š„ BUKU SAKTI Okupasi / Kesehatan Kerja UKMPPD CPPDS š„
Raih Kesuksesan Ujian dengan Persiapan Terbaik!
š Bingung mempersiapkan diri untuk ujian UKMPPD / CPPDS?
Tidak perlu khawatir lagi! Dengan BUKU SAKTI Okupasi / Kesehatan Kerja, Anda bisa belajar dengan cara yang lebih efektif, fokus, da...
š„ BUKU SAKTI Okupasi / Kesehatan Kerja UKMPPD CPPDS š„
Raih Kesuksesan Ujian dengan Persiapan Terbaik!
š Bingung mempersiapkan diri untuk ujian UKMPPD / CPPDS?
Tidak perlu khawatir lagi! Dengan BUKU SAKTI Okupasi / Kesehatan Kerja, Anda bisa belajar dengan cara yang lebih efektif, fokus, dan percaya diri. Buku ini dirancang khusus bagi calon dokter yang ingin menguasai bidang Kesehatan Kerja dan Okupasi dengan panduan soal lengkap serta pembahasan menyeluruh.
š Keunggulan Buku Ini:
Ratusam Soal Terstandar: Soal-soal yang relevan dengan ujian UKMPPD dan CPPDS, mengikuti kurikulum terbaru.
Pembahasan Mendalam: Setiap soal disertai penjelasan yang mudah dipahami, membantu Anda menguasai setiap konsep penting.
Simulasi Ujian Nyata: Soal disusun menyerupai format ujian sebenarnya, membantu Anda terbiasa dengan ritme ujian.
Tips & Trik Lulus Ujian: Panduan strategi belajar cepat dan teknik mengerjakan soal agar lebih percaya diri dan tepat sasaran.
š Manfaatkan Buku Ini untuk Hasil Maksimal:
Komprehensif & Terpercaya: Materi disusun oleh para ahli dengan fokus penuh pada kedokteran kerja.
Meningkatkan Percaya Diri: Persiapan yang matang membuat Anda lebih siap menghadapi tantangan ujian.
Pembahasan Lengkap & Praktis: Dari konsep dasar hingga soal-soal lanjutan, semuanya ada di sini!
š¼ Siap Berkarier di Kesehatan Kerja?
Mulailah persiapan Anda dengan BUKU SAKTI Okupasi / Kesehatan Kerja UKMPPD CPPDS dan jadilah dokter yang tangguh di bidang kedokteran kerja. Ujian adalah langkah awal, dan buku ini adalah kunci sukses Anda!
7
KESEHATAN KERJA
1. Definisi dan Ruang Lingkup
Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), kesehatan kerja didefinisikan sebagai:
"Promosi dan pemeliharaan tingkattertinggi dari kesejahteraan fisik, mental, dan sosial para
pekerja di semua jenis pekerjaan; pencegahan terhadap keluar dari tempat kerja akibat kondisi
kesehatan yang buruk yang disebabkan oleh kondisi kerja; perlindungan pekerja dari risiko
kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang merugikan di tempat kerja; serta
penempatan dan pemeliharaan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan mentalnya."
Kesehatan kerja adalah bidang yang mempelajari hubungan antara pekerjaan dan kesehatan
pekerja serta mencari solusi untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial di tempat kerja.
Menurut WHO, kesehatan kerja bertujuan untuk:
-Mencapai kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja melalui identifikasi dan pengelolaan
faktor risiko di tempat kerja.
-Menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja dengan memastikan kondisi kerja sesuai dengan
kemampuan fisiologis dan psikologis pekerja.
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi:
-Promosi Kesehatan: Menyediakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
umum pekerja melalui edukasi dan kampanye kesehatan.
-Pencegahan Penyakit: Identifikasi risiko di tempat kerja seperti bahan kimia berbahaya,
ergonomi yang buruk, atau paparan agen biologis.
-Pengobatan: Mendiagnosis dan mengobati penyakit yang terkait dengan pekerjaan, seperti
gangguan muskuloskeletal akibat postur kerja yang buruk.
-Rehabilitasi: Program yang membantu pekerja yang telah terkena dampak penyakit atau
cedera untuk kembali bekerja.
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah melindungi pekerja dan memastikan lingkungan
kerja yang aman dan sehat. Ada beberapa sasaran utama, yaitu:
-Perlindungan terhadap Bahaya di Tempat Kerja: Mengurangi risiko yang berasal dari bahaya
fisik, kimia, biologi, dan ergonomi yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit.
