Concept Of Prehospital by Dr Ismail Mohd Saiboon Emergency Department HUKM.ppt.pdf
AhmadRosuli
1 views
52 slides
Sep 24, 2025
Slide 1 of 52
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
About This Presentation
Concept Of Prehospital by Dr Ismail Mohd Saiboon Emergency Department HUKM
Size: 2.88 MB
Language: none
Added: Sep 24, 2025
Slides: 52 pages
Slide Content
Introduction to emergency
PRE-HOSPITAL &
in-hospital care
What is Pre-Hospital Care?
Memberikan perawatan medis kepada
pasien di luar lingkungan Rumah Sakit
(unit gawat darurat)
Beragam jenis kegiatan:
- layanan ambulans jalan raya
- terapi medan perang
perlindungan kesehatan untuk
pertemuan
- acara olahraga - motocross, reli, F-
1, sepak bola, dll.
- upaya penanggulangan bencana
- penanggap awal/pemberi bantuan
pertama
Pre-hospital careTujuan: mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien yang
mengalami cedera berat atau pasien yang menderita penyakit
parah di luar rumah sakit.
39% - 47% kematian pra-rumah sakit dapat dihindari
Melibatkan - kehadiran segera (petugas ambulans)
- melakukan penyelamatan jiwa @ penyelamatan anggota
tubuh
(prosedur dasar dan lanjutan)
- Menstabilkan kondisi pasien dan mencegah
kemunduran, memaksimalkan kesempatan untuk
memperoleh perawatan definitif yang optimal.
Immediate care
Penyediaan bantuan medis yang
profesional
Di lokasi kejadian dan
Selama proses transportasi
Oleh tenaga medis atau paramedis yang
telah menjalani pelatihan khusus,
menggunakan peralatan khusus.
Disesuaikan dengan kondisi PHC
The philosophy
“intervensi yang sesuai pada waktu yang tepat”
“Singkat dan aman, tidak akan pernah diperpanjang.”
Tujuan pengobatan: mencapai pasien yang bertahan
hidup dengan kondisi neurologis yang utuh dan
kualitas hidup yang baik.
Perlu evaluasi yang teliti mengenai kapan harus
melakukan intervensi dan kapan tidak.
The practice of Pre-Hospital Care
Tidak nyaman.
Tidak ideal
Cuaca apa pun - cuaca yang tidak menguntungkan
Keselamatan – bergantung pada pekerjaan
bersama secara efektif
dalam situasi darurat lainnya
lembaga pelayanan.
Pre-Hospital Care: How does it
start?
Sejarah
Selama Pertempuran Uhud dan Hunain,
Jazirah Arab lebih dari 14 abad yang lalu.
Sir Robert Jones, Kanal Manchester-
Liverpool, Inggris (1888)
Sistem yang lebih terstruktur, AS &
Irlandia (1960-an)
Dari sudut pandang pra-rumah sakit, Pertempuran Uhud dan
Hunain memberikan wawasan penting mengenai penanganan
medis di medan perang pada masa itu.
Pertempuran Uhud menunjukkan betapa pentingnya
kesiapan medis sebelum pertempuran. Kaum Muslimin
harus memiliki strategi untuk menangani korban luka di
tempat yang sulit diakses seperti Gunung Uhud. Pengaturan
tim medis yang efektif dan penggunaan sumber daya yang
ada, seperti air dan kain untuk menghentikan pendarahan
atau membersihkan luka, menjadi tantangan tersendiri.
Dalam Pertempuran Hunain, situasi pra-rumah sakit juga
krusial. Kaum Muslimin harus cepat beradaptasi dengan
kondisi medan yang berubah-ubah dan memastikan bahwa
para pejuang yang terluka mendapatkan perawatan
secepatnya. Koordinasi dan komunikasi antara tim medis dan
pasukan sangat penting untuk mengurangi jumlah korban jiwa
dan memastikan kesiapan para pejuang untuk melanjutkan
pertempuran.
Secara keseluruhan, kedua pertempuran ini
menunjukkan betapa pentingnya perencanaan medis dan
kesiapan pra-rumah sakit dalam menghadapi situasi
darurat di medan perang.
