
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 2 Menerapkan sikap / kesadaran bersopan santun Mengenal sopan santun yagn berlaku di dalam keluarga Mengenal sopan santun yang berlaku di sekolah Mengenal sopan santun yang berlaku di masyarakat Mengenal sopan santun berlalu lintas 4 Memahami kesadaran bersisiplin Melaksanakan disiplin dalam pemanfaatan waktu Melaksanakan disiplin dalam kewajiban beribadah Melaksanakan disiplin dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan 5 Memahami kesadaran dalam penguasaan diri Memiliki kemmpuan untuk mengendalikan diri dalam tindakan Melakukan tindakan dengan mempertimbangkan akibatnya ( untung rugi ) Melakukan tindakan yang tidak merugikan bagi sendiri maupun orang lain 6 Memahami sikap/rasa percaya diri Memiliki keberanian untuk tampil di depan umum Memiliki keberanian untuk berbicara di depan orang banyak Memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat Memiliki keberanian untuk mengambil keputusan
7 Melakukan kerja sama dengan orang lain Melaksanakan kerja sama dengan individu Melaksanakan kerja sama dalam kelompok 8 Mengenal nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Mengamalkan nilai-nilai/norma yang berlaku di masyarakat Membawa diri dan bertingkah laku yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat 9 Mengenal tata cara hidup bermasyarakat Menggunakan fasilitas umum dengan memperhatikan kepentingan orang lain Menggunakan fasilitas pribadi dengan tidak merugikan orang lain 10 Memahami penyalahgunaan zat aditif Mengenal benda-benda yang mengandung zat aditif Mengenal akibat-akibat penyalahgunaan zat aditif Melakukan tindakan untuk menghindar dari pengaruh zat aditif
Pengembangan Perilaku Pribadi dan Sosial Yang Diselipkan Dalam Pembelajaran Lain Mengingat anak tunalaras yang terintegrasi dengan siswa lain tidak memungkinkan bila keterampilan kompensatoris bagi anak tunalaras diberikan secara formal dalam pembelajaran khusus selama 2 jam pelajaran . Yang perlu dilakukan oleh guru-guru di sekolah regular dalam menangani anak tunalaras dan mengajarkan keterampilan bina pribadi dan social dapat dengan berbagai cara . Menurut Kauffman dalam Smith, (2004) penanganan EBD dapat di lakukan dengan : Memberikan reward pada perilaku yang diharapkan Hukuman , dengan cara nonkekerasan , perilaku yang tidak menyenangkan . Menyiapkan pengajaran langsung baik social maupun keterampilan akademik Memperbaiki kondisi lingkungan yang menjadikan / mendidik perilaku menyimpang Berikan siswa harapan-harapan yang jelas Menstandarkan respon pada segenap anak di lingkungan sekolah Monitoring perilaku siswa secara tertutup
Apa yang seharusnya guru lakukan Managemen perilaku , termasuk didalamnya system point untuk perilaku yang diinginkan dan penyelesaian tugas , dimana perilaku baik di gambar / dibuat chart, dan siswa menerima reward. Rancangan intervensi yang terencana , dengan penggunaan taktik secara berurutan / hierarkis , bergantung pada perilaku anak Komunikasi sekolah dengan rumah termasuk juga catatan rumah dan berdasarkan system reward keterlibatan teman sebaya struktur kelas dengan bimbingan praktik dan terorganisir dengan baik transisi dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain pengawasan periode bebas ( makan siang , pindah kelas ) standar pelaksanaan yang konsisten (oleh seluruh anggota kelas dan sekolah )