-Peningkatan Kesejahteraan Fisik, Mental, dan Sosial: Pekerja yang sehat secara fisik dan
mental akan bekerja lebih produktif, yang pada gilirannya berdampak pada perusahaan.
-Peningkatan Produktivitas: Program kesehatan kerja yang baik dapat mengurangi tingkat
absensi, turnover, dan meningkatkan kualitas pekerjaan.
3. Sejarah dan Perkembangan
9
FAKTOR RISIKO DI TEMPAT KERJA
1. Bahaya Fisik
Setiap faktor risiko bahaya fisik ini memerlukan langkah-langkah pengendalian yang berbeda,
seperti penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), rekayasa lingkungan, dan pengaturan waktu
kerja untuk meminimalkan paparan dan mengurangi risiko terhadap pekerja.
1. Kebisingan
-Dampak Akut:
-Tuli sementara: Paparan kebisingan intens dalam waktu singkat dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran sementara. Biasanya, pendengaran akan pulih setelah beberapa jam
atau hari.
-Tinnitus: Dering atau suara berdengung di telinga setelah terpapar suara keras dalam waktu
singkat, yang dapat mengganggu tidur dan konsentrasi.
-Dampak Kronis:
-Noise-Induced Hearing Loss (NIHL): Kehilangan pendengaran permanen yang terjadi
secara bertahap akibat paparan kebisingan berkepanjangan. Hal ini umum terjadi pada pekerja
di lingkungan bising seperti pabrik dan industri konstruksi.
-Stres dan gangguan mental: Kebisingan terus-menerus dapat menyebabkan stres,
kelelahan mental, serta penurunan kemampuan kognitif.
-Gangguan Kardiovaskular: Kebisingan kronis dapat meningkatkan tekanan darah, risiko
hipertensi, dan penyakit jantung akibat gangguan tidur dan stres yang berkepanjangan.
-Sumber Bahaya: Mesin berat, alat kerja berdaya tinggi, kendaraan industri, aktivitas
konstruksi.
-NAB (Nilai Ambang Batas): 85 dB untuk paparan 8 jam sehari.
2. Getaran
-Dampak Akut:
-Kram otot dan kejang: Pekerja yang menggunakan alat dengan getaran tinggi dalam waktu
lama dapat mengalami kejang atau kram otot.
-Nyeri di tangan dan lengan: Getaran intens dari alat seperti bor listrik atau gergaji mesin
dapat menyebabkan nyeri di otot dan sendi.
-Dampak Kronis:
-Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS): Gangguan serius pada pembuluh darah, saraf,
otot, dan sendi di tangan dan lengan akibat paparan getaran berkepanjangan. Gejala mencakup
mati rasa, kesemutan, atau gangguan kemampuan memegang benda kecil.
-Raynaud's Disease: Penyempitan pembuluh darah pada jari-jari tangan akibat getaran
berulang, yang dapat menyebabkan kulit berubah warna menjadi putih atau biru dan nyeri.
12
-Gangguan saraf: Paparan jangka panjang terhadap medan elektromagnetik intensitas tinggi
diduga dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, seperti gangguan tidur, kecemasan,
atau kelemahan fisik.
-Peningkatan risiko kanker: Meskipun penelitian masih berlangsung, paparan medan
elektromagnetik (seperti gelombang mikro atau menara telekomunikasi) dalam jangka panjang
telah dikaitkan dengan potensi risiko kanker, meskipun bukti ilmiahnya masih perlu diperkuat.
8. Getaran Mekanik
-Dampak Akut:
-Nyeri otot dan kelelahan: Paparan getaran mekanik dalam waktu lama dapat menyebabkan
kelelahan otot, terutama pada punggung dan tangan.
-Pusing: Paparan getaran intens, terutama pada pekerja yang mengoperasikan kendaraan
berat atau peralatan getar, dapat menyebabkan pusing.
-Dampak Kronis:
-Cedera tulang belakang: Getaran mekanik seluruh tubuh (Whole Body Vibration) dapat
menyebabkan nyeri punggung, kerusakan cakram tulang belakang, dan degenerasi tulang
belakang.
-Arthritis: Getaran kronis dapat memperburuk kondisi arthritis atau radang sendi pada
pekerja yang terpapar getaran dalam jangka panjang.
-NAB: 1.15 m/s² untuk getaran seluruh tubuh selama 8 jam sehari.
