DAMPAK EKONOMI KAWASAN INDUSTRI SEAFER KENDAL.pptx

pungkihartanto22 6 views 42 slides Oct 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 42
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42

About This Presentation

PPT


Slide Content

DAMPAK EKONOMI KAWASAN INDUSTRI SEAFER KENDAL

Nilai PDRB Jawa Tengah atas dasar harga berlaku pada tahun 2023 mencapai 1.696,80 triliun rupiah. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar 137,22 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar 1.559,57 triliun rupiah. Kenaikan nilai PDRB ini dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di sebagian besar kategori lapangan usaha sekaligus pengaruh perubahan harga. Berdasarkan harga konstan 2010, besaran PDRB juga mengalami peningkatan, dari 1.050,28 triliun rupiah pada tahun 2022 menjadi 1.102,56 triliun rupiah pada tahun 2023. Ada peningkatan sebesar 52,29 triliun rupiah, yang didorong oleh peningkatan produksi sebagian besar kategori lapangan usaha seiring mulai membaiknya situasi ekonomi. Meningkatnya produksi ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tumbuh positif sebesar 4,98 persen, sedikit melemah dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,31 persen Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu setahun Analisis Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah

Gambar 1 - Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah periode tahun 2019 sampai dengan tahun 2023 (Sumber : BPS )

Tabel PDRB Provinsi Jawa Tengah periode 2019 -2023 Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah, 2023

Sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan 1-2024 adalah Industri Pengolahan.

Struktur Ekonomi Besarnya peranan berbagai kategori ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa sangat menentukan struktur ekonomi suatu daerah. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh setiap kategori menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari setiap kategori. Selama lima tahun terakhir (2019–2023), struktur perekonomian Jawa Tengah didominasi oleh 5 (lima) kategori, yaitu: industri pengolahan; pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; konstruksi;dan jasa pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peranan masing-masing kategori terhadap pembentukan PDRB Jawa Tengah. Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Jawa Tengah pada tahun 2023 disumbang oleh kategori industri pengolahan, yang mencapai 34,03 persen (angka ini menurun dari 34,41 persen di tahun 2019). Peranan terbesar kedua adalah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,23 persen (turun dari 13,53 persen di tahun 2019), disusul oleh kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor sebesar 13,61 persen (turun dari 13,75 persen tahun 2019). Kemudian diikuti oleh kategori konstruksi sebesar 11,22 persen (naik dari 10,82 persen di tahun 2019) dan kategori Jasa Pendidikan sebesar 4,16 persen

Dari lima kategori yang paling dominan, hanya konstruksi saja yang peranannya terlihat meningkat dibanding tahun 2019. Sementara itu, peranan kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan, kategori industri pengolahan, serta kategori perdagangan besar dan eceran terlihat mengalami penurunan meskipun tidak begitu signifkan.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal cenderung dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan efek-efek eksternal yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Sebelum terjadi pendemi Covid 19, ekonomi kabupaten Kendal tumbuh sekitar 5 %. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal terkontraksi sebesar 1,51 %, angka pada tahun 2021 menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,89 % dan pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal mencapai angka 5,68 %. Pada tahun 2023 angka pertumbuhan ekonomi 5,56 %.

Perkembangan PDRB Sumber : BPS Kabupaten Kendal

PERKEMBANGAN EKSPOR Ekspor Jawa Tengah pada Maret 2024 naik 3,05 persen dibanding ekspor pada Februari 2024, yaitu dari US$ 922,44 juta menjadi US$ 950,59 juta. Begitu pula jika dibandingkan dengan ekspor Maret 2023 naik sebesar 5,04 persen. Peningkatan ekspor pada Maret 2024 dibanding ekspor pada Februari 2024 disebabkan oleh naiknya ekspor migas dan non migas. Ekspor migas mengalami peningkatan sebesar 138,01 persen, dari US$ 19,94 juta (Februari) menjadi US$ 47,46 juta (Maret) dan ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar 0,07 persen, dari US$ 902,50 juta (Februari) menjadi US$ 903,13 juta (Maret). Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh naiknya ekspor hasil minyak. Sementara pada bulan yang sama tidak ada ekspor gas, gas alam dan minyak mentah. Dari sisi volume, ekspor Jawa Tengah pada Maret 2024 naik 1,25 persen dibandingkan dengan ekspor Februari 2024 hal ini disebabkan oleh naiknya volume ekspor migas. Volume ekspor komoditas migas mengalami peningkatan sebesar 176,21 persen dimana pada Februari 2024 sebesar 35,47 ribu ton menjadi 97,97 ribu ton pada Maret 2024 yang disebabkan oleh kenaikan komoditas hasil minyak. Sedangkan volume ekspor komoditas non migas mengalami penurunan sebesar 17,04 persen, dari 339,38 ribu ton pada Februari 2024 menjadi 281,56 ribu ton pada Maret 2024. Komoditas migas lainnya seperti gas, gas alam dan minyak mentah tidak tercatat selama Maret 2024. Jika dibandingkan dengan volume total ekspor Maret 2023, volume total ekspor Maret 2024 tercatat mengalami peningkatan sebesar 12,70 persen. Volume ekspor migas naik 243,63 persen dari 28,51 ribu ton pada Maret 2023 menjadi 97,97 ribu ton pada Maret 2024. Sedangkan volume ekspor non migas mengalami penurunan sebesar 8,66 persen, dari 308,24 ribu ton pada Maret 2023 menjadi 281,56 ribu ton pada Maret 2024.

Nilai Ekspor Maret 2024 Mencapai US$ 950,59 Juta atau Naik 3,05 persen Dibanding Februari 2022 M-to-M Perkembangan Pertumbuhan (m-to-m, %) Ekspor bulan Maret 2024 secara m-to-m, mengalami pertumbuhan positif dibanding Februari 2024.

Y-on-Y Perkembangan Pertumbuhan (y-on-y, %) Pertumbuhan ekspor Maret 2024 secara y-on-y positif dibanding Maret 2023.