Keterampilan sosial Program pelatihan keterampilan social dengan mengajarkan keterampilan khusus ( bagaimana berinteraksi dengan orang lain) dalam lingkungan yang natural, seperti di dalam kelas , di rumah , dengan orang lain secara individual, lebih efektif jika dibandingkan dengan mengajarkan keterampilan secara global ( mengajarkan konsep diri dan harga diri ) pada kelompok (Smith, 2004) Memunculkan motivasi belajar yang perlu dilakukan oleh pengelola pendidikan (Somantri,1996) adalah : pengaturan lingkungan belajar yang dikelola dengan baik memperhatikan lingkungan fisik agar anak tidak merasa tertekan mengadakan kerja sama dengan lembaga lain maupun dalam lembaga pendidikan umumnya tempat layanan pendidikan yang tidak dipisah dari anak lainnya agar anak tunalaras mengenal bagaimana seharusnya berperilaku
Guru dapat menggunakan modifikasi tingkah laku . Modifikasi tingkah laku dapat dipakai dalam berbagai perilaku menyimpang , dapat dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar . Modifikasi perilaku memerlukan perencanaan dan monitoring. Semakin kritis / parah perilaku bagi kelangsungan hidup pribadi maupun kehidupan bermasyarakat , serta makin sulit terjadinya perubahan pada perilaku tersebut , maka perencanaan , pelaksanaan , monitoring dan evaluasi yang dilakukan makin ketat , makin ringan tingkah laku yang mengganggu pada anak maka besar pula peluang terjadinya perubahan ( Soetratinah Soekadji , 1983; Edi Purwanta , 2005). Kemungkinan anak tunalaras memang tidak mengetahui bahwa perilaku tertentu yang selama ini dilakukan tidak adaptif dan mengganggu orang lain. Perlu dorongan agar anak mengetahui dan mengubah tingkah lakunya sesuai harapan masyarakat .
peningkatan pemeliharaan Antecedent: segala sesuatu yang mencetuskan perilakuyang menjadi permasalahan,misalnya situasi tertentu . Behavior: segala hal mengenai perilaku yang dipermasalahkan ( frekuensi,intensitas,lama perilaku ) Consequence: akibat yang diperoleh setelah perilaku terjadi Macam-macam perubahan Pengurangan dan penghilangan Perkembangan / perluasan
peningkatan Peningkatan frekuensi,intensitas dan lama perilaku dijalankan oleh seseorang , dilakukan dengan prosedur pengukuha / penguatan (reinforcement ). Paling banyak digunakan dalam modifikasi perilaku Macam-macam perubahan
Pemeliharaan Peningkatan perilaku agar tidak hilang , dilakukan dengan mengatur jadwal pemberian reinforcer dalam berbagai cara (DRO, DRA dll , dibahas kmd ) agar perilaku ini tetap berulang Macam-macam perubahan
Pengurangan & penghilangan Pengurangan perilaku dan penghilangan dilakukan dengan menerapkan prosedur penghapusan ( extinction) dan pemberian berbagai bentuk hukuman ( punishment) Macam-macam perubahan
Perkembangan dan perluasan Untuk mengembangkan perilaku agar membentuk perilaku baru , dilakukan prosedur pembentukan (shaping) atau perangkaian (chaining). Sedangkan untuk perluasan agar variasi yang dikukuhkan bertambah luas penggunaan dan macamnya dilakukan generalisasi Macam-macam perubahan
Contoh penerapan time out Totok membuat gaduh karena melepaskan katak di kelas . Ia dikenai penyisihan sesaat : berdiri di sudut belakang kelas selama 5 menit . Seketika setelah perilaku sasaran timbul ( agresi , pembangkang ,, dll ) bawa anak ke tempat penyisihan sesaat Selagi membawanya , komunikasikan “ Totok tidak boleh disini kalau berkelahi ” dan semacamnya Letakkan anak di tempat penyisihan dengan cepat dan tanpa komentar lagi . Pilih tempat yang aman terjangkau dan sekaligus membosankan . Sisihkan anak selama kurun waktu yang dianggap efektif , 5-8 menit Bila anak menendang atau menjerit , lama penyisihan dihitung sejak ulah tersebut berhenti Pertahankan konsitensi . Kenakan penyisihan sesaat juga bila perilaku sasaran ditujukan kepada orang lain Berikan pengukuhan positif bagi perilaku-perilaku yang konstruktif