2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia di tempatkerja mencakup berbagai zat kimia yang dapat membahayakan
kesehatan pekerja, baik secara akut maupun kronis. Paparan bahan kimia dapat terjadi melalui
berbagai jalur, seperti inhalasi, penyerapan kulit, atau tertelan. Beberapa bahan kimia bersifat
toksik dalam paparan jangka pendek (akut), sementara yang lain memiliki efek jangka panjang
(kronis), termasuk risiko kanker, kerusakan organ, dan efek reproduksi.
a. Toksisitas
Bahan kimia berbahaya dapat masuk ke tubuh melalui:
-Inhalasi: Gas, uap, atau partikel yang terhirup langsung ke paru-paru.
-Kontak kulit: Bahan kimia yang terpapar pada kulit dan menyebabkan iritasi atau diserap
masuk ke dalam tubuh.
-Ingestion (tertelan): Paparan bahan kimia akibat kontaminasi makanan, minuman, atau jari-
jari yang kotor.
b. Pengendalian
Pengendalian paparan bahan kimia harus dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap
kesehatan pekerja. Beberapa metode pengendalian yang umum digunakan meliputi:
27
-Tempat kerja harus memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan kesehatan kerja,
termasuk pencegahan penyakit akibat kerja.
-Pekerja berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mencegah
penyakit yang diakibatkan oleh kondisi kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja
-Isi Pokok:
-Mengatur tentang nilai ambang batas (NAB) faktor fisik dan kimia yang diperbolehkan di
tempat kerja, seperti kebisingan, getaran, suhu, radiasi, serta paparan bahan kimia berbahaya.
-Pengusaha wajib memonitor dan memastikan bahwa paparan faktor-faktor tersebut di
lingkungan kerja tidak melebihi NAB yang telah ditetapkan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
-Isi Pokok:
-Peraturan ini mengatur mengenai pencegahan, pengendalian, dan penanganan masalah
kesehatan kerja.
-Pengusaha diwajibkan untuk menyediakan layanan kesehatan kerja, yang meliputi upaya
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
-Memberikan tanggung jawab kepada pengusaha untuk melindungi kesehatan fisik dan
mental pekerja melalui kebijakan dan program K3.
8. Konvensi ILO (International Labour Organization) No. 155 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
-Isi Pokok:
-Konvensi ini, yang diratifikasi Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993,
mengatur prinsip-prinsip dasar keselamatan dan kesehatan kerja di tingkat global.
-Setiap negara harus menetapkan kebijakan nasional mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja serta lingkungan kerja yang sehat.
Prinsip Umum dalam Kesehatan Kerja:
1. Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja: Melalui manajemen risiko yang baik,
perusahaan harus dapat mengidentifikasi dan mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja.
2. Promosi Kesehatan: Program promosi kesehatan di tempat kerja bertujuan meningkatkan
kesehatan fisik dan mental pekerja, serta menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi.
3. Alat Pelindung Diri (APD): Wajib digunakan untuk melindungi pekerja dari risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
4. Pemeriksaan Kesehatan: Pemeriksaan kesehatan rutin dan pengawasan kesehatan pekerja
sangat penting untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang timbul akibat pekerjaan.
42
Pengelolaan pasca diagnosis dengan fokus pada penetapan kelaikan kerja, program kembali
bekerja, dan penentuan kecacatan. Upaya pencegahan dan deteksi dini juga termasuk dalam
tata laksana okupasi.
RUJUK DAN RUJUK BALIK
Rujukan dilakukan jika diagnosis klinis belum dapat ditegakkan karena keterbatasan fasilitas
atau keraguan medis. Rujukan juga diperlukan jika status kesehatan pasien kompleks atau
memerlukan penetapan kelaikan kerja yang tidak bisa dilakukan di FKTP. Rujukan balik
dilakukan dari FKRTL ke FKTP sesuai kebutuhan.
Penapisan Risiko
-Eliminasi atau Substitusi:
-Menghilangkan atau mengganti bahan berbahaya dengan alternatif yang lebih aman.
Misalnya, mengganti bahan kimia beracun dengan bahan yang tidak berbahaya atau
mengurangi paparan fisik seperti kebisingan.
-Rekayasa Teknik:
-Mengubah atau memodifikasi proses kerja, peralatan, atau lingkungan kerja untuk
mengurangi paparan pekerja terhadap bahaya. Misalnya, pemasangan ventilasi lokal untuk
mengurangi paparan bahan kimia atau penggunaan pelindung pada mesin untuk menghindari
cedera fisik.
-Pengendalian Administratif:
-Melibatkan perubahan dalam jadwal kerja, penyesuaian prosedur, atau pembatasan waktu
paparan. Contohnya, mengatur rotasi kerja untuk menghindari paparan berlebih atau
mengurangi jam kerja di area berbahaya.