Ekspor Jawa Tengah Menurut Sektor Peranan dan perkembangan ekspor non migas Jawa Tengah menurut sektor pada Maret 2024 dibanding Februari 2024 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3. Ekspor produk industri pengolahan turun 0,21 persen, sedangkan pertanian naik 19,50 persen. Begitu pula produk pertambangan dan lainnya mengalami peningkatan sebesar 16,67 persen. Tabel Nilai Ekspor Jawa Tengah Menurut Sektor (Juta US$) dan Perubahannya (%), Januari-Maret 2024 Uraian Nilai FOB (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd Total Ekspor Jan-Mar 2024 (%) Mar 23 Jan-Mar 2023 Feb 24 Mar 24 Jan-Mar 2024 Mar 24 thd Mar 23 (y-o-y) Mar 24 thd Feb 24 (m-to-m) Jan-Mar 2024 thd Jan-Mar 2023 (c-to-c) Total Ekspor 905,01 2.578,34 922,44 950,59 2.807,83 5,04 3,05 8,90 100,00 Migas 17,44 56,17 19,94 47,46 83,49 172,13 138,01 48,64 2,97 Non Migas 887,57 2.522,17 902,50 903,13 2.724,34 1,75 0,07 8,02 97,03 - Pertanian 17,31 46,82 12,51 14,95 41,68 -13,63 19,50 -10,98 1,48 - Industri pengolahan 870,12 2.474,97 889,87 888,04 2.682,27 2,06 -0,21 8,38 95,52 - Pertambangan dan Lainnya 0,14 0,38 0,12 0,14 0,39 0,00 16,67 2,63 0,01 Sumber : BPS, 2024 Jika dibandingkan dengan Maret 2023, ekspor non migas Jawa Tengah Maret 2024 naik sebesar 1,75 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya produk industri pengolahan sebesar 2,06 persen. Sedangkan produk pertanian turun sebesar 13,63 persen.

Ekspor Menurut Negara Tujuan Ekspor non migas terbesar Jawa Tengah pada Maret 2024 ditujukan ke Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok dengan nilai masing-masing mencapai US$ 382,27 juta, US$ 69,35 juta, dan US$ 47,98 juta. Ekspor ke tiga negara tersebut pada Januari-Maret 2024 memberikan porsi sebesar 56,60 persen. Peningkatan ekspor non migas Maret 2024 terhadap ekspor Februari 2024 terjadi ke beberapa negara tujuan utama, yaitu Belanda naik US$ 7,58 juta (28,24 persen); India naik US$ 3,53 juta (24,53 persen); Australia naik US$ 1,66 juta (10,53 persen); Malaysia naik US$ 0,69 juta (3,78 persen); Thailand naik US$ 0,51 juta (6,21 persen); dan Taiwan naik US$ 0,19 juta (1,88 persen). Sedangkan Jepang turun US$ 10,60 juta (13,26 persen); Tiongkok turun US$ 8,84 juta (15,56 persen); Amerika Serikat turun US$ 6,73 juta (1,73 persen); Jerman turun US$ 1,69 juta (4,82 persen); Italia turun US$ 0,73 juta (8,14 persen); Singapura turun US$ 0,52 juta (6,66 persen); dan Korea Selatan turun US$ 0,13 juta (0,43 persen). Tabel Nilai Ekspor Non-Migas Jawa Tengah Menurut Negara Tujuan Utama (Juta US$) dan Perubahannya (%), Januari-Maret 2024 Negara Tujuan Nilai FOB (Juta US$) Perubahan (%) Nilai FOB (Juta US$) Perubahan (%) (c to c) Peran thd Total Ekspor Non Migas Jan-Mar 2024 (%) Feb 24 Mar 24 Nilai % Jan-Mar 2023 Jan-Mar 2024 ASEAN 53,27 54,76 1,49 2,80 159,69 168,48 5,50 6,18 1 Malaysia 18,23 18,92 0,69 3,78 52,84 56,94 7,76 2,09 2 Singapura 7,81 7,29 -0,52 -6,66 18,84 24,80 31,63 0,91 3 Thailand 8,21 8,72 0,51 6,21 21,96 29,61 34,84 1,09   ASEAN Lainnya 19,02 19,83 0,81 4,26 66,05 57,13 -13,50 2,10     Uni Eropa 119,20 129,02 9,82 8,24 352,17 371,35 5,45 13,63 1 Jerman 35,05 33,36 -1,69 -4,82 105,95 99,42 -6,16 3,65 2 Belanda 26,84 34,42 7,58 28,24 64,47 91,71 42,25 3,37 3 Italia 8,97 8,24 -0,73 -8,14 23,47 24,86 5,92 0,91   Uni Eropa Lainnya 48,34 53,00 4,66 9,64 158,28 155,36 -1,84 5,70     Negara Utama Lainnya 596,18 575,26 -20,92 -3,51 1.603,71 1.763,14 9,94 64,71 1 Amerika Serikat 389,00 382,27 -6,73 -1,73 1.006,24 1.150,54 14,34 42,23 2 Jepang 79,95 69,35 -10,60 -13,26 211,10 232,96 10,36 8,55 3 Tiongkok 56,82 47,98 -8,84 -15,56 157,44 158,53 0,69 5,82 4 Korea Selatan 30,13 30,00 -0,13 -0,43 82,41 89,09 8,11 3,27 5 India 14,39 17,92 3,53 24,53 69,68 49,66 -28,73 1,82 6 Australia 15,77 17,43 1,66 10,53 50,19 49,57 -1,24 1,82 7 Taiwan 10,12 10,31 0,19 1,88 26,65 32,79 23,04 1,20 Total 13 Negara Tujuan Utama 701,29 686,21 -15,08 -2,15 1.891,24 2.090,48 10,53 76,73 Negara Lainnya 201,21 216,92 15,71 7,81 630,93 633,86 0,46 23,27 Total Ekspor Non Migas 902,50 903,13 0,63 0,07 2.522,17 2.724,34 8,02 100,00 Sumber : BPS Prov Jawa Tengah, 2024