Who is involve?# Tim Kesehatan dan Penanggulangan Bencana
Dokter – Dokter Spesialis Umum
Emergency Physician (E Ps) – Dokter yang bertanggung jawab
menangani kasus darurat medis di instalasi gawat darurat.
Dokter bedah ahli
Anestesi
Paramedis – MA (Medical Assistant/Asisten Medis), S/N (Staff
Nurse/Perawat)
Badan Berseragam - BOMBA (Bomba dan Penyelamat Malaysia), JPA3
(Jabatan Pertahanan Awam Malaysia), Kepolisian, Angkatan Darat
LSM - PBSM (Palang Merah Malaysia), St. John, Mercy, dan lain-lain
Relawan
Telah menyelesaikan pelatihan dasar.
Why do we need Primary
Health Care (PHC)?
Medical emergencies
TRAUMA IN INDONESIA# Statistik Trauma di Indonesia
Trauma merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di
Indonesia.
Cedera jalan raya menjadi penyebab utama kematian dini pada
kelompok usia 12 – 45 tahun: 30% di kalangan orang dewasa muda
dan 20% di kalangan remaja.
Cedera jalan raya menyebabkan antara 20 hingga 25 kematian per
100.000 penduduk, dengan total 5.000 kematian setiap tahun, atau
rata-rata 14 kematian per hari.
Pada minggu pra-festival, angka kematian meningkat menjadi 14
hingga 18 kematian per hari.
Epidemiology of injury in M’sia,
Dec 1997
10 Principal causes of deaths in
hospitals, Indonesia
Berikut adalah persentase penyebab kematian utama di rumah
sakit Indonesia:
1.Penyakit Jantung & Penyakit Sirkulasi Paru: 15,99%
2.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA): 12,65%
3.Diabetes Mellitus: 9,74%
4.Tuberkulosis (TB): 8,26%
5.Kecelakaan Lalu Lintas: 7,34%
6.Hipertensi: 6,12%
7.Pneumonia: 5,89%
8.Penyakit Hati Kronis: 4,65%
9.Penyakit Ginjal Kronis: 4,12%
10.Kanker: 3,98%
10 principal causes of hospitalization
# Persentase Penyebab Rawat Inap
1.Persalinan Normal – 18,91 %
2.Komplikasi Kehamilan – 11,84 %
3.Kecelakaan – 9,16 %
4.Penyakit Sistem Peredaran Darah – 6,94 %
5.Penyakit Sistem Pernapasan – 6,61 %
6.Kondisi yang Muncul di Periode Perinatal – 5,62 %
7.Penyakit Sistem Pencernaan – 4,87 %
8.Kondisi yang Tidak Didefinisikan – 3,57 %
9.Penyakit Sistem Kemih – 3,49 %
10.Neoplasma Maligna – 2,62 %
Transportasi pasien kritis ke rumah sakit rujukan seperti RSCM belum
sepenuhnya mematuhi pedoman standar nasional.” Hal ini mencakup
beberapa kendala utama, yaitu:
1.Komunikasi yang kurang memadai antara fasilitas pengirim dan
penerima, yang seharusnya dilakukan secara real-time dan terstruktur.
2.Penghubung yang tidak efisien, padahal sistem SPGDT (Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) mensyaratkan adanya
koordinasi melalui Public Safety Center (PSC) 119 dan pusat komando
daerah.
3.Staf yang kurang terlatih dan tidak berpengalaman, meskipun
pedoman teknis mengharuskan personel transportasi terdiri dari
tenaga medis terlatih, seperti dokter, perawat, dan petugas ambulans
yang memahami prosedur kegawatdaruratan.
4.