-Pelatihan dan Edukasi:
-Meningkatkan kesadaran pekerja tentang risiko PAK dan cara mencegahnya melalui
program pelatihan. Pekerja harus diberi pengetahuan tentang cara menangani bahan berbahaya,
menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan benar, serta memahami tanda-tandaawal dari
penyakit akibat kerja.
-Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD):
-APD seperti masker, respirator, sarung tangan, pelindung mata, dan pakaian pelindung
harus selalu digunakan jika pekerja terpapar bahan berbahaya. APD membantu melindungi
pekerja dari bahaya yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan melalui metode lain.
-Pemeriksaan Kesehatan Berkala:
-Pemeriksaan kesehatan secara berkala sangat penting untuk mendeteksi dini PAK.
Pemeriksaan ini melibatkan pengawasan kesehatan fisik dan mental pekerja, serta pemeriksaan
khusus yang relevan dengan risiko yang dihadapi, seperti tes pendengaran untukpekerja yang
terpapar kebisingan atau tes fungsi paru untuk pekerja yang terpapar debu atau bahan kimia.
-Penegakan Hukum dan Regulasi:
47
-Hasil: Dokter akan menentukan apakah pekerja memiliki kemampuan yang diperlukan
untuk menjalankan tugas tersebut secara aman dan efisien.
Kriteria Fit to Work adalah standar yang digunakan untuk menilai apakah seorang pekerja
mampu melaksanakan tugas pekerjaan secara aman dan efisien, tanpa menimbulkan risiko
kesehatan atau keselamatan bagi dirinya sendiri, rekan kerja, atau lingkungan kerja. Kriteria
ini mempertimbangkan faktor fisik, mental, serta kondisi lingkungan kerja yang akan dihadapi.
Berikut adalah beberapa kriteria umum yang digunakan dalam menilai Fit to Work:
Kondisi Fisik yang Memadai
-Kesehatan umum: Pekerja harus memiliki kondisi kesehatan umum yang memadai untuk
pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya, tidak memiliki penyakit menular atau kondisi kronis
yang dapat mempengaruhi kinerjanya atau membahayakan orang lain.
-Kemampuan fisik: Pekerja harus memiliki kekuatan fisik, fleksibilitas, dan daya tahan yang
cukup untuk pekerjaan tertentu, terutama jika pekerjaan tersebut membutuhkan aktivitas fisik
seperti mengangkat beban, berdiri lama, atau bekerja di lingkunganyang menuntut fisik.
-Pemeriksaan medis spesifik: Untuk beberapa pekerjaan, diperlukan kemampuan fisik yang
spesifik, misalnya:
-Pendengaran dan penglihatan: Pekerja di lingkungan berisiko tinggi (misalnya, operator
alat berat) harus memiliki pendengaran dan penglihatan yang memadai.
-Kardiovaskular dan pernapasan: Pekerja yang bekerja di lingkungan dengan paparan fisik
yang berat (misalnya, lingkungan dengan paparan panas tinggi atau di bawah tekanan fisik
yang berat) harus memiliki fungsi kardiovaskular dan paru yang baik.
Kesehatan Mental
-Keseimbangan emosional: Pekerja harus memiliki keseimbangan emosional yang baik
untuk mengatasi tekanan kerja, stres, dan tanggung jawab pekerjaan yang berat.
-Kemampuan kognitif: Pekerja harus memiliki kemampuan kognitif yang memadai untuk
mengambil keputusan, memproses informasi, dan mengikuti instruksi dengan benar. Ini sangat
penting untuk pekerjaan yang melibatkan pengoperasian mesin atau alat berisikotinggi.
-Kemampuan mengelola stres: Pekerja harus mampu mengelola stres yang terkait dengan
pekerjaan, terutama dalam lingkungan kerja dengan tekanan tinggi atau risiko tinggi.
Tidak Ada Penyakit yang Membahayakan Pekerja atau Orang Lain
-Penyakit menular: Pekerja tidak boleh menderita penyakit menular yang bisa
membahayakan kesehatan orang lain di tempat kerja, seperti tuberkulosis atau hepatitis.
-Penyakit kronis: Penyakit kronis, seperti diabetes atau hipertensi, perlu dikontrol dengan
baik untuk memastikan pekerja dapat bekerja dengan aman. Jika penyakit ini tidak terkendali,
pekerja mungkin tidak fit untuk pekerjaan tertentu.
-Penyakit akibat kerja: Pekerja tidak boleh menunjukkan tanda-tanda penyakit akibat kerja
yang bisa memburuk jika terus bekerja di lingkungan yang sama.
. Kemampuan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)