PERKEMBANGAN IMPOR Nilai impor Jawa Tengah Maret 2024 mencapai US$ 1.035,26 juta atau turun US$ 336,48 juta (24,53 persen) dibanding impor Februari 2024. Hal tersebut disebabkan oleh turunnya impor non migas sebesar US$ 204,06 juta (27,00 persen) dan impor migas mengalami penurunan sebesar US$ 132,42 juta (21,50 persen). Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya impor minyak mentah sebesar US$ 177,78 juta (32,03 persen). Nilai impor Maret 2024 turun sebesar US$ 231,03 juta (18,24 persen) jika dibandingkan dengan Maret 2023. Penurunan terjadi disebabkan oleh turunnya impor non migas sebesar US$ 145,47 juta (20,87 persen) dan impor migas mengalami penurunan sebesar US$ 85,56 juta (15,03 persen). Menurunnya impor migas disebabkan oleh turunnya impor hasil minyak sebesar US$ 46,78 juta (30,56 persen) dan minyak mentah sebesar US$ 38,78 juta (9,32 persen). Dibanding bulan sebelumnya, volume impor Jawa Tengah Maret 2024 turun US$ 466,40 ribu ton (27,56 persen) yang disebabkan oleh turunnya volume impor non migas sebesar 200,22 ribu ton (29,64 persen) begitu pula volume impor migas yang mengalami penurunan sebesar 266,18 ribu ton (26,19 persen). Jika dilihat lebih lanjut, penurunan volume impor migas disebabkan oleh turunnya impor minyak mentah sebesar 316,45 ribu ton (33,87 persen). Volume impor Maret 2024 mengalami penurunan 134,31 ribu ton (9,88 persen) dibanding Maret 2023. Kondisi ini dipicu oleh turunnya volume impor migas sebesar 110,69 ribu ton (12,86 persen) begitu pula dengan volume impor non migas yang mengalami penurunan sebesar 23,62 ribu ton (4,73 persen). Penurunan volume impor migas disebabkan oleh turunnya impor hasil minyak sebesar 56,00 ribu ton (29,72 persen) begitu pula minyak mentah yang mengalami penurunan sebesar 54,69 ribu ton (8,13 persen). Nilai Impor Maret 2024 Mencapai US$ 1.035,26 Juta atau Turun 24,53 persen Dibanding Februari 2024

Sumber : BPS Prov Jateng, 2024 Impor bulan Maret 2024 secara m-to-m, mengalami penurunan dibanding pertumbuhan Februari 2024.

Pertumbuhan Impor Maret 2024 secara y-on-y mengalami penurunan dibanding pertumbuhan Maret 2023. Sumber : BPS Prov jateng, 2024

Impor Jawa Tengah Menurut Penggunaan Nilai impor menurut golongan penggunaan barang jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, untuk bahan baku/penolong mengalami penurunan sebesar US$ 324,00 juta (26,33 persen), begitu pula dengan produk barang modal yang mengalami penurunan US$ 16,80 juta (26,80 persen). Sedangkan produk barang konsumsi naik sebesar US$ 4,32 juta (5,49 persen). Jika dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, total impor Maret 2024 mengalami penurunan sebesar US$ 231,03 juta (18,24 persen). Penurunan ini disebabkan oleh turunnya impor bahan baku/penolong sebesar US$ 239,20 juta (20,88 persen) serta barang modal sebesar US$ 13,11 juta (22,22 persen). Tabel Nilai Impor Jawa Tengah Menurut Golongan Penggunaan Barang (Juta US$) dan Perubahannya (%), Januari-Maret 2024 Uraian Nilai CIF (Juta US$) Perubahan (%) Peran thd Total Impor Jan-Mar 2024 (%) Mar 23 Jan-Mar 2023 Feb 24 Mar 24 Jan-Mar 2024 Mar 24 thd Mar 23 (y-o-y) Mar 24 thd Feb 24 (m-to-m) Jan-Mar 2024 thd Jan-Mar 2023 (c-to-c) Total Impor 1.266,29 3.467,54 1.371,74 1.035,26 3.689,79 -18,24 -24,53 6,41 100 - Barang Konsumsi 61,75 158,21 78,71 83,03 278,56 34,46 5,49 76,07 7,55 - Bahan Baku/Penolong 1.145,55 3.116,69 1.230,35 906,35 3.220,24 -20,88 -26,33 3,32 87,27 - Barang Modal 58,99 192,64 62,68 45,88 190,99 -22,22 -26,8 -0,86 5,18

Total nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Maret 2024 sebesar US$ 397,86 juta atau turun US$ 178,60 juta (30,98 persen) dibanding Februari 2024. Kondisi tersebut disebabkan oleh turunnya nilai impor pada beberapa negara utama seperti Tiongkok US$ 111,23 juta (33,19 persen); Thailand US$ 34,41 juta (53,51 persen); Korea Selatan US$ 20,04 juta (68,21 persen); Malaysia US$ 13,66 juta (60,07 persen); Amerika Serikat US$ 7,80 juta (17,46 persen); Jerman US$ 0,72 juta (19,51 persen); Singapura US$ 0,51 juta (7,42 persen); Jepang US$ 0,46 juta (5,93 persen); dan Taiwan US$ 0,15 juta (0,89 persen). Sedangkan peningkatan impor non migas terjadi di beberapa negara utama seperti Australia US$ 8,00 juta (30,64 persen); India US$ 1,11 juta (7,65 persen); Italia US$ 0,87 juta (29,49 persen); dan Belanda US$ 0,40 juta (26,49 persen). Sementara jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, impor Januari-Maret 2024 dari tiga belas negara utama meningkat US$ 121,33 juta (8,48 persen). Peningkatan ini terutama disumbang oleh Tiongkok US$ 140,48 juta (17,71 persen), Korea Selatan US$ 21,58 juta (42,67 persen), dan Thailand US$ 20,54 juta (20,27 persen).