TIME TO CARE VS SURVIVAL
TRAUMA CHAIN OF
SURVIVAL
Rapid Access
Pre-hospital
Care
ED
Resuscitation
Definitive
care
Rehabilitation
The practice
Indonesian ‘EMS’
Daftar Layanan Kesehatan yang Tersedia di Indonesia
Rumah Sakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
Rumah Sakit Universitas
Palang Merah Indonesia
Layanan Ambulans Swasta
PMI
Layanan Gawat Darurat 119
Indonesian PHCProviders:
Dokter Umum (General Practitioners)
Perawat dan Bidan
Tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitarian)
Tenaga Gizi (Nutritionists)
Petugas PSC 119 / Ambulans Gawat Darurat Setara dengan EMTs
(Emergency Medical Technicians)
Relawan Kesehatan / LSM Kesehatan Contoh:
PMI (Palang Merah Indonesia) – Pertolongan pertama, edukasi
kebencanaan
PKPU Human Initiative, Dompet Dhuafa, YAKKUM – Layanan
kesehatan berbasis komunitas dan tanggap bencana
Posyandu Kader – Relawan lokal yang membantu pemantauan
balita dan ibu hamil
Memilih opsi terbaik bagi pasien di
lapangan memerlukan pemahaman
mengenai potensi kerugian serta strategi
untuk memperbaiki situasi dalam waktu
yang tepat.
PRINCIPLE OF PRE
HOSPITAL TRAUMA CARE
Key element in administering a
PHC system1.Dipimpin oleh lembaga nasional (Kementerian Kesehatan RI) -
Mengatur sistem secara keseluruhan - Pengawasan legislatif dan regulasi
- Pengorganisasian kerangka kerja PHC nasional - Pendanaan melalui
APBN, BPJS, dan kemitraan
2.Dukungan regional atau lokal – anggota komunitas - Kader kesehatan,
tokoh masyarakat, relawan Posyandu - Partisipasi aktif dalam promosi
dan pemantauan kesehatan
3.Administrasi lokal - Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
pelaksana teknis - Puskesmas dan fasilitas tingkat pertama sebagai
ujung tombak
4.Arah medis – pendidikan, pelatihan, peningkatan mutu - Pelatihan
tenaga kesehatan primer secara berkala - Supervisi klinis dan audit mutu
layanan - Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi PHC
5.Dukungan politik - Komitmen pemerintah pusat dan daerah - Integrasi
PHC dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah - Advokasi
kebijakan dan alokasi anggaran kesehatan.
System of PHC
National systems
Local or regional systems
Private systems
Hospital based systems
Volunteer system
Hybrid system
Key aspects in PHC systems
Personnel
Training
Communication systems
Transportation
Receiving facilities
Documentation of care
Legislation & regulation
Personnel
“Quality of a PHC is determine by the ability and
attitudes of provider couple with knowledge and
skills required”
Come from different walks of life
Full-time or part-time
Paid or volunteer
Different level of knowledge and care
Need good coordination and understanding
Good command and control
TrainingBerikut adalah singkatan dan kepanjangan dari pelatihan yang disebutkan:
FRLS/FALS: Fire & Rescue, Law Enforcement, dan mungkin Driver Tow-
Truck. Pelatihan ini melibatkan keterampilan dalam penanganan
kecelakaan dan situasi darurat dengan fokus pada pemadam kebakaran,
penyelamatan, dan penegakan hukum.
EMT-B: Emergency Medical Technician-Basic. Ini adalah pelatihan dasar
bagi teknisi medis darurat yang bertugas memberikan pertolongan
pertama dan perawatan darurat di lokasi kejadian.
Diploma IMC: Diploma dalam bidang Critical Medicine atau kedokteran
kritis. Program ini melatih dokter untuk menangani pasien dalam
kondisi kritis.
FIMC: Fellowship in Immediate Medical Care. Ini adalah pelatihan
lanjutan bagi tenaga medis untuk menangani situasi medis darurat
dengan cepat dan efektif.
TrainingPelatihan lain yang sebaiknya diikuti:
BLS: Basic Life Support, pelatihan dasar dalam dukungan hidup
termasuk CPR.
BTLS/BTC: Basic Trauma Life Support/ Basic Trauma Care, pelatihan
penanganan trauma dasar.
ATLS (MTLS, ATRC): Advanced Trauma Life Support, pelatihan lanjutan
dalam penanganan trauma.
ACLS: Advanced Cardiac Life Support, pelatihan lanjutan untuk
penanganan serangan jantung.
MIMMS: Major Incident Medical Management and Support, pelatihan
manajemen dan dukungan medis untuk insiden besar.
Setiap pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam menangani situasi medis darurat dan trauma.
