DASAR BUDAYA ORGANISASI PENDIDIKAN Dasar budaya organisasi pendidikan merupaan norma, keyakinanm nilai , dan pola perilaku seluruh warga sekolah , yang menjadi landasan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan . Seperti , menghasilkan lulusan yang berkualitas dan menciptakan iklim belajar yang berkualitas . Karakteristik budaya organisasi di sekolah : Observed behaviral regularities: ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota sekolah yang dapat di amati . Norms: budaya organisasi sekolah ditandai adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Standar perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern sekolah itu sendiri maupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Standar perilaku siswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar siswa, yang akan menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik kelas atau tidak. Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian. Dominant values : prinsip-prinsip Total Quality Management, yang mencakup : (1) vision, mission, and outcomes driven; (2) systems dependent; (3) leadership: creating a quality culture; (4) systematic individual development; (4) decisions based on fact; (5) delegation of decision making; (6) collaboration; (7) planning for change; dan (8) leadership: supporting a quality culture.
Karakteristik budaya organisasi Inovation and risk taking: menjelesakan suatu tingkatan Dimana pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko . A ttention to detail : Attention to detail menjelaskan dimana pekerja di harapkan menunjukkan ketepatan, analisis, dan perhatian pada hal detail . Outcome orientation : Outcome orientation menjelaskan di mana manajemen fokus pada hasil atau manfaat daripada sekadar pada teknik dan proses yang dipergunakan untuk mendapatkan manfaat tersebut. P eople orientation : People orientation menjelaskan di mana keputusan manajemen mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada orang dalam organisasi. Team orientation : t eam orientation menjelaskan di mana aktivitas kerja di organisasi berdasar tim daripada individual. Aggressiveness : Aggressiveness menjelaskan di mana orang cenderung lebih agresif dan kompetitif daripada easygoing. S tability : Stability menjelaskan di mana aktivitas organisasional menekankan pada menjaga status quo sebagai lawan dari perkembangan.
Philosophy: Jika kita mengadopsi filosofi dalam dunia bisnis yang memang telah terbukti memberikan keunggulan pada perusahaan, di mana filosofi ini diletakkan pada upaya memberikan kepuasan kepada para pelanggan, maka sekolah pun seyogyanya memiliki keyakinan akan pentingnya upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Dalam konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas (2001) mengemukakan bahwa : “pelanggan, terutama siswa harus merupakan fokus dari semua kegiatan di sekolah. Artinya, semua input-proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik . Rules: Aturan umum di sekolah ini dikemas dalam bentuk tata- tertib sekolah (school discipline), di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga sekolah, sekaligus dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi, jika melakukan pelanggaran. Organization climate: Budaya organisasi ditandai dengan adanya iklim organisasi. Hay Resources Direct (2003) mengemukakan bahwa: “organizational climate is the perception of how it feels to work in a particular environment. Iklim organisasi adalah persepsi tentang bagaimana rasanya bekerja di lingkungan tertentu. Ini adalah “suasana tempat kerja” dan persepsi orang tentang “cara kita melakukan sesuatu di sini”
Dimensi budaya ( teori Hofstede) Dimensi budaya ( Hofsade ): Adalah konsep yang digunakan untuk memahami perbedaan budaya antar negara-negara dengan mengkategorisasikan enam disemnsi utama . Dengan dimensi ini kita dapat menganalisis bagiamana nilai2 yang diterapkan suatu budaya mempengaruhi perilaku individu , baik di tempat kerja maupun interaksi sosial lainnya . 1. I ndex adalah dimensi yang mengukur sejauh mana individu yang kurang berkuasa dalam suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan tidak didistribusikan secara merata. Dalam lingkungan kerja, ini bisa dicontohkan dengan bawahan yang harus selalu setuju dan memenuhi perintah atasan, serta sangat hormat kepada orang yang lebih tua. Sebaliknya, budaya dengan jarak kekuasaan rendah akan cenderung menekankan pada kesetaraan pada tiap individu, serta mendorong partisipasi demokratis. C ontoh negara lain yang memiliki budaya dengan jarak kekuasaan tinggi adalah Filipina, India, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Sementara itu, negara yang memiliki budaya dengan jarak kekuasaan rendah di antaranya adalah Belanda, Denmark, Swedia, dan Finlandia. 2. Dimensi Penghindaran Ketidakpastian (Uncertainty Avoidance Index): merujuk pada sejauh mana anggota dalam suatu masyarakat merasa tidak nyaman atau menghindari situasi yang ambigu atau tidak pasti.
Model Cameron dan quinn (competing values framework) CVF Fleksibilitas vs. Stabilitas: Dimensi ini membedakan antara budaya yang menekankan fleksibilitas, kebebasan, dan dinamisme dengan budaya yang berorientasi pada stabilitas, keteraturan, dan kontrol. Orientasi Internal vs. Eksternal: Dimensi ini mengkategorikan budaya berdasarkan fokusnya, yaitu pada orientasi internal, integrasi, dan kesatuan, atau pada orientasi eksternal, diferensiasi, dan persaingan. 4 TIPE BUDAYA CVF (Budaya Kekeluargaan) : Menekankan pada kerja sama, keterlibatan, dan pengembangan sumber daya manusia. Budaya internal ini berfokus pada hubungan seperti keluarga, dengan pemimpin yang berperan sebagai mento r Budaya adokrasi (adhocracy): Berorientasi pada inovasi, kreativitas, dan pengambilan risiko untuk mendorong pertumbuhan. Budaya eksternal ini bersifat dinamis dan berfokus pada eksperimen Market culture ( budaya sekolah ): Berfokus pada persaingan, hasil, dan pencapaian target pasar. Budaya eksternal ini bertujuan untuk mendominasi pasar dan kepemimpinan Hierarchy ( budaya hirarki ): Menekankan pada struktur, proses, kontrol, dan efisiensi formal. Budaya internal ini berorientasi pada stabilitas, peraturan, dan prosedur yang jelas
Karakteristik budaya organisasi di sekolah : Observed behaviral regularities: ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota sekolah yang dapat di amati . Norms: budaya organisasi sekolah ditandai adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Standar perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern sekolah itu sendiri maupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Standar perilaku siswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar siswa, yang akan menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik kelas atau tidak. Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian. Dominant values : prinsip-prinsip Total Quality Management, yang mencakup : (1) vision, mission, and outcomes driven ( visi , misi , dan hasil yang didorong ;); (2) systems dependent ( bergantung pada sistem ); (3) leadership: creating a quality culture ( kepemimpinan : menciptakan budaya mutu;); (4) systematic individual development ( pengembangan individu yang sistematis ); (4) decisions based on fact ( keputusan berdasarkan fakta ;) ; (5) delegation of decision making ( pendelegasian pengambilan keputusan ; ); (6) collaboration ( kolaborasi ; ); (7) planning for change ( perencanaan untuk perubahan ); dan (8) leadership: supporting a quality culture ( kepemimpinan : mendukung budaya mutu).