Tabel Nilai Impor Non-Migas Jawa Tengah Menurut Negara Asal Utama (Juta US$) dan Perubahannya (%), Januari-Maret 2024 Negara Asal Nilai FOB (Juta US$) Perubahan (%) Nilai FOB (Juta US$) Perubahan (%) (c to c) Peran thd Total Impor Non Migas Jan-Mar 2024 (%) Feb 24 Mar 24 Nilai % Jan-Mar 2023 Jan-Mar 2024 ASEAN 159,78 96,88 -62,90 -39,37 237,02 364,46 53,77 17,71 1 Thailand 64,30 29,89 -34,41 -53,51 101,32 121,86 20,27 5,92 2 Malaysia 22,74 9,08 -13,66 -60,07 35,87 48,98 36,55 2,38 3 Singapura 6,87 6,36 -0,51 -7,42 20,84 22,67 8,78 1,10   ASEAN Lainnya 65,87 51,55 -14,32 -21,74 78,99 170,95 116,42 8,31         Uni Eropa 15,82 18,51 2,69 17,00 58,13 48,25 -17,00 2,34 1 Jerman 3,69 2,97 -0,72 -19,51 13,92 11,63 -16,45 0,56 2 Italia 2,95 3,82 0,87 29,49 10,41 9,01 -13,45 0,44 3 Belanda 1,51 1,91 0,40 26,49 7,19 4,49 -37,55 0,22   Uni Eropa Lainnya 7,67 9,81 2,14 27,90 26,61 23,12 -13,12 1,12             Negara Utama Lainnya 474,40 343,83 -130,57 -27,52 1.240,68 1.332,92 7,43 64,76 1 Tiongkok 335,15 223,92 -111,23 -33,19 793,36 933,84 17,71 45,37 2 Jepang 7,76 7,30 -0,46 -5,93 48,92 28,97 -40,78 1,41 3 Amerika Serikat 44,67 36,87 -7,80 -17,46 164,60 124,21 -24,54 6,03 4 India 14,51 15,62 1,11 7,65 57,12 43,77 -23,37 2,13 5 Korea Selatan 29,38 9,34 -20,04 -68,21 50,57 72,15 42,67 3,50 6 Taiwan 16,82 16,67 -0,15 -0,89 66,32 56,54 -14,75 2,75 7 Australia 26,11 34,11 8,00 30,64 59,79 73,44 22,83 3,57 Total 13 Negara Asal Utama 576,46 397,86 -178,60 -30,98 1.430,23 1.551,56 8,48 75,38 Negara Lainnya 179,32 153,86 -25,46 -14,20 383,75 506,80 32,07 24,62 Total Impor Non Migas 755,78 551,72 -204,06 -27,00 1.813,98 2.058,36 13,47 100,00 Dari sisi peranan terhadap total impor non migas selama Januari-Maret 2024, kelompok negara utama lainnya merupakan penyumbang terbesar, yaitu 64,76 persen (US$ 1.332,92 juta), diikuti oleh negara ASEAN 17,71 persen (US$ 364,46 juta) dan negara Uni Eropa sebesar 2,34 persen (US$ 48,25 juta). Sementara itu, tiga belas negara utama memberikan peranan 75,38 persen (US$ 1.551,56 juta). Tiongkok menjadi negara asal impor terbesar dengan peran 45,37 persen (US$ 933,84 juta).

NERACA PERDAGANGAN Nilai neraca perdagangan total Jawa Tengah pada Maret 2024 mengalami defisit sebesar US$ 84,67 juta yang dipicu oleh defisit pada sektor migas, sedangkan untuk sektor non migas mengalami surplus. Adapun sektor migas mengalami defisit sebesar US$ 436,08 juta, namun sebaliknya sektor non migas mengalami surplus sebesar US$ 351,41 juta. Bulan Ekspor Impor Neraca Migas Non Migas Total Migas Non Migas Total Migas Non Migas Total 2023 Januari 21,35 829,45 850,80 693,35 668,81 1.362,16 -672,00 160,64 -511,36 Februari 17,38 805,15 822,53 391,11 447,98 839,09 -373,73 357,17 -16,56 Maret 17,44 887,57 905,01 569,10 697,19 1.266,29 -551,66 190,38 -361,28 April 57,50 620,15 677,65 554,62 427,53 982,15 -497,12 192,62 -304,50 Mei 65,00 890,46 955,46 870,57 722,46 1.593,03 -805,57 168,00 -637,57 Juni 27,22 833,41 860,63 445,97 505,96 951,93 -418,75 327,45 -91,30 Juli 31,43 833,73 865,16 577,32 607,32 1.184,64 -545,89 226,41 -319,48 Agustus 38,59 847,16 885,75 550,32 690,94 1.241,26 -511,73 156,22 -355,51 September 18,57 768,46 787,03 815,60 598,69 1.414,29 -797,03 169,77 -627,26 Oktober 35,83 822,44 858,27 371,23 631,84 1.003,07 -335,40 190,60 -144,80 November 3,34 875,68 879,02 639,79 764,86 1.404,65 -636,46 110,82 -525,64 Desember 26,89 854,97 881,86 557,08 697,78 1.254,86 -530,19 157,18 -373,01 Jan–Des 360,54 9.868,62 10.229,16 7.036,06 7.461,36 14.497,42 -6.675,51 2.407,27 -4.268,24 2024 Januari 16,10 918,71 934,81 531,93 750,86 1.282,79 -515,83 167,85 -347,98 Februari 19,94 902,50 922,44 615,96 755,78 1.371,74 -596,02 146,72 -449,30 Maret 47,46 903,13 950,59 483,54 551,72 1.035,26 -436,08 351,41 -84,67