Communication
112 – Panggilan darurat nasional (dapat diakses dari
ponsel tanpa pulsa)
118 / 119 – Ambulans dan layanan gawat medis
110 – Polisi
113 – Pemadam kebakaran
115 – SAR / Basarnas
117 – Penanggulangan bencana (BNPB)
123 – Gangguan listrik (PLN)
>> Communication
We need to know and same goes with the public?
Communication Center
Able to communicate among all PHC providers
Priority dispatch / pre-arrival instruction/ phone
triaging
Able to communicate with hosp. of destination
Transportation
Air ambulance – helicopter, fixed wing
Ground ambulance- type 1, 2, 3
Sea ambulance
Simple transport vehicle Sophisticated-
specialized-efficient mobile
patient care unit
Able to provide lifesaving maneuvers
Design: Ambulance personnel must be able
to provide airway & ventilatory support
while transporting
BLS- equipped
ALS- equipped
gambar
Facilities
Transport to the closest appropriate
hospital.
Specific dedicated hospitals for the special
conditions.
Patient demand?? To consider or not.
In life-threatening condition- NOT
Critical care unit
Identifikasi rumah sakit dengan fasilitas tertiary care
spesifik, sesuai kompetensi dan kapasitas masing-
masing.
Kategori layanan tertiary care :
NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Obstetri risiko tinggi
Unit luka bakar (Burns unit)
Spine unit (unit tulang belakang)
Bedah saraf (Neurosurgery)
Perawatan jantung (Cardiac care)
Public safety agencies
Polri (Kepolisian Republik Indonesia)
Pemadam Kebakaran & Penyelamatan (Damkar)
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
Basarnas (Badan SAR Nasional)
PSC 119 (Public Safety Center – Kementerian Kesehatan)
PMI (Palang Merah Indonesia)
Tagana (Taruna Siaga Bencana – Kementerian Sosial)
Satlinmas (Satuan Perlindungan Masyarakat)
Relawan Kesehatan / LSM Tanggap Darurat
Consumer participation
Lay person
Political
Consumer association
Need their support and corporation in
order to have successful PHC service
manpower/ financial/ legislative
Access to care
Ensure public have access to emergency care
Must develop system that discourage public
from accessing the PHC system for wrong
reason or perceived emergency.
Political back-up and their understanding of
the system
Principle: all individual deserve timely access
to the emergency PHC system.
SCOPE OF PRE HOSPITAL
TRAUMA CARE
Scene size up ⟶ Penilaian Awal Lokasi
Kejadian
Triage, treatment (ABC I)
En route management ⟶ Manajemen
Selama Perjalanan
Patient’s Transportation
Communication and Dispatching ⟶
Pengiriman Tim Respon Medis
Pathway of care; sending and receiving
protocol.
EMERGENCY INTERVENTION
Airway maintenance/Cervical Spine
Control
Breathing and ventilation
Circulation with hemorrhage control
I mmobilization
CARING FOR THE PATIENT WHILE
EN ROUTE TO THE HOSPITAL
1.Continue to provide emergency care
2.Continue monitoring vital signs
3.Communicate with ED personnel using two way radio
4.Give a description of what happened
5.Describe patient age, sex and his condition
6.What type of injury suspected
7.Patient vital signs
8.Emergency care that has been provided
9.Estimated time of arrival
Public Information & Education
Public must be informed and educate regarding good
emergency PHC system.
Public can contribute by
- understand how a good system can benefit
them.
- Prepare to give first aid care
- Know how and when to access the system
rapidly
Disaster Preparedness
Setiap sistem PHC merupakan komponen
penting dalam upaya penanggulangan
bencana.
Perlu terlibat dalam perencanaan dan
pelaksanaan latihan.
In-hospital emergency care
Receive patients
Triage
Resuscitation and stabilization
Registration
Investigation
Treatment – definitive care, observation
Disposal ⟶ Penanganan Limbah Medis
Bystander
interventions
Emergency Service
Dispatch
On scene
interventions
Early Definitive
Care/Trauma
Center/ED
TransportationConclusion
References:
Dr Ismail Mohd Saiboon Emergency Department HUKM