PESTISIDA Menurut Kept Menteri Pertanian No 434.1/Kpts/TP.270/7/2001, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk : memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian memberantas rumput Mematikan daun, mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan Dan lain lain
Berawal... Setelah masa perang dunia I, Negara utara mulai memperkenalkan pertanian modern yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan dengan pemberian paket tehnologi (pupuk,benih pestisida). Dari sinilah sejarah pestisida berubah, dari kepentingan perang digunakan untuk tanaman. petani semakin tergantung pada pestisida kimia dan semakin lama dosis yang digunakan semakin bertambah karena hama semakin resisten.
Kekhawatiran penggunaan petisida yang kemudian menimbulkan beragam penyakit telah mendorong lahirnya berbagai perjanjian / Konvensi Internasional yang menyangkut pestisida, antara lain Konvensi Rotterdam (Prior Informed Consent /PIC) yang dikeluarkan FAO dan UNEP di tahun 1998 dan telah ditandatangani 50 negara.
Regulasi di Indonesia UU NO 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman PP NO. 7 / 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,Penyimpanan,dan Penggunaan Pestisida PP NO 6/1995 tentang perlindungan Tanaman Kep.Bers Menkes & Mentan no. 881/Menkes/SKB/VII/1996 & 771/Kpts/TP,270/8/1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada hasil Pertanian Kep MENTAN NO 434.1/Kpts/TP.270/7/2001 tentang Syarat & Tata Cara Pendaftaran Pestisida Kep.MENTAN NO.517/Kpts/TP.270/9/2002 tentang pengawasan Pestisida
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Jenis pestisida Insektisida memberantas serangga Fungisida memberantasdan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan Bakterisida memberantas bakteri atau virus Rodentisida memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus Nematisida memberantas hama tanaman jenis cacing (nematoda) Herbisida membasmi tanaman pengganggu (gulma) Larvasida pengendalian larva atau jentik nyamuk DBD maupun malaria
Perbedaan Pestisida Kimia dan Organik Keterangan Pestisida Kimia PestisidaOrganik Kelebihan Mudah didapatkan diberbagai tempat repelan (menolak kehadiran serangga) Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman Merusak perkembangant elur dan pupa Bersifat tahan lama untuk disimpan Racun syaraf bagi hama Daya racunnyat inggi Dapat mengganggu proses metamorfosa Kekurangan Hama menjadi kebal Cepat terurai Peledakan hama baru Daya racunnya rendah Penumpukan residu bahan kimia dalam panen Daya kerjanya relatifl ambat Pencemaran lingkungan Kurang praktis Harganya mahal Tidak tahan lama
Dampak Negatif Pestisida Kesehatan Manusia pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. bersifat karsiogenic , mutagenic , dan teratogenic.
Lingkungan Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air sumur, maupun di udara. Hal tersebutdapat menyebabkan kerusakan tanah, kualitas air memburuk dan menghilangnya spesies tertentu yang bukan jasad sasaran
Peningkatan Populasi Jasad Pengganggu Tanaman Munculnya Ketahanan (Resistensi) Hama Terhadap Pestisida Resurgensi Hama Ledakan Populasi Hama Sekunder
Teknologi Remediasi Remediasi in-situ (on-site) : Pembersihan di lokasi, lebih mudah dan murah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Remediasi ex-situ (off-site) : M eliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman untuk dibersihkan dr zat pencemar. Bioremediasi : P roses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Tujuan : memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). bioremediasi yang umum digunakan untuk lahan pertanian adalah land farming sedangkan untuk pencemaran air tanah, teknik yang umum digunakan adalah pump and treat.
Land farming merupakan salah satu teknik bioremediasi yang dilakukan dalam sel biotreatman. Tanah yang terkontaminasi dimasukkan lumpur atau sedimen yang mengandung nutrient untuk pertumbuhan mikroorganisme dan digarap secara berkala untuk mensuplai air dan udara udaran ke tanah. sehingga degradasi kontaminan diremediasi melaui proses mikrobiologi dan oksidasi. Faktor yang harus selalu dikontrol dalam landfarming adalah kadar air, frekuensi aerasi dan pH.
Teknik pump and treat merupakan remediasi secara in-site, air tanah di ekstraksi dari bawah permukaan tanah kemudian dilakukan treatment kemudian dikembalikan ke tanah. pemompaan menyababkan air tanah tertekan dan kontaminan diserap oleh tanah. Air yang telah ditreatmen kemudian dikembalikan ke tanah dan digunakan untuk melarutkankontaminan yang telah diserap tanah.
Pestisida yang Cocok di Indonesia Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karenaitu, diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan, salah satu alternative lainnya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida berbahan dasar tumbuhan. Tumbuhan sendiri pada dasaarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsis ebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak membahayakan hewan, manusia dan serangga non sasaran.