KEBIJAKAN SUBSTITUSI IMPOR Kebijakan substitusi impor merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dengan mendorong produksi lokal dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Langkah yang dilakukan ah terkait Kebijakan Substirusi Impr Beberapa langkah yang diambil di Jawa Tengah terkait kebijakan substitusi impor antara lain: Penguatan Industri Lokal : Pemerintah Jawa Tengah berupaya memperkuat kapasitas industri lokal melalui program pelatihan, dukungan teknologi, dan akses pendanaan. Ini diharapkan bisa membuat produk lokal lebih kompetitif baik di pasar domestik maupun internasional. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) : Pelatihan keterampilan dan pendidikan vokasional terus ditingkatkan agar tenaga kerja di Jawa Tengah bisa memenuhi kebutuhan industri yang sedang berkembang, sehingga tidak perlu bergantung pada impor produk atau tenaga kerja dari luar. Penggunaan Produk Lokal oleh BUMN dan BUMD : Pemerintah daerah mendorong penggunaan produk-produk lokal oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mempercepat substitusi impor. Kerjasama dengan Pelaku Usaha : Pemerintah Jawa Tengah juga aktif mendorong kerjasama dengan sektor swasta untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dan memfasilitasi ekspor produk lokal. Insentif untuk Industri : Beberapa insentif diberikan kepada industri yang fokus pada penggantian barang impor dengan produk lokal, termasuk insentif pajak dan kemudahan perizinan usaha. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan industri-industri di Jawa Tengah dapat berkembang dan mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor, sehingga memperkuat perekonomian daerah dan nasional.

Jenis Barang yang Strategis untuk Substitusi Impor Beberapa barang yang berpotensi diproduksi untuk substitusi impor di Jawa Tengah dan Indonesia secara umum mencakup produk-produk yang selama ini banyak diimpor namun bisa diproduksi di dalam negeri. Berikut adalah beberapa sektor dan jenis barang yang strategis untuk substitusi impor: 1. Bahan Baku Industri Baja dan Produk Logam : Indonesia masih banyak mengimpor baja dan produk logam lainnya yang dibutuhkan oleh sektor konstruksi, otomotif, dan manufaktur. Pengembangan industri baja dalam negeri, terutama di Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri, sangat penting untuk mengurangi ketergantungan impor. Kimia Dasar : Banyak bahan kimia dasar seperti resin, plastik, dan bahan kimia untuk pupuk yang masih diimpor. Pengembangan industri kimia di Indonesia bisa membantu mengurangi kebutuhan impor ini. 2. Produk Elektronik Komponen Elektronik : Industri perangkat elektronik seperti smartphone, televisi, dan komputer masih banyak mengimpor komponen penting seperti chip semikonduktor, sirkuit, dan modul. Pengembangan industri semikonduktor dan komponen elektronik di dalam negeri bisa menjadi langkah strategis. Peralatan Rumah Tangga : Mesin cuci, kulkas, dan AC masih banyak diimpor, sementara pasar domestik sangat besar. Meningkatkan produksi lokal di sektor ini akan membantu mengurangi impor.

3. Tekstil dan Produk Garmen Kain dan Bahan Baku Tekstil : Walaupun Indonesia merupakan produsen tekstil, masih ada impor bahan baku kain berkualitas tinggi untuk pakaian jadi. Meningkatkan kapasitas produksi bahan baku berkualitas tinggi dapat memperkuat sektor tekstil domestik. Pakaian Jadi : Mengurangi impor pakaian dan produk garmen dari luar negeri dengan memanfaatkan potensi industri lokal akan meningkatkan daya saing produk dalam negeri, terutama dari Jawa Tengah yang dikenal sebagai sentra produksi tekstil dan garmen. 4. Alat Kesehatan dan Farmasi Bahan Baku Obat : Sebagian besar bahan baku obat-obatan masih diimpor, terutama bahan aktif farmasi. Pengembangan industri bahan baku obat di dalam negeri bisa menjadi kunci untuk substitusi impor di sektor kesehatan. Alat Kesehatan : Alat-alat kesehatan seperti jarum suntik, masker medis, dan alat-alat diagnostik sebagian besar masih diimpor. Produksi alat kesehatan lokal dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor. 5. Produk Pertanian dan Pangan Bahan Pangan Olahan : Produk-produk olahan seperti gandum dan tepung terigu masih banyak diimpor. Pengembangan bahan substitusi seperti tepung dari sorgum atau singkong bisa menjadi solusi. Produk Peternakan dan Perikanan : Susu, daging sapi, dan produk olahan ikan masih banyak diimpor. Memperkuat industri peternakan dan perikanan di Jawa Tengah dan Indonesia dapat mengurangi impor pangan tersebut. 6. Energi Terbarukan dan Komponen Energi Panel Surya : Sebagian besar komponen untuk panel surya dan energi terbarukan masih diimpor dari negara lain. Produksi panel surya dan komponen pendukung di dalam negeri akan mendukung target energi terbarukan sekaligus mengurangi impor. Baterai dan Penyimpanan Energi : Baterai, terutama untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi, masih diimpor. Pengembangan industri baterai di Indonesia, termasuk di Jawa Tengah, sangat penting untuk substitusi impor di masa depan.

7. Otomotif dan Suku Cadang Kendaraan Listrik dan Komponen : Banyak komponen kendaraan listrik dan suku cadang otomotif yang masih diimpor. Dengan pasar kendaraan listrik yang berkembang, produksi lokal komponen seperti baterai, motor listrik, dan perangkat pengisian bisa menjadi fokus untuk substitusi impor. Suku Cadang Otomotif : Meningkatkan produksi suku cadang lokal untuk kendaraan bermotor, baik kendaraan konvensional maupun listrik, bisa membantu industri otomotif di Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan fokus pada pengembangan industri di sektor-sektor tersebut, Jawa Tengah dan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada barang impor, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja lokal.

Manfaat Substitusi Impor Kebijakan substitusi impor memiliki manfaat besar bagi perekonomian daerah, terutama dalam hal penguatan industri lokal, peningkatan lapangan kerja, serta kemandirian ekonomi. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari kebijakan substitusi impor untuk perekonomian daerah seperti di Jawa Tengah atau daerah lain di Indonesia: 1. Pengurangan Defisit Perdagangan Dengan mengurangi impor, terutama untuk barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri, daerah dapat membantu mengurangi defisit perdagangan nasional. Ketika impor berkurang, lebih sedikit devisa yang dikeluarkan untuk membeli barang dari luar negeri, yang akan membantu menjaga stabilitas ekonomi makro. 2. Peningkatan Kapasitas Produksi Lokal Substitusi impor mendorong pengembangan industri lokal untuk memproduksi barang-barang yang sebelumnya diimpor. Hal ini membantu meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing industri daerah. Dengan memperkuat industri dalam negeri, daerah bisa menjadi lebih kompetitif di pasar domestik dan internasional. 3. Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan produksi lokal memerlukan tenaga kerja tambahan, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja di daerah. Kebijakan ini memberikan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk bekerja di sektor-sektor yang tumbuh, seperti manufaktur, pertanian, dan jasa terkait industri. Peningkatan kesempatan kerja ini dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat daerah.

4. Peningkatan Investasi Lokal Kebijakan substitusi impor sering kali disertai dengan insentif untuk mendorong investasi di sektor-sektor strategis, seperti industri manufaktur, teknologi, dan pertanian. Investasi ini dapat datang dari dalam negeri maupun luar negeri, yang pada gilirannya meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan teknologi di daerah. 5. Peningkatan Pendapatan Daerah Dengan meningkatnya produksi dan investasi lokal, daerah dapat memperoleh pendapatan lebih banyak melalui pajak dan retribusi dari perusahaan-perusahaan lokal yang berkembang. Pendapatan ini bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. 6. Pengurangan Ketergantungan pada Fluktuasi Harga dan Pasokan Global Mengurangi ketergantungan pada impor mengurangi risiko yang dihadapi daerah akibat fluktuasi harga global atau gangguan pasokan internasional. Misalnya, selama pandemi COVID-19, ketergantungan pada impor alat kesehatan dan bahan baku farmasi mengakibatkan kekurangan barang-barang tersebut. Dengan memproduksi lebih banyak barang di dalam negeri, daerah menjadi lebih resilien terhadap guncangan eksternal. 7. Pemberdayaan Sumber Daya Lokal Kebijakan ini juga mendorong penggunaan bahan baku lokal, sumber daya alam, dan teknologi lokal. Dengan demikian, daerah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara lebih optimal dan berkelanjutan. Pengembangan produk-produk berbasis sumber daya lokal juga dapat memperkuat identitas ekonomi daerah.

8. Pengembangan Industri dan Teknologi Lokal Meningkatnya permintaan terhadap barang lokal memberikan insentif bagi industri di daerah untuk berinovasi dan mengembangkan teknologi baru. Hal ini dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga di pasar internasional. Peningkatan daya saing ini akan membantu daerah tumbuh lebih pesat dalam jangka panjang. 9. Diversifikasi Ekonomi Substitusi impor mendorong daerah untuk mengembangkan berbagai sektor ekonomi, termasuk industri manufaktur, teknologi, pertanian, dan lainnya. Diversifikasi ini membuat ekonomi daerah lebih tahan terhadap krisis atau guncangan di sektor-sektor tertentu, sehingga menciptakan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan. 10. Pengurangan Ketergantungan pada Impor Energi Dalam beberapa kasus, substitusi impor juga bisa diterapkan untuk sektor energi, misalnya melalui pengembangan energi terbarukan (seperti energi surya, angin, dan bioenergi). Jawa Tengah, dengan potensi energi terbarukan yang cukup besar, dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dan menciptakan industri energi baru yang menguntungkan.

Proyeksi Substitusi Impor Realisasi substitusi impor pada tahun 2021 masih jauh di bawah target awal. Pemerintah tidak merevisi target dan tetap mengejar pengurangan impor sebesar 35 persen tahun ini. Jika dipaksakan dalam tempo singkat, kebijakan itu dikhawatirkan kontraproduktif dan mengganggu daya saing industri dalam negeri . Kementerian Perindustrian mencatat, pada periode Januari-Agustus 2021, substitusi impor baru mencapai 7 persen dari target awal 22 persen . Meski demikian, target substitusi impor ditetapkan sebesar 35 persen pada tahun 2022 . Nilai yang dipatok sebesar Rp 152,83 triliun dari acuan dasar (baseline) potensi impor tahun 2019 yang mencapai Rp 434 triliun .  Target substitusi impor pada tahun 2021 sulit dicapai karena sejumlah faktor, seperti ketergantungan industri domestik yang masih tinggi terhadap barang modal atau permesinan dari luar negeri. Selain itu, beberapa industri juga membutuhkan bahan baku yang sulit diperoleh secara lokal.  ubstitusi impor sebaiknya bukan menjadi tujuan, melainkan instrumen untuk mendorong nilai tambah. Ini bukan hanya sekadar menekan impor. Jangan sampai karena orientasinya untuk memenuhi target pengurangan impor, lalu produk yang dihasilkan industri jadi sulit bersaing,Substitusi impor sebaiknya bukan menjadi tujuan, melainkan instrumen untuk mendorong nilai tambah. Ini bukan hanya sekadar menekan impor. Pemerintah juga perlu memperkuat koordinasi lintas sektor untuk memetakan industri yang bahan baku dan penolongnya bisa disubstitusi secara lokal maupun tidak.

Dampak Ekonomi Keberadaan Kawasan Industri Seafer Kawasan industri Seafer memberikan dampak yang signifikan baik bagi pemerintah daerah setempat maupun bagi negara Indonesia secara keseluruhan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa dampaknya: Dampak Positif 1. Peningkatan Pendapatan Daerah: Kawasan industri berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi. Dalam kawasan industri, ada beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Berikut adalah pajak-pajak yang umumnya dipungut dalam kawasan industri: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) PBB Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2): Pajak ini dikenakan atas tanah dan bangunan yang berada di kawasan industri. Pendapatan dari PBB-P2 menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). PBB Sektor Perkebunan, Kehutanan, Pertambangan, dan Perikanan (PBB-P3): Dalam kasus tertentu, kawasan industri yang berhubungan dengan sektor-sektor ini juga dapat dikenakan PBB-P3. Pajak Penghasilan (PPh) PPh Pasal 21: Pajak yang dipotong dari penghasilan karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan dalam kawasan industri. PPh Pasal 23: Pajak yang dipotong dari transaksi jasa dan penghasilan lain yang diterima perusahaan. PPh Pasal 25/29: Pajak yang dibayarkan oleh perusahaan secara periodik sebagai cicilan terhadap pajak tahunan. PPh Pasal 4 Ayat (2): Pajak final yang dikenakan pada penghasilan dari transaksi tertentu, seperti sewa tanah atau bangunan yang ada di kawasan industri.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak ini dikenakan pada barang dan jasa yang dihasilkan dan diperjualbelikan oleh perusahaan yang beroperasi di kawasan industri. PPN berlaku pada setiap tahap distribusi barang, mulai dari produsen hingga konsumen akhir. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Pajak ini dikenakan ketika ada transaksi jual beli tanah atau bangunan di dalam kawasan industri, seperti pembelian lahan untuk membangun pabrik atau fasilitas lainnya. Pajak Daerah Lainnya Pemerintah daerah juga memungut berbagai jenis pajak lain, antara lain: Pajak Reklame: Jika perusahaan dalam kawasan industri memasang reklame untuk promosi, pajak ini dikenakan. Pajak Air Tanah: Pajak ini dikenakan jika perusahaan di kawasan industri menggunakan air tanah untuk keperluan operasionalnya. Pajak Penerangan Jalan (PPJ): Pajak yang dikenakan untuk penerangan jalan umum di kawasan industri yang disuplai oleh PLN. Pajak Kendaraan Bermotor: Jika perusahaan menggunakan armada kendaraan untuk operasional, mereka juga wajib membayar pajak kendaraan bermotor. Cukai Untuk industri tertentu seperti produksi rokok, minuman beralkohol, atau barang-barang yang dikenakan tarif cukai, pajak cukai juga dikenakan dalam kawasan industri. Pajak Ekspor dan Impor Perusahaan yang terlibat dalam ekspor atau impor barang dari kawasan industri juga dikenakan bea ekspor atau impor serta pajak terkait, tergantung pada jenis produk dan kebijakan perdagangan yang berlaku.

Pajak Lingkungan (Retribusi) Meski ini lebih ke arah retribusi, beberapa kawasan industri juga dapat dikenakan pajak atau retribusi terkait pengelolaan limbah dan pencemaran lingkungan sebagai bagian dari upaya menjaga kualitas lingkungan. Dengan pajak-pajak ini, kawasan industri menjadi salah satu sumber penting bagi pendapatan pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat. Pajak yang dipungut dari kawasan industri membantu membiayai pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik. 2. Penciptaan Lapangan Kerja: Kawasan industri membuka banyak peluang kerja bagi masyarakat lokal, sehingga membantu mengurangi angka pengangguran di daerah. Hal ini juga bisa meningkatkan standar hidup masyarakat. Tenaga yang bisa terserap di Kawasan Industri Seafer, akan mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Kendal , tingkat Jawa Tengah, maupun nasional. Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Kawasan Industri Seafer Kendal, dapat dilihat dalam Tabel berikut : Kebutuhan Tenaga Kerja Luas Industri (Ha) Standar 100 org/ Ha Total Tenaga Kerja (Orang) 662,52 100 66.252 Manager 3% 1.988 Staff 20% 13.250 Buruh   51.014 Penduduk Lokal 94% 47.953 Tabel Kebutuhan Tenaga Kerja di Kawasan Industri Seafer Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2024

Pengurangan Tingkat Pengangguran Terbuka Kondisi struktur ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada bulan Pebruari 2024 dapat dilihat dalam Gambar sebagai berikut:

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pada tahun 2023 adalah 5,76%. Pada tahun 2022, TPT di Kendal adalah 7,34%, dan pada tahun 2021 adalah 7,55%.Pada bulan Februari 2022, TPT di Kendal adalah 5,75%, turun 0,21% poin dari bulan Februari 2021. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2022 adalah 20,76 juta orang, meningkat 1,93 juta orang dari bulan Februari 2021.Jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Februari 2022 adalah 19,57 juta orang, meningkat 1,86 juta orang. Data Indikator Ketenagakerjaan di Kabupaten Kendal dapat dilihat dalam tabel berikut : Indikator Ketenagakerjaan Tahun 2020 2021 2022 2023 Jumlah Angkatan Kerja 533.376     634.456 Jumlah Penduduk Kerja 756.540     824.794 TPAK 70,5 69,93 73,44 76,93 Tingkat Kesempatan Kerja 92,44 92,45 92,66   TPT 7,56 7,55 7,34 5,76 Rasio Ketenagakerjaan 0,40 0,44 0,40   Sumber : BPS Kabupaten Kendal, 2024

Peningkatan Infrastruktur: Dalam mendukung pengembangan kawasan industri, pemerintah daerah seringkali melakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik, air, dan fasilitas pendukung lainnya yang juga menguntungkan masyarakat secara umum. Transfer Teknologi dan Keahlian: Kehadiran industri besar di daerah sering kali membawa teknologi baru serta keahlian yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia lokal. Peningkatan Investasi: Kawasan industri sering menjadi daya tarik bagi investor domestik dan asing untuk menanamkan modal mereka. Investasi ini tidak hanya meningkatkan ekonomi daerah tetapi juga memperkuat ekonomi nasional.

Dampak Negatif Pencemaran Lingkungan: Industri seringkali berkontribusi pada pencemaran udara, air, dan tanah. Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik dapat merusak ekosistem lokal dan mengancam kesehatan masyarakat sekitar. Penurunan Kualitas Hidup: Meskipun kawasan industri menciptakan lapangan kerja, adanya polusi serta kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas industri dapat mengganggu kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Kemacetan dan Kepadatan Penduduk: Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di kawasan industri, arus urbanisasi sering terjadi, yang bisa memicu masalah kepadatan penduduk, perumahan, dan kemacetan lalu lintas. Konflik Sosial dan Lahan: Kawasan industri sering memerlukan lahan yang luas, yang dapat menyebabkan konflik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak industri, terutama jika proses pembebasan lahan tidak dilakukan secara adil. Ketergantungan pada Industri Tertentu: Daerah yang terlalu bergantung pada satu sektor industri dapat menghadapi risiko ekonomi jika industri tersebut mengalami penurunan atau terjadi perubahan pasar global.

Dampak bagi Negara Indonesia Peningkatan Ekonomi Nasional: Secara makro, kawasan industri membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan memperluas basis manufaktur, meningkatkan ekspor, dan mengurangi ketergantungan pada impor. Pembangunan Infrastruktur Nasional: Pemerintah pusat sering mendukung pembangunan kawasan industri dengan mengembangkan infrastruktur nasional, seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara, yang memperlancar konektivitas antar wilayah. Diversifikasi Ekonomi: Pengembangan kawasan industri dapat membantu Indonesia mendiversifikasi ekonominya, terutama jika industri-industri tersebut berada di luar sektor tradisional seperti pertanian dan sumber daya alam. Devisa Negara: Banyak produk yang dihasilkan di kawasan industri diekspor, yang berkontribusi pada peningkatan devisa negara. Ini penting untuk menstabilkan ekonomi dan nilai tukar rupiah.Kawasan industri berperan penting dalam kontribusi penerimaan devisa negara melalui beberapa cara yang terkait dengan perdagangan internasional dan aktivitas ekonomi yang mendukung ekspor. Berikut beberapa kontribusi utama kawasan industri terhadap penerimaan devisa:

Peningkatan Ekspor Barang Manufaktur Kawasan industri umumnya menjadi pusat produksi barang-barang manufaktur, yang sebagian besar ditujukan untuk pasar internasional. Produk-produk seperti elektronik, tekstil, otomotif, kimia, dan produk jadi lainnya yang diproduksi di kawasan industri sering diekspor ke berbagai negara. Ekspor barang-barang ini menghasilkan devisa dalam bentuk mata uang asing (dolar, euro, yen, dll.), yang masuk ke Indonesia melalui hasil penjualan barang di pasar global. Menarik Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment - FDI) Kawasan industri yang memiliki infrastruktur dan regulasi yang baik menarik investasi asing langsung (FDI) . Investor asing sering mendirikan pabrik atau berkolaborasi dengan perusahaan lokal di kawasan industri. Masuknya investasi asing ke kawasan industri meningkatkan pasokan devisa karena modal asing yang diinvestasikan di dalam negeri akan dikonversi ke rupiah. Selain itu, investasi asing juga mendorong pertumbuhan kapasitas produksi yang pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor. Perusahaan Multinasional dan Ekspor Produk Berbasis Industri Banyak perusahaan multinasional yang beroperasi di kawasan industri Indonesia memiliki jaringan internasional yang luas, dan menggunakan kawasan tersebut sebagai basis produksi untuk mengekspor barang ke pasar global. Perusahaan multinasional ini sering mengekspor barang-barang hasil produksi dari Indonesia, sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan devisa negara. Diversifikasi Produk Ekspor Kawasan industri memfasilitasi pengembangan diversifikasi produk ekspor , yang sangat penting untuk ketahanan ekonomi. Dengan adanya kawasan industri, Indonesia dapat memproduksi berbagai produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, seperti produk elektronik, otomotif, atau kimia. Diversifikasi ini tidak hanya memperluas basis ekspor, tetapi juga mengurangi ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah seperti minyak kelapa sawit atau batu bara, yang fluktuatif harganya di pasar internasional.

Peningkatan Kualitas Produk Ekspor Kawasan industri sering kali memiliki akses ke teknologi dan inovasi modern, yang memungkinkan produksi barang berkualitas tinggi sesuai standar internasional. Produk-produk yang memiliki kualitas baik lebih mudah diterima di pasar global, sehingga meningkatkan volume dan nilai ekspor, yang pada akhirnya meningkatkan devisa negara. Pusat Logistik dan Efisiensi Ekspor Banyak kawasan industri yang juga menjadi pusat logistik dan distribusi, yang mempermudah proses ekspor barang. Fasilitas yang lebih efisien di kawasan industri, seperti pelabuhan, gudang, dan akses transportasi yang baik, mempermudah perusahaan dalam mengekspor barang secara cepat dan efisien. Efisiensi ini membantu mengurangi biaya logistik, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional, dan pada gilirannya meningkatkan devisa yang diperoleh dari aktivitas ekspor. Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam Beberapa kawasan industri fokus pada pengolahan sumber daya alam seperti minyak kelapa sawit, karet, hasil tambang, dan produk pertanian lainnya. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah di kawasan industri, Indonesia dapat mengekspor produk olahan yang memiliki nilai lebih tinggi daripada bahan mentah. Ini berkontribusi pada penerimaan devisa yang lebih besar daripada sekadar mengekspor bahan mentah tanpa pengolahan. Daya Saing Global Kawasan industri sering kali dirancang untuk menjadi kompetitif di pasar global. Dengan adanya fasilitas modern dan regulasi yang mendukung, produk-produk yang dihasilkan di kawasan industri lebih kompetitif dari segi harga dan kualitas. Daya saing ini memperbesar peluang perusahaan-perusahaan di kawasan industri untuk memenangkan kontrak ekspor, yang pada gilirannya meningkatkan penerimaan devisa.

Kesimpulan Kawasan industri merupakan motor penting dalam meningkatkan penerimaan devisa negara melalui ekspor barang manufaktur, menarik investasi asing, meningkatkan efisiensi logistik, dan memfasilitasi pengembangan produk yang lebih beragam dan berkualitas tinggi. Dengan demikian, kawasan industri menjadi salah satu pilar utama dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia di pasar global dan memastikan aliran devisa yang stabil ke negara.